˖࣪ 🥃 ''

16 3 0
                                    

Manusia manusia yang selalu berekspektasi. Kupikir selamanya aku akan hidup seperti itu.

Kubangan menjijikkan yang kotor. Orang-orang menganggapnya acuan yang dapat membentuk seorang manusia.

Muak. Aku bahkan lupa ekspektasi apa yang dulunya ada padaku, dari mereka.

"Sebelum aku lahir, mungkin harapannya berbeda."

Hap!

Aku melanjutkan kunyahan di mulutku yang sempat terhenti. Padahal hanya untuk mengucapkan sepatah kata saja rasanya sulit. Tapi aku berhasil melakukannya. Aku berhasil menelan makanan yang sebelumnya kurasa akan berbalik arah.

"Kau hampir muntah."

Dazai datang.


"Dan sukurlah kau tidak membuang buang makanan yang sudah susah susah kau beli itu [Name]."

Dan mengomel ngomel tak jelas tiba-tiba.


Entah darimana dia datang, duduk dengan santainya di depanku. Dazai Osamu, bagaimana bisa dia ada di sini sekarang?!

"Hei, kau masuk lewat mana?! Mana mungkin kau berakting untuk bisa masuk kesini kan??"

"Ah? Apa kau meragukan kemampuan kekasih gelapmu ini [Name]~"

Apa apaan lagi sebutan itu.

"Eee..?? Kau tidak paham?"

"Ya iyalah dasar gila. Sudahlah, aku ada kelas jadi akan kutinggal kau disini."

"Eehhh????"

Tidak peduli. Lebih baik laki-laki gila sepertinya tidak kusukai sejak awal.

"Kau serius tidak peduli begitu??? Padahal aku mau melihat pesonamu yang sedang belajar itu di kampusmuu."

Oh astaga apa lagi arti mimik wajah itu.

":("

"Berhenti membuat raut seperti emoji nahan berak begitu. Cepat kembali saja kau ke rumah."

"Tapikanㅡ"

"Kembali dan aku akan pulang setelah ini. Kubawakan kau manisan, oke?"

⟡ ⊹ ⟡


Tidak kusangka manisan ampuh juga.

Aku benar-benar menepati janjiku, pulang secepat kilat dengan 2 kantung berisi berbagai cemilan yang didominasi oleh permen.

Wah sejauh mana aku menghabiskan gajiku sebagai penulis sekarang.

"Okaeri. Kau tidak akan jatuh miskin hanya karna camilan [Name]."

"Haa apalagi maksut sambutanmu itu Dazai."

Aku lelah. Tapi bukan membeli permen ini yang kumaksud.

Aku membuka alas kakiku, dan meletakkannya di rak. Segera aku melangkahkan kakiku yang pegal ini menuju sofa.

Kulihat Dazai sedang berbinar-binar. Apa yang dia lakukan?

"Kau menunggu apa? Makan saja cemilannya."

"Aku menunggumu."

?!

"Menunggu kau menumpahkan rasa dari harimu tadi,"


"So, how's your day darlin'?"


─────────────── .✦
theloocyㅤ

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

░▋   𝐍𝐎  𝐋𝐎𝐍𝐆𝐄𝐑  𝐇𝐔𝐌𝐀𝐍   ♥︎ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang