5

1.5K 129 39
                                    


"Apa? Tiba-tiba kamu lembur?"

"Ah, darurat?"

"Baiklah, tidak apa-apa. Jaga dirimu. Bye-bye."

Renjun membuka pintu dan keluar dari kamar Xiaobao. Dia meninggalkan Jeno di ruang tamu sendirian karena dia harus menidurkan Xiaobao yang mengantuk, lalu menelefon Istrinya yang tidak ada di rumah. Sekitar 20 menit kemudian, dia baru muncul kembali sambil meminta maaf.

"Maaf membuatmu menunggu lama. Aku harus mengganti pakaian Xiaobao dan menggosok giginya dulu sebelum tidur. Kalau tidak, Ibunya yang rewel itu akan memarahiku semalaman." Katanya bercanda sambil duduk di sampingnya.

Jeno tidak berbicara. Dia hanya menatap Renjun dalam-dalam dan sesekali mengangguk sebagai jawaban. Dia memang tidak terlalu suka berbicara, dia lebih suka mengamati korbannya.

Mereka duduk sangat dekat di sofa. Jeno bahkan bisa mencium bau tubuh Renjun yang bercampur dengan keringat dan angin malam. Betapa dia sangat ingin mengendus ke lekukan leher itu dan menciumnya, menciptakan bintik merah.

Jeno melirik selangkangannya yang mencuat lagi. Sedangkan pria disampingnya masih belum menyadarinya.

Renjun bergumam sambil melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 8 malam, 'Lembur mendadak. Aku sangat khawatir.'

"Kemana Istrimu?"

"Dia lembur hari ini. Dia seorang perawat di Rumah Sakit. Biasanya dia sudah pulang, tapi baru saja dia mengatakan kalau dia akan pulang terlambat."

"Oh." Dia terlihat tidak tertarik.

Jeno melihat sekeliling, memindai seluruh ruangan sebelum bertanya lagi dengan tangan yang sedikit nakal, mengelus paha Renjun, "Lalu, bagaimana denganmu? Apa pekerjaanmu?"

Renjun belum merasakan hal yang janggal, dia menjawab dengan santai, "Aku hanya dokter umum, kamu?"

"Apakah seorang koki bisa disebut profesi?"

"Tentu saja!" Renjun tidak bisa menahan decakan, "Masakanmu pasti sangat lezat."

Jeno tersenyum kecil. Perasaan bangga yang entah datang dari mana tiba-tiba merasukinya. Dan... Ereksinya menjadi lebih keras, "Kamu harus mencicipinya nanti. Aku ahli dalam mengolah daging."

Dia bahkan sengaja menekankan kata 'daging' dan memberi kesan misterius untuk menarik minat Renjun. Dan ternyata umpannya berhasil. Renjun terlihat sangat antusias mendengar ceritanya tentang resep memasak dan melupakan kekhawatirannya tentang sang Istri.

Semakin lama mereka mengobrol, semakin tipis jarak di antara mereka. Itu karena Jeno yang selalu mencondongkan tubuhnya ke arah Renjun seolah-olah tidak ada lagi tempat yang luas di sekitar mereka.

Di sini, Renjun mulai merasa ada yang tidak beres dengan teman sekolahnya ini. Dia bingung karena Jeno selalu ingin menempelinya seperti perangko. Dalam hati dia bertanya-tanya, ada apa dengan orang ini.

Bahkan pria itu kadang-kadang menempelkan pipinya ke pundaknya, pura-pura menggaruk dengan intim. Seakan ingin mencium dan kadang-kadang mengendus dengan hidungnya secara tidak wajar.

Alis Renjun mengerut dalam. Ekspresinya terlihat tidak nyaman.

Sejujurnya, walaupun mereka pernah menjadi teman sekelas saat duduk di bangku SMA, Renjun dan Jeno tidak bisa di bilang sebagai teman yang akrab sama sekali, mereka bahkan jarang mengobrol. Renjun yang mudah bergaul kesulitan berteman dengan Jeno, dulu pria itu sangat dingin. Orang-orang takut berbicara dengannya, hanya Renjun yang sesekali akan menyapanya saat bertemu di kelas atau saat makan siang di kantin.

[𝐁𝐋] 🔞𝐓𝐎𝐏 𝐒𝐀𝐃𝐈𝐒𝐓𝐈𝐊 | 𝐑𝐉𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang