[REVISI]
"Ciciii, mau kiss duluu,"
"Ini Ci, pake helmnya dulu. Sini, dedel pakein,"
"Ci, cici kerumah sakit sekarang ya ci"
"Adel, Ci.. "
Ingat ini cuman cerita fiksi ya!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
- - -
"Tuhan jahat, Ci... Kenapa Dia ambil Mira?"
Shani menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang bisa meringankan beban duka di hati Adiknya. "Dedel," katanya lembut, sambil terus mengusap kepala adiknya dengan gerakan perlahan, "kita sering merasa sulit memahami mengapa sesuatu terjadi, terutama ketika kita kehilangan orang yang sangat kita sayangi. Cici tau rasanya sangat tidak adil. Tapi terkadang, kita harus ingat bahwa setiap orang yang datang ke dalam hidup kita memiliki waktu mereka sendiri. Kadang-kadang, mereka pergi lebih cepat dari yang kita harapkan."
Adel diam sejenak, mencoba mencerna kata-kata kakaknya. "Jadi, ini semua hanya soal waktu?" tanyanya dengan kebingungan yang jelas tergambar di wajahnya.
Shani mengangguk pelan. "Bisa jadi begitu," jawabnya dengan nada hati-hati. "Tapi bukan hanya soal waktu, juga soal bagaimana kita menghargai setiap momen bersama mereka. Mira tidak akan ada di sini lagi, tapi kenangan dan cinta yang dia berikan kepada kita tetap ada. Kehilangan itu sangat berat, dan perasaan kita mungkin tidak pernah hilang sepenuhnya Namun, kita bisa belajar untuk menghargai setiap saat yang kita punya dengan orang-orang yang kita sayangi."
Adel membayangkan, menatap ke arah langit-langit kamar seakan mencoba mencari jawaban di sana. Dia tahu bahwa Cicinya berkata benar, tapi hatinya masih sulit menerima kenyataan itu.
"Cici tau ini sangat sulit, dan mungkin tidak ada jawaban yang benar-benar bisa menjawab pertanyaanmu. Kehilangan seorang sahabat, atau kehilangan orang terdekat kita, atau seorang yang kita sayangi adalah sesuatu yang tidak bisa kita pahami dengan mudah. Kadang-kadang, Tuhan punya rencana yang tidak bisa kita mengerti, dan itu terasa sangat tidak adil."
Adel mengalihkan perhatiannya ke Shani, menatap wajah kakaknya yang meski tenang, menyimpan kesedihan yang sama. "Jadi, Tuhan cuma main-main sama kita?" tanyanya.
Shani menggelengkan kepala pelan, menahan air mata yang hampir jatuh. "Bukan begitu, sayang. Tuhan tidak main-main. Setiap orang yang datang dalam hidup kita punya tujuan, punya pelajaran yang bisa kita ambil. Mira mungkin sudah pergi, tapi dia meninggalkan banyak kenangan indah dan hal-hal baik yang bisa kita teruskan. Mungkin sekarang rasanya seperti kehilangan segalanya, tapi perlahan kamu akan mulai melihat bahwa Mira tidak sepenuhnya pergi. Dia masih ada di dalam hati kamu, di dalam semua kenangan yang kamu punya."
Adel mengerutkan kening, mencoba mencerna kata-kata Shani. "Tapi rasanya sakit, Ci. Rasanya kayak semuanya hilang. Kenapa orang-orang harus datang dan pergi?"
Shani menggenggam tangan Adel erat-erat, memberikan kehangatan yang dia harap bisa sedikit mengurangi kesedihan adiknya. "Karena, sayang, itulah hidup. People come and go, bukan hanya karena waktu mereka habis, tapi juga karena hidup terus berjalan. Kita harus belajar untuk menghargai setiap momen yang kita punya dengan orang-orang yang kita sayangi, karena kita tidak pernah tahu kapan mereka harus pergi. Dan saat mereka pergi, kita harus belajar untuk melanjutkan hidup dengan kenangan dan cinta yang mereka tinggalkan."