8

1.1K 91 42
                                    

Renjun mengangkat tubuhnya dengan susah payah, penasaran mengintip ke tempat dimana persetubuhan mereka terjalin, tetapi dia hanya mampu melihat tiga detik sebelum membanting kepalanya kebelakang lagi.

"Nghh... Ahhah."

Sangat menjijikan untuk dilihat. Tapi dia tetap berpura-pura mendesah untuk menyenangkan psikopat itu.

"Mnhhah... Uh, ah ah."

Apa yang hebat dari mengaduk saluran pencernaan? Itu adalah sarang penyakit, tetapi para Homoseksual sangat menyukainya.

"Sttngh... Nghh... Huhu, tunggu sebentar! A-ahh!"

Persetan!

Kamu ingin aku mendesah? Aku sudah mendesah dengan hebat sekarang. Apalah kamu senang? Bajingan sialan! Psikopat gila.

Suara tamparan kulit bergema. Ranjang pun ikut bergoyang bersama mereka. Samar-samar hidungnya mencium bau darah. Dia berdarah, rasanya sangat sakit, tapi dia hanya bisa menahannya untuk saat ini. Renjun mengepalkan tangannya erat-erat.

Jeno mengurung Renjun dengan tubuh besarnya sambil menunduk, membuka mulutnya lebar-lebar, meraup bibir marun yang pembuluh darahnya hampir pecah karena terus menerus dia hisap selama seks berlangsung. Dia menjadi kecanduan oleh bibir lembut itu. "Lembut sekali... Enak sekali." Pujinya.

Renjun memaksakan sebuah senyuman terbaiknya dan membalas lumatannya dengan sakit hati.

Mereka terus bercinta sampai jam tiga pagi.

Renjun bahkan merasa bahwa kakinya tidak bisa menutup karena selama tiga jam itu, Jeno terus menekannya dan memukul pantatnya tanpa berhenti.

"Ahh." Jeno akhirnya ejakuasi untuk yang kesekian kalinya di dalam perut Renjun. Wajah pria psikopat itu terlihat puas setelah mengeluarkan esensinya. Namun sepertinya dia belum berniat melepaskannya karena setelah klimaks selesai, penisnya masih tenggelam di sana. Tubuhnya juga sesekali masih menekan dengan gemetar, merasakan kenikmatan.

Renjun tiba-tiba menjadi mual karena perut kembungnya. Dia mengembangkan sebuah senyuman disertai dengan keluhan sebelum berbisik lembut di telinga Jeno, "Sayang, aku lapar." Lalu menggigit daun telinganya.

Bohong.

Dia sedang berbohong supaya psikopat ini sibuk sejenak agar dia bisa memikirkan cara untuk melarikan diri darinya.

Jeno memiringkan kepalanya sambil menatap Renjun dari atas dengan tatapan menyelidik seolah tidak percaya. Tatapan tajamnya hampir membuat Renjun mati lemas karena ketakutan, dia takut kedoknya tercium oleh pria gila ini. Dia masih menunjukkan senyuman manisnya dengan pipi tegang.

"Aku lapar sekali." Katanya, berusaha meyakinkan. Kakinya bergerak mengaitkan pinggang pria itu dan merapatkan penyatuan mereka.

'Jangan curiga!'

Jeno tidak membalas. Namun dia mulai menyingkir dan melepaskan kaki Renjun dari pinggangnya.

Sebuah bunyi 'puch' terdengar lengket. Renjun memejamkan mata, merasa malu mendengar perzinahannya.

"Kebetulan sekali, aku juga lapar. Aku akan memasak untukmu."

Renjun hampir melebarkan senyumannya karena dia pikir, dia akan bebas dari tangan psikopat ini untuk sementara dan dia berencana mencari celah agar bisa melarikan diri darinya. Tetapi hal yang tidak pernah Renjun duga sebelumnya adalah, Jeno akan membawanya juga.

"Tunggu! Apa yang kamu lakukan!?" Kenapa kamu membawaku juga, sialan!

Jeno sudah menggendong Renjun di pundaknya seperti karung beras. Dia tertawa serak mendengar pertanyaannya, "Aku sangat horny. Jadi saat memasak pun kita masih bisa melakukan seks di dapur." Katanya, sambil berjalan ke luar kamar. Tangannya yang menganggur tidak tinggal diam, dia dengan iseng menguleni kedua pipi pantat Renjun hingga memerah.

[𝐁𝐋] 🔞𝐓𝐎𝐏 𝐒𝐀𝐃𝐈𝐒𝐓𝐈𝐊 | 𝐑𝐉𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang