Warisan yang Dipertaruhkan

5 7 0
                                    


•Pertemuan yang Menegangkan•

gedung kantor pengacara keluarga yang berlokasi di pusat kota. Gedung ini tampak modern dan mewah, menonjolkan kesan profesional dan berkelas.

Di dalam ruangan rapat yang luas, terdapat meja besar dengan kursi-kursi kulit mahal yang mengelilinginya. Di atas meja, terlihat beberapa berkas hukum yang tertata rapi. Di sisi lain meja, pengacara keluarga Rahardian, Pak Arief, duduk dengan tenang, menunggu kedatangan keluarga Adrian.

Wajah Pak Arief terlihat serius dan penuh kewaspadaan. Dia mengamati beberapa dokumen penting di depannya, terutama surat wasiat Adrian yang menjadi inti pertemuan ini. Di luar ruangan, terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat.

Pintu ruangan terbuka, dan masuklah keluarga Rahardian—istri Adrian, Lydia, bersama kedua anaknya, Raka dan Anita. Wajah mereka tampak tegang dan penuh dengan emosi yang bercampur aduk. Mereka saling pandang sebelum mengambil tempat duduk di meja rapat.

Pak Arief: (Dengan suara tenang) "Terima kasih telah datang. Saya tahu ini masa yang sulit bagi kalian semua, tapi kita perlu membahas warisan yang ditinggalkan oleh Adrian."

Lydia: (Dengan suara pelan tapi tegas) "Adrian meninggalkan semuanya kepada kami, bukan? Tidak ada kejutan?"

Pak Arief: (Melirik dokumen di depannya) "Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan. Adrian meninggalkan warisan yang cukup besar, tetapi dia juga menyusun beberapa ketentuan khusus dalam surat wasiatnya."

.............

wajah Lydia, yang menunjukkan ketegangan saat mendengarkan penjelasan Pak Arief. Wajahnya berubah dari berharap menjadi waspada, seolah-olah dia sudah mengantisipasi sesuatu yang tidak diinginkan.

Pak Arief: "Adrian memutuskan untuk membagi warisan ini dengan cara yang tidak biasa. Selain aset-aset utama yang jelas akan jatuh kepada keluarga inti, ada juga sejumlah dana yang dia tinggalkan untuk tujuan amal, dan sebagian lagi untuk seorang... individu tertentu."

Wajah Raka dan Anita saling berpandangan dengan kaget. Mereka jelas tidak menyangka ada pihak lain yang terlibat dalam warisan ini.

Raka: (Dengan nada sedikit marah) "Individu tertentu? Maksudnya siapa? Apakah dia memberikannya kepada seseorang di luar keluarga?"

Pak Arief: (Dengan hati-hati) "Ada seseorang dari masa lalunya yang disebutkan dalam surat wasiat ini. Namun, nama orang tersebut dirahasiakan dalam dokumen publik. Saya hanya diberi instruksi untuk menghubungi orang ini jika diperlukan."

suasana ruangan yang mulai memanas. Lydia menatap Pak Arief dengan tatapan tajam, sementara Raka tampak marah dan tidak percaya. Anita, yang paling muda, tampak bingung dan gelisah, tidak mengerti sepenuhnya situasi ini.

Lydia: (Dengan nada dingin) "Siapa orang ini? Apa dia punya hak atas warisan Adrian?"

Pak Arief: (Menenangkan) "Saya memahami kekhawatiran Anda, Bu Lydia. Tapi percayalah, Adrian sudah memikirkan semua ini dengan sangat matang. Orang tersebut tidak akan menerima apapun tanpa dasar yang jelas."

Lydia yang tampak berpikir keras, berusaha memahami motif Adrian. Ada keraguan dan kecurigaan di wajahnya, seolah-olah dia mulai meragukan apa yang sebenarnya terjadi di balik kematian suaminya.

................

Lydia kembali ke rumah dengan wajah muram. Ruang tamu yang mewah namun dingin menjadi latar belakang emosinya yang campur aduk. Dia duduk di sofa dengan gelas anggur di tangannya, tampak sedang berpikir keras tentang apa yang baru saja dia dengar.

Raka dan Anita masuk ke ruang tamu, mereka terlihat gelisah. Mereka duduk di dekat Lydia, dan suasana tegang menyelimuti mereka.

Anita: (Dengan nada pelan) "Ibu, siapa orang ini? Apa mungkin dia terlibat dengan... kematian Ayah?"

Lydia: (Menatap keluar jendela, berpikir keras) "Aku tidak tahu, sayang. Tapi kita harus mencari tahu siapa orang ini dan apa yang sebenarnya terjadi. Ini lebih dari sekadar warisan."

Wajah Lydia menunjukkan tekad yang kuat. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dimainkan di sini. Lydia meletakkan gelas anggurnya di meja dengan tegas, seolah-olah sudah membuat keputusan penting.

Lydia: "Kita tidak bisa hanya duduk diam. Kita harus menemukan siapa orang ini sebelum dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kita."

PEMBUNUHAN DI APARTEMEN MEWAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang