Part 01 - 04

72 17 4
                                    

Hari-hari berlalu, dan Shinyu terus melakukan usahanya yang aneh dan menggelitik untuk mendekati Dohoon. Setiap pagi dan sore, ia muncul tiba-tiba di hadapan bocah itu, menggantung terbalik dari dahan, menyeringai dengan senyum jahil yang lebar, atau bahkan melayang tepat di sebelah Dohoon seolah-olah sedang mengejar atau menakut-nakuti dengan cara yang tak lazim. Bukan dengan menampilkan wajah seram seperti arwah pada umumnya, melainkan dengan sikap nakal yang penuh semangat.

Namun, meskipun Shinyu berusaha keras untuk menciptakan keakraban, Dohoon justru semakin ketakutan. Bocah itu sering kali berlari terbirit-birit setiap kali Shinyu muncul. Alih-alih mendekatkan diri, jarak antara mereka justru semakin lebar, dan Shinyu mulai merasa frustrasi.

•••

Hari itu, desa kecil tempat Dohoon tinggal sedang merayakan festival olahraga sekolah. Langit cerah, dengan awan tipis yang mengambang di angkasa. Shinyu, yang penasaran dengan kegiatan Dohoon, melayang di sekitar desa, mencari bocah itu. Setelah beberapa saat, dia akhirnya menemukannya di lapangan sekolah yang ramai dengan anak-anak, orang tua, dan guru. Sorak sorai dan tawa memenuhi udara, dan Shinyu melihat Dohoon berlari di lintasan, berpartisipasi dalam perlombaan estafet.

Dohoon tampak penuh semangat, keringat mengalir di pelipisnya saat ia menggenggam tongkat estafet dengan erat. Wajahnya, yang biasanya murung dan cemas, kini berseri-seri dengan tekad yang kuat. Shinyu memandang dengan takjub saat Dohoon berlari secepat mungkin, mengejar lawannya dengan segenap tenaga.

Sorakan semakin riuh ketika Dohoon dan timnya akhirnya memenangkan perlombaan itu. Anak-anak dari kelas Dohoon bersorak-sorai dan melompat-lompat kegirangan. Beberapa di antara mereka berlari ke arah orang tua masing-masing, memeluk mereka dengan penuh kebanggaan. Namun, di tengah keramaian itu, Shinyu melihat Dohoon melangkah menjauh dari kelompoknya, diam-diam mengamati anak-anak lain yang berpelukan dengan orang tua mereka. Senyum di wajahnya memudar, digantikan oleh tatapan kosong yang penuh kesendirian. Shinyu bisa melihat napas panjang yang dihela bocah itu sebelum akhirnya ia melangkah perlahan ke sudut lapangan yang sepi.

Shinyu merasa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Tanpa ragu, ia mengikuti Dohoon, melayang tanpa suara dan menyembunyikan dirinya di balik semak-semak yang tak jauh dari tempat bocah itu duduk. Dia menunggu sejenak, melihat Dohoon duduk dengan punggung membungkuk, bahunya turun, dan kepalanya tertunduk. Pemandangan itu membuat hati Shinyu mencelos.

Dengan cepat, Shinyu melompat keluar dari balik semak-semak, berharap bisa menghibur Dohoon seperti yang biasa ia lakukan.

"Boo!" serunya dengan senyum lebar, muncul tiba-tiba di hadapan Dohoon.

Dohoon sedikit terkejut, tetapi kali ini ia tidak melompat ketakutan atau berlari menjauh. Sebaliknya, dia hanya menatap Shinyu dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Shinyu melihat perubahan kecil itu-tatapan yang lebih lembut, bukan sekadar ketakutan.

Mereka saling memandang dalam diam, sampai akhirnya Dohoon bersuara, suaranya terdengar pelan tapi jelas. "Kenapa...?"

Shinyu, yang biasanya penuh percaya diri, mendadak merasa gugup. Pertanyaan itu terdengar sederhana, namun mengandung makna yang dalam. "Apa... apanya yang kenapa?" jawab Shinyu terbata-bata, tak tahu harus mengatakan apa.

Dohoon mengangkat wajahnya sedikit, menatap Shinyu dengan mata besar yang berkilau di bawah sinar matahari sore. "Kenapa kau terus mengikutiku? Apa... apa karena kau ingin berteman denganku?"

Pertanyaan itu menusuk Shinyu tepat di jantungnya. Ia terpaku, tidak tahu harus berkata apa. Perasaan hangat menyelimuti dirinya, tapi juga ada rasa takut-takut mengakui apa yang sebenarnya ia rasakan. Jadi, bukannya menjawab dengan jujur, Shinyu melakukan sesuatu yang tak pernah dia sangka akan dilakukan.

Fate | Doshin ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang