˖࣪ 🥃 ''

194 20 0
                                    

Aku termangu melihat betapa indahnya hamparan laut yang membentang sejauh mata memandang.

Ditemani langit senja orange, laut seakan membius ku untuk tetap berdiri di tepi pantai, mengabaikan dinginnya hawa malam yang akan datang.

Aku memilih tidak peduli, pada suhu ataupun keadaan pantai yang mulai sepi. Karena aku ingin lebih lama di sini, menantikan matahari terbenam tergantikan oleh matahariku yang akan datang.

"Bukankah harusnya bulan? Matahari terbenam diganti oleh bulan kan?" itu suaranya, tepat berada di belakang telingaku.

"Tidak, kau tetap matahariku, Dazai Osamu."

⟡ ⊹ ⟡

"(Name), apa kau tidak takut? Ini sudah malam dan kau masih bermain di pantai. Kenapa tidak pulang saja? Lalu bermain air di kamar mandi?" dia bertanya padaku dari tempat duduknya yang tidak terlalu jauh dari tempatku bermain ombak.

"Di kamar mandi tidak ada ombak, Dazai."

"Kalau begitu kau bisa bermain ombak selimut denganku." nadanya mulai terdengar merajuk, membuatku tertawa kecil mendengarnya.

"Kau sendiri kenapa tidak pulang? Kau kan bisa mencari gadis lain yang lebih bisa kau kendalikan." menyeringai kecil, dibalik perkataan ku terbesit harapan Dazai akan menolaknya.

Sebab aku tidak benar-benar menginginkan dia pulang ataupun mencari gadis selain diriku. Gengsi itu ku tutupi dengan wajah mengejek, aku tidak mau dia sampai membaca harapanku.

Tapi sepertinya mustahil.

"Kau mengatakan itu tapi berharap aku tidak pergi. Haahh... yare yare~"

"Tapi tenang saja, meski kau sungguh menyuruhku mencari yang lain aku akan tetap memilih bersamamu."

Aku berhenti bermain air lalu mendekatinya.

"Oh ya? Ada yang mengatakan kalau laki-laki berkata manis itu hanyalah bualan. Aku tidak bisa percaya begitu saja."

Bukannya langsung kecewa ketika mendengar balasanku, dia malah menyeringai tipis dan bangun dari duduknya.

"Kau yakin? Tidak percaya padaku?"

"(Name), kau satu-satunya milikku, bagaimana bisa aku membuang mu jika yang ku punya hanya kau."

Tidak

Jangan

Jangan katakan hal yang menyedihkan seperti itu dengan senyuman sendu mu.

Aku membencinya.

Aku benci melihatmu kesepian.

"Aku percaya. Aku percaya padamu! Kau tidak mungkin pergi dariku, Dazai." aku memeluknya, menyembunyikan wajah ketakutan ku di dada bidangnya.

"Tentu saja," ia merengkuhku.

"Karena aku diciptakan untukmu (Name)."


─────────────── .✦
theloocyㅤ

░▋   𝐍𝐎  𝐋𝐎𝐍𝐆𝐄𝐑  𝐇𝐔𝐌𝐀𝐍   ♥︎ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang