Keinarra menelusuri kamar yang disediakan untuknya itu dengan perasaan nyaman. Kamarnya sangat luas dengan nuansa putih. Gorden putih, ranjang king size beserta sprei putih dan juga ada kursi dan meja kecil di sudut ruangan dekat jendela.
Karena penasaran dengan pemandangan di luar, Keinarra membuka gorden dan mendapati ada balkon di depan kamarnya. Ia bisa melihat kerlap-kerlip lampu rumah dan villa di bawahnya.
Dengan senyuman yang semakin merekah, Keinarra berusaha membuka pintu yang seluruhnya terbuat dari kaca dan segera melangkahkan kakinya keluar balkon.
Seketika hembusan angin sejuk menerpa kulit wajahnya. Sedikit menggigil dengan suhu yang tiba-tiba menerpa tubuhnya, Keinarra menggosokkan tangannya memeluk dirinya hingga tak menyadari seseorang memasuki kamarnya.
"Wah! Aku pikir Si Pemarah Dani itu memakai kamar ini untuk dirinya sendiri sampai-sampai aku dilarang memakai kamar ini eh, ternyata untuk Keinarra ..., wah wah fix ini kalian ada hubungan dibelakangku, kan?" Keinarra yang tak mengerti ucapan Tiffany hanya mengernyit bingung.
Menyadari ucapannya yang agak keterlaluan itu pun akhirnya Tiffany mengalihkan pembicaraan, "Kamu suka kamar ini Kei? Kamar ini mempunyai pemandangan paling bagus loh." Keinarra mengangguk sambil tersenyum.
"Bagus, villa ini juga sangat besar dan mewah. Aku sangat berterima kasih kepadamu dan Kak Dani karena sudah mengajakku ke sini."
"Tentu." Tiffany menjawab seadanya dan melemparkan dirinya ke atas ranjang king size itu, lalu berguling-guling dengan nyaman tanpa memperdulikan Keinarra yang menatapnya geli.
"Kalau kau mau aku bisa bertukar kamar denganmu, Tiff. Lagipula ini villa kalian dan aku tamu, jadi aku tak masalah tidur di mana pun." Tiffany bukannya bahagia malah merasa sedih dengan ucapan Keinarra barusan. Kenapa sahabatnya itu masih saja berfikiran seperti itu.
"Enggaklah Kei, kau ini bicara apa sih ..., kau ini tamu, justru harus di perlakukan dengan baik. Lagipula, jika Dani tau bisa habis aku diomeli olehnya." Setelah mengatakan itu, mereka berdua justru malah tertawa bersama membayangkan wajah kesal Dani.
Keduanya sedang asyik bercengkrama ketika tiba-tiba pintu kamar Keinarra diketuk. Itu Dani yang datang mengabarkan jika persiapan barbekyu sudah selesai dan mereka bisa ke rooftop untuk mulai.
"Kau duluan saja Kei, aku masih harus mengambil sesuatu di koperku." Keinarra mengangguk dan berjalan menaiki tangga menuju rooftop dengan Dani di sisinya.
"Duduklah." Dani menyuruh Keinarra duduk di sofa panjang lalu mengambilkan selimut untuk menyelimuti tubuhnya dari udara dingin.
Dani mulai menyalakan api dan memanggang beberapa sosis maupun daging yang ditusuk bersama paprika. Keinarra merasa terpesona melihat sisi Dani yang seperti ini. Wajahnya seketika memerah melihat Dani yang juga ternyata balas menatapnya sambil tersenyum manis. Ya Tuhan, jantungku.
Tak lama, Tiffany datang membawa sebuah botol anggur Bordeaux di tangan kanan dan tiga gelas berleher di tangan kiri. Dani mengernyitkan dahinya tajam menatap sang adik.
"Kau mau mabuk-mabukan?"
"Haisshh, anggur tidak akan membuatku mabuk. Lagipula aku sudah legal untuk minum-minuman beralkohol. Usiaku hampir 19 tahun!" jawab Tiffany dengan sengit pertanyaan kakaknya.
Dani hanya berdecak menatap tajam Tiffany lalu kembali memanggang, sedangkan Tiffany sudah mulai membuka tutup botol anggur setelah duduk disamping Keinarra.
Tiffany menuangkan anggur ke masing-masing gelas, lalu mengambil satu untuk dirinya dan satu untuk Keinarra. Gadis itu hanya menatap cairan berwarna merah pekat itu dengan enggan, apa ia harus meminumnya atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tergoda Sugar Daddy
RomanceTergoda Sugar Daddy Summary Hidup di keluarga Marquino yang terkenal kaya raya dan terpandang tidak membuat Keinarra Adeline Marquino bahagia, justru kesedihan dan rasa sakit yang selalu ia terima. Di caci maki dan tidak di inginkan oleh keluarga Ma...