"Bagaimana kalau hari ini kau menginap saja, sekalian besok bisa langsung berangkat Kei."
Keinarra menatap Tiffany sambil memakan biskuit yang disodorkan sahabatnya itu. "Tidak bisa Tiff, barang-barangku masih di rumah dan belum selesai di kemas."
"Ahh, benar juga."
"Besok kita berangkat malam hari saja, menghindari macet karena liburan."
"Baik Kak." Jawab Keinarra dan Tiffany bersamaan.
"Besok aku jemput kamu dulu ya." Mendengar perkataan Dani Keinarra buru-buru menolak.
"Tidak perlu Kak. Sore aku langsung ke sini saja, bagaimana?" Dani mengangguk sebagai jawaban.
"Kau beneran boleh ikut liburan bareng kita Kei?" Keinarra mengangguk.
"Aku sudah meminta ijin kakakku."
"Orang tuamu?" Keinarra terdiam sejenak.
"Mereka mengijinkan." Jawabnya sambil tersenyum mantap. Dani yang ada di samping Keinarra menatapnya penuh arti. Ada yang aneh, pikirnya.
...
"Kak, aku berangkat dulu ya. Maaf jadi meninggalkanmu sendirian di rumah." Pamit Keinarra kepada Katnis yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
Katnis yang melihat Keinarra membawa koper besarnya tersenyum dan menyuruhnya duduk disamping.
"Kamu ngomong apa sih, aku gak benar-benar sendiri Kei. Masih ada beberapa pelayan di rumah dan supir. Kamu jangan terlalu memikirkan aku, waktunya kamu pikirkan kebahagiaanmu sendiri. Maafkan kakak yang masih belum bisa membuat orang-orang di rumah ini menyayangimu." Keinarra berkaca-kaca menatap sang kakak.
"Meski hanya kakak pun sudah membuatku merasa disayangi. Terima kasih banyak Kak Katnis, aku menyayangimu."
"Aku juga."
....
Pukul 8 malam.
Dani, Tiffany dan Keinarra memasukkan barang-barang bawaan mereka ke mobil SUV milik Dani. Kali ini pria itu membawa mobil yang lebih besar dengan bagasi yang lebih besar pula.
Satu per satu mengecek barang bawaan mereka, takut jika ada yang tertinggal. Tiffany tiba-tiba berseru merasa ada barangnya yang tertinggal, ia pun berlari menuju unit apartemen mereka kembali dan mengambil barangnya, meninggalkan Dani dan Keinarra berdua di basement.
"Masuklah." Perintah Dani.
Keinarra membuka pintu belakang mobil, bermaksud untuk duduk dibelakang kursi penumpang namun Dani segera mencegahnya.
"Kau duduk di depan."
"Tapi Tiffany ...,"
"Tiffany berisik, yang ada aku akan pusing kalau dia di depan. Mending kamu saja, temani aku." Gumamnya pelan. Telinga Keinarra seketika memerah mendengar penuturan Dani. Jantungnya berdegup kencang tak karuan.
Keinarra berganti membuka pintu depan dan masuk bebarengan dengan Dani yang tengah memakai sabuk pengaman dan mulai menyalakan mesin. Tak lama kemudian Tiffany berlari kecil ke arah mobil dan menaruh barang bawaannya ke bagasi dan menutupnya.
"Let's goooo ...," teriak Tiffany semangat.
"See ..., dia berisik." Keinarra tertawa pelan menatap bergantian Kakak beradik itu sambil memasang sabuk pengamannya.
Di sepanjang perjalanan Keinarra sibuk melihat keluar jendela melihat jalanan yang ramai dan sesekali menengok ke arah Dani, takut jika pria itu mengantuk atau bosan. Sesekali mereka ngobrol ringan menghiraukan Tiffany yang juga sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergoda Sugar Daddy
RomanceTergoda Sugar Daddy Summary Hidup di keluarga Marquino yang terkenal kaya raya dan terpandang tidak membuat Keinarra Adeline Marquino bahagia, justru kesedihan dan rasa sakit yang selalu ia terima. Di caci maki dan tidak di inginkan oleh keluarga Ma...