Ron- Dukungan Keluarga

142 15 2
                                    

Sore tadi, Ruby dan Nando pamit pulang dari rumah sakit karena mereka harus tampil bersama di Jakarta. Setelah mereka berdua pergi, sekitar jam 6 sore, Saski dan Pak Ferdy datang menjenguk Salisa, membawa buah-buahan dan makanan kesukaannya.

"Dek, gimana keadaannya?" tanya Saski.

Wajah Salisa masih terlihat pucat, dan perban di kepalanya masih terlihat meskipun tertutup kerudung instan yang ia kenakan.

"Alhamdulillah, udah baikan, Kak," jawab Salisa.

"Aku nggak pernah nyangka Gama tega ngelakuin ini ke kamu, Dek," ucap Saski.

"Kamu harus benar-benar tinggalin dia ya, Dek. Jangan pernah ngasih kesempatan kedua atau semacamnya," lanjut Saski, sambil diam sejenak, menatap Salisa lalu menggenggam tangan Salisa untuk memberinya kekuatan.

"Selingkuh itu susah diubah, kamu berharga, Dek. Nggak pantas dapetin laki-laki tukang selingkuh kayak Gama."

"Makasih ya, Kak. Aku udah janji ke diri sendiri buat lupain dia. Aku nggak mau nginget-nginget lagi semua tentang dia. Kakak dukung aku terus ya," pinta Salisa.

"Pasti, Dek. Kamu itu udah aku anggap kayak adik sendiri. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan buat kabarin aku ya," ujar Saski sambil mengelus tangan Salisa.

"Dek, semua jadwal syuting MV kamu aku pindah ke dua minggu ke depan ya. Minggu ini sampai minggu depan kamu fokus buat istirahat, sembuhin badan kamu," kata Pak Ferdy yang duduk di sofa kamar Salisa.

"Iya, Pak. Maaf ya. Gara-gara aku, semua produksi jadi mundur," jawab Salisa.

"Nggak apa-apa, Dek. Namanya juga musibah."

"Untuk kerjaan nyanyi kamu, minggu ini sampai minggu depan juga udah aku kosongin. Palingan kamu cuma syuting-syuting promo di studio, nggak apa-apa, kan?"

"Nggak apa-apa, Pak. Aku udah kuat kok," jawab Salisa.

"Halah, muka masih pucat gitu. Anaknya sok kuat banget," sela Saski.

"Lagian kalau aku dua minggu full istirahat, kayaknya bakal bosen deh, Pak. Gimana kalau syuting The Idols aku tetap ikut?" pinta Salisa.

"Syutingnya minggu depan, tapi minggu ini kamu full istirahat, nggak ada syuting-syuting," tegas Pak Ferdy.

"Iya iya," jawab Salisa pasrah.

"Oh iya, tadi Ronald hubungin aku. Katanya kamu pulangnya nggak ke rumah? Mau ke apartemen aja?" tanya Pak Ferdy memastikan.

"Iya, Pak. Aku pikir lebih aman di apartemen. Unit aku sama Ronald dan Nando cuma beda lantai aja, plus ada sekuriti, jadi aman. Nggak bakal dia bisa datang kayak kemarin lagi," jelas Saski.

"Mbok Marni ikut?" tanya Saski.

"Kayaknya cuma datang buat bersih-bersih di weekend aja deh, Kak."

"Gimana kalau dua minggu pertama Mbok Marni tetap ikut kamu ke apartemen, Dek? Kamu masih sakit, pasti butuh orang lain juga," saran Saski.

"Aku bisa sendiri kok, Kak. Palingan minta Ruby atau Via buat nginep beberapa hari pertama. Nggak apa-apa, ya?" Salisa meminta persetujuan.

"Ya udah, kalau emang itu mau kamu. Tapi kalau ada apa-apa, langsung telpon aku atau Pak Ferdy ya?" ujar Saski.

"Iya, Kak. Tenang aja," jawab Salisa.

Tak lama, pintu ruang rawat Salisa terbuka. Seorang perawat dan dokter perempuan masuk untuk memeriksa keadaan Salisa.

"Selamat malam, Bapak, Ibu, Mbak Salisa," sapa dokter perempuan itu.

"Malam, Dok," jawab Salisa.

"Gimana, Mbak Sal? Ada keluhan?" tanya dokter.

The Idol's (Sal-Ron)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang