Kenalan Lagi ya

104 10 2
                                    

       Hari itu mendung, suasananya yang dingin dan gelap membuat semua murid merasa mengantuk.
Badan remaja-remaja itu terbaring di lantai, kursi-kursi yang didekatkan dijadikan tempat tidur, dan lampu kelas yang mati, menambah rasa kantuk remaja-remaja itu.

        Ditengah laut teman-teman sekelasnya, Alix duduk di kursinya, tangan kiri menopang dagu sementara yang kanan memainkan handphone nya. Alix menghela nafas panjang. 'Bosen...'

       Biasanya Helga dan Devan akan mengganggunya saat ini, baik itu dengan Helga bergelayutan padanya, menariknya ke kantin, atau dengan Devan yang meski duduk diam disebelahnya, akan menyenderkan badannya dan membuat Alix menopang berat badannya yang belum termasuk berat kepala besarnya itu. Tapi sayangnya, mereka hari ini tidak masuk.

___
      
             👹Sikil Bagong👹

Gaga💅: "Alix!!!!! Hr ini gw g msk yaaa"
                                                      "Knp?"
Gaga💅: "Males."
Dvn: "Gw jg y."
                                                  "Anjing."

___

       "Memang anjing, mereka." Gumamnya sembari berdiri dari kursinya.
       "Va, gue ke toilet ya." Ujarnya pada Arva, sang ketua kelas yang hanya mengacungkan jempolnya tanpa mengalihkan pandangannya dari game yang sedang ia mainkan. Sebenarnya Alix tidak ingin ke toilet, tapi mencari kegiatan. Kenapa? Memangnya murid lain tidak pernah keluar dengan alasan ke toilet tapi malah menjelajahi sekolah? Bullshit sih.

       Alix berjalan melewati lorong sekolah, sekali-kali menangkap refleksi nya di pintu lemari kaca yang memuat piala-piala, sebagian besar dari mereka dimenangkan, dibawa dan disumbangkan oleh Alix.
Ditengah-tengah perjalanannya yang entah kemana, dia melihat seseorang yang melangkah keluar dari toilet laki-laki dan nampaknya berjalan berlawanan arah dengannya. Alix tersenyum miring saat mengenal orang itu. Farell.

       Lelaki itu terlihat berjalan dengan santai, masih sibuk meluruskan pakaiannya, dan saat dia menoleh ke depan lah disaat dia akhirnya sadar akan keberadaan Alix, Farell berhenti di tempat detik itu juga. Mereka saling menatap satu sama lain, tidak ada yang bergerak sampai Alix mulai melangkahkan kakinya ke arah Farell yang wajahnya telah memucat.

       "Hai, Farell." Ucapnya dengan senyuman santai, namun dengan suara yang membuatnya merinding sebadan.
       "H-halo..." Farell menunduk, tidak berani melihat ke arah matanya langsung. Alix tidak suka. Baginya, eye contact adalah hal yang harus dilakukan orang yang berinteraksi, dan sekarang, Alix ingin berinteraksi dengan Farell, jadi dipegangnya kedua sisi wajahnya dan mengangkat kepalanya sampai ia melihat tepat ke arah matanya.
       "Hai, Farell." Alix melepaskan cengraman tangannya, aura intimidasi darinya terasa. Memang sedingin ini ya dari tadi?
       "Mau kemana lo?"
       "K-ke kelas..." Alix mendengus mendengar jawabannya.
       "Nggak ada, mending lo ikut gue." Sebelum Farell bisa berkata apa-apa, Alix menggenggam kerah bajunya dan menariknya entah kemana.



***



       Setelah membeloki lorong sekolah, Alix menariknya menaiki tangga. Dia membuka pintu rooftop dan mendorong lelaki yang kini terlihat akan menagis ke depan, membuatnya terjatuh ke lantai kotor rooftop.

       "Ngapain lo disitu? Berdiri."
Farell dengan badan gemetar mencoba berdiri, terlihat goresan merah dan memar kecil di area tangan kanannya. Alix yang sempat melihat tangannya tersenyum kecil
'Ternyata mudah memar dia.'

       Ide-ide sadis mulai bermunculan dikepala gadis berambut hitam pekat itu sembari ia memperhatikan gerak gerik Farell yang menyedihkan. Jalannya pincang dengan tangan kiri memegang area tergores dan memar di tangan kanannya. Wajahnya merona merah, mata berkaca-kaca dengan satu dua tetes air mata yang telah jatuh meluncur di pipinya. Bagi orang seperti Alix, inilah reaksi yang selalu ia inginkan dari para korbannya.

Mean To MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang