Prolog

466 25 1
                                    

"I guess I should take it as a sign~ I'm-"

"Ternyata boti~"

"Woy! Salah cok!"

"Biarin! Mulut, mulut gue, lo yang sewot!"

"Ya, gak gitu juga, anjeng! Al! Bantuin gue napa?! Nggak kuat gua sama kodok satu ini! "

Seorang perempuan dengan rambut wolfcut yang tengah santai di mejanya mendecak.

"Berisik lo pada. Udah kayak kucing tantrum."

"Dih, nggak seru banget sih, Al."

"Iya, biasanya juga ngejar sampe lapangan kalo kita berisik."

"Bener banget. Al, kenapa sih lo? Tumben kalem hari ini." Perempuan bernama Alix itu hanya diam mendengar pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman biadabnya itu, sampai salah satu dari mereka menongolkan wajahnya dari atas.

"Al?"

"Anjir-" Kaget, Alix reflek menampar wajah Helga, membuat perempuan itu meringis.

"Anjir, biasa aja kali cok! Gue habis mimisan dibuat lagi nanti sama lo!" Alix langsung menjiwit hidung Helga.

"Iye, iye. Sorry, gue nggak sengaja."
Kedua temannya menatapnya heran.

"Al, serius deh. Lo kenapa sih? Perasaan diem aja dari tadi." Akhirnya Devan berbicara, Alix mendesah pelan.

"Nggak, gue cuman lagi bosen aja. Si Robi udah lama nggak masuk sekolah. Gue jadinya nggak ada bahan buli seminggu." Jawab Alix santai.

"Yaelah, gara-gara itu doang. Heh, sini gue kasih tau ya, Al." Ucap Helga sambil merangkul bahu Alix.

"Lo tau kan pepatah 'Masih banyak ikan di laut'?"

"Ya...Terus? Kalo lo bilang 'Makanya cari pacar' gue tabok lo."

"Ih, galak banget sih, Alix~ Nggak kok. Gue sebagai teman lo yang cantik nan lemah lembut ini-"

"Tai." Cibir Alix, yang dibalas dengan side eye darinya.

"Cuman mau bilang kalo sama aja dengan korban. Masih banyak murid-murid di sekolah yang bisa dibuli! Ngapain nyariin satu orang?"

Benar juga kata Helga. Kenapa Alix harus membuli orang yang sama? Dia kan bisa cari korban yang lain. Toh, guru-guru juga nggak akan protes. Selama nilai Alix diatas rata-rata, guru-guru mah santuy aje. Tapi tidak semudah itu bagi Alix.

"Nggak bisa gitu lah, Ga. Kalo gue ngebully yang lain kurang seru! Gue ngebully yang lain, merekanya takut sama gue. Si Robi gue bully malah minta diterusin. Kan beda feeling nya."

"Emang agak sinting dikit sih, si Robi... Tapi kan siapa tau ada yang sama kayak si Robi! Cari aja dulu, Al. Kasian juga si Robi nanti habis dari rumah sakit langsung dibully lagi sama lo." Yah, meski Alix tak mau mengakuinya, Helga benar.

Robi dua bulan ini sudah patah tulang tiga kali. Pertama karena lengannya diputar kebelakang badannya karena dia menantang Alix baku hantam, kedua karena dia didorong oleh Alix saat turun tangga, dan terakhir karena Alix memintanya untuk mematahkan tangannya sendiri karena Alix sedang bosan. Itu pun baru seminggu setelah dia patah kaki, alhasil, dia harus dirawat inap.

"Ya, deh. Gue cari yang lain."

"Gitu dong! Move on!"

"Kalian ngomongin korban bully udah kayak ngomongin gebetan, anjir."

Celetus Devan yang menatap heran kedua cewek yang sudah menjadi temannya sejak TK itu. Memang cuman dia doang yang waras diantara mereka bertiga.

Tak lama kemudian, bel berbunyi, menandakan waktunya jam pelajaran pertama. Seluruh penghuni kelas pun langsung duduk ke kursi mereke masing-masing. Wanita dengan sebutan Bu Tia masuk ke dalam kelas dengan senyum yang lebar. Alix heran, kok bisa wanita dengan anak tiga ini selalu keliatan senang dipagi hari. Siapa coba yang senang mengajar anak-anak SMA yang biadab pada jam delapan pagi pada hari senin? NGGAK ADA!

'Kayaknya nih guru udah gila deh...' Batin Alix, menggelengkan kepalanya.

"Pagi semuanya!" Sapa Bu Tia.

"Pagi bu...!" Bu Tia tersenyum mendengar sapaan balik dari para murid.

"Ibu punya berita bagus buat kalian! Tau nggak apa?"

"Enggak, bu..." Kasihan sekali murid-murid ini, harus menanggapi guru yang senyumannya udah kayak Annabelle setiap pagi.

"Kalian akan punya teman baru! Yaay!!" Hening. Bu Tia berdeham.

"Jadi, kelas kalian akan kedatangan murid baru. Dia pindahan dari Pulau Jawa, jadi kalian baik-baik sama dia ya? Ayo masuk, nak!" Dan disaat itu pula, seorang cowok dengan rambut berwarna hitam pekat memasuki kelas. Cowok itu memakai kacamata bulat tipis dan nampak freckles di sekitaran hidungnya. Alix tersenyum miring melihat penampilannya.

'Boleh juga nih...'

Bersambung

A/N: Gimana? Tertarik sama lanjutannya nggakk?? Nih cerita udah lama banget ada di pikiran aku, dan akhirnya aku publish juga.
Semoga enjoy!!! Azkii pergi!!

Mean To MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang