Kebenaran yang Terbongkar

5 7 0
                                    

•apartemen rendy•

Lydia menatap layar ponselnya, membaca pesan dari Maya yang berbunyi: "Aku menemukan sesuatu yang besar tentang 'S.' Kita perlu bicara secepatnya. Jangan percaya siapapun." Lydia merasa ketegangan di dalam dirinya meningkat.

Lydia: (Dengan nada tertekan) "Rendy, aku harus pergi. Ada sesuatu yang harus aku lakukan."

Ekspresi Rendy berubah menjadi khawatir dan curiga. Dia mencoba menyembunyikan perasaannya, tetapi Lydia dapat melihat bahwa ada sesuatu yang tidak benar.

Rendy: (Dengan nada cemas) "Lydia, tunggu. Kau tidak bisa pergi begitu saja. Kita belum selesai bicara."

Lydia bangkit dari sofa, mengambil tasnya, dan bersiap-siap untuk pergi. Namun, Rendy berdiri di depannya, menghalangi jalan keluar.

Lydia: (Dengan nada tegas) "Maaf, Rendy, tapi aku harus pergi sekarang."

Wajah Rendy tampak tegang. Dia tampak ragu-ragu, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu, sebelum akhirnya mengalah dan membiarkan Lydia lewat.

Rendy: (Dengan nada pelan) "Hati-hati, Lydia."

Lydia berjalan keluar dari apartemen Rendy tanpa menoleh kembali, meninggalkan Rendy yang masih berdiri di ruang tamu dengan ekspresi penuh pikiran.

Lydia berjalan cepat di jalanan sepi menuju mobilnya yang diparkir di depan apartemennya. Udara malam terasa dingin, dan ada sedikit kabut yang membuat suasana semakin mencekam.

Lydia merasa tidak tenang, seolah-olah ada seseorang yang memperhatikannya. Dia terus melangkah, tetapi sesekali melihat ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Saat Lydia mendekati mobilnya, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia berhenti sejenak, memegang tasnya erat-erat, dan berbalik. Tidak ada siapa-siapa, hanya jalanan kosong yang sunyi.

Lydia: (Berbisik pada dirinya sendiri) "Hanya perasaanku saja..."

Lydia merogoh tasnya untuk mengambil kunci mobil, tetapi ketika dia mengangkat pandangannya kembali, dia melihat bayangan seseorang yang mendekat dari ujung jalan. Dia tidak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas karena pencahayaan yang minim, tapi perasaannya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres.

Lydia dengan cepat masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin, dan langsung melaju pergi, meninggalkan sosok bayangan di kejauhan. Dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi tangannya sedikit gemetar saat memegang setir.

•beralih ke kantor polisi•

berpindah ke kantor Maya, di mana dia sedang menunggu kedatangan Lydia. Dia terus memeriksa file dan dokumen di meja, mencocokkan informasi baru yang dia temukan dengan data lama. Pikirannya penuh dengan kecurigaan, terutama tentang Rendy dan sosok 'S.'

Maya terlihat lelah, tetapi tekadnya kuat. Dia tahu bahwa mereka semakin dekat dengan kebenaran, tapi dia juga merasa bahwa bahaya semakin dekat dengan mereka.

Maya: (Berbicara pada dirinya sendiri) "Satria Kusuma... apa yang sebenarnya terjadi antara dia, Adrian, dan Rendy?"

Maya mendengar suara langkah kaki di koridor, membuatnya menoleh ke arah pintu. Dia siap menghadapi Lydia dan membicarakan penemuannya, tetapi ketika pintu terbuka, itu bukan Lydia yang masuk, melainkan seorang petugas polisi.

Petugas: (Dengan nada serius) "Detektif Maya, ada seseorang yang ingin bicara dengan Anda. Dia bilang punya informasi penting tentang kasus ini."

Ekspresi Maya berubah waspada. Dia tidak mengharapkan tamu lain, terutama seseorang yang mengklaim memiliki informasi penting. Dia bangkit dari kursinya, mengikuti petugas keluar dari ruangannya.

Maya berjalan ke lobi kantor polisi, di mana seorang pria paruh baya duduk menunggu. Pria itu mengenakan pakaian sederhana, tapi ada sesuatu yang membuat Maya curiga, mungkin cara dia menghindari kontak mata langsung.

Maya mendekati pria itu dengan hati-hati. Pria itu berdiri saat melihat Maya datang, mengeluarkan amplop cokelat dari jaketnya dan menyerahkannya pada Maya tanpa mengatakan apapun.

Pria Misterius: (Dengan nada pelan) "Ini informasi yang Anda butuhkan. Tapi hati-hati, banyak yang mengincar Anda sekarang."

Maya menerima amplop itu dengan ekspresi serius. Dia membuka amplop itu dan melihat isi di dalamnya. Ada beberapa foto, catatan, dan sebuah flash drive. Wajah Maya semakin tegang saat dia melihat salah satu foto itu, memperlihatkan sosok Rendy bersama dengan Satria Kusuma di sebuah lokasi yang tidak dikenal.

Maya: (Dengan nada tajam) "Siapa Anda? Bagaimana Anda mendapatkan ini?"

Pria itu tersenyum tipis, kemudian berbalik dan berjalan pergi tanpa menjawab pertanyaan Maya. Petugas polisi yang membawa Maya tadi mencoba mengejarnya, tapi pria itu sudah menghilang di tikungan koridor.

Maya berdiri di tempat, menatap amplop dan isi di dalamnya. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan, tapi satu hal yang pasti: Rendy tidak bisa lagi dipercaya.

.............

kembali ke Lydia, yang sekarang berada di sebuah jalan sepi. Dia mengemudi dengan cepat, berharap bisa sampai di kantor polisi secepat mungkin untuk menemui Maya. Namun, dia merasa ada mobil lain yang terus mengikutinya dari belakang.

Lydia melirik ke kaca spion, melihat sebuah mobil hitam yang terus berada di jalur yang sama dengannya. Perasaannya mengatakan bahwa dia sedang diikuti.

Lydia mencoba untuk tetap tenang. Dia menekan pedal gas lebih dalam, mencoba untuk mempercepat laju mobilnya, tapi mobil hitam itu terus mengikuti dengan kecepatan yang sama.

Lydia: (Dengan nada cemas) "Siapa mereka? Apa mereka yang ada di rumah tua itu?"

Lydia melihat sebuah jalan pintas yang bisa dia ambil untuk mencoba menghindari pengejaran. Dia dengan cepat membelokkan mobilnya, masuk ke jalan kecil yang lebih sempit dan berliku.

Lydia berhasil membuat jarak antara dirinya dan mobil hitam itu. Dia bernapas lega sejenak, tetapi tetap waspada, memastikan bahwa dia tidak kembali diikuti.

Lydia merasa semakin tidak aman. Dia tahu bahwa rahasia yang dia bawa terlalu berbahaya, dan dia harus bertindak cepat sebelum terlambat. Dia memutuskan untuk tidak langsung ke kantor polisi, tetapi untuk mengambil jalan memutar agar tidak mudah dilacak.

Mobil Lydia melaju cepat di jalan kecil itu, menghilang dalam kegelapan malam. Sementara itu, mobil hitam yang mengikutinya sebelumnya tiba di persimpangan, tampak kebingungan ke arah mana Lydia pergi.

PEMBUNUHAN DI APARTEMEN MEWAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang