🎀31

2K 420 403
                                    

"MAMA~" Cla berlari kecil, lantas menubruk sang mama kala wanita itu terangkum dalam pandangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MAMA~" Cla berlari kecil, lantas menubruk sang mama kala wanita itu terangkum dalam pandangannya.

Leisha terkekeh. Ia membelai kepala putrinya, mengusap-usap pipi gembil si gadis kecil menggunakan ibu jarinya. "Apa Cla mengerjakan tugas sekolah dengan baik?"

"Tentu!" Cla tersenyum lebar. "Papa mengajariku mengerjakan semua tugas!"

"Lalu apa—"

"Ya," Cla memangkas, seakan ia sudah bisa menebak pertanyaan sang mama. "Aku selalu menghabiskan isi piringku. Aku juga menggosok gigi sebelum tidur."

"Pintarnya~" Leisha tertawa pelan, lalu membubuhkan kecupan pada dahi putrinya.

Jean melangkah keluar dari pintu dapur. Tubuh atletisnya terbalut kaus hitam dan juga apron berwarna merah muda. Pria itu tersenyum senang. "Ayo kita sarapan. Aku sudah memasak nasi kari."

Kemampuan memasak yang dimiliki oleh Jean dan Leisha belum sebaik kemampuan koki restoran bintang lima. Namun mereka berdua masih mampu memasak makanan yang layak untuk dimakan, dan tentunya terasa cocok di lidah mereka sekeluarga.

Keluarga kecil itu menyantap sarapan seperti biasanya, mengunyah sambil sesekali bercerita mengenai hari-hari yang telah berhasil dilalui. Leisha tampak jauh lebih baik dari kali terakhir Jean melihatnya. Mereka berdua bisa bersikap seperti biasanya di hadapan Cla, seakan tak ada hal buruk yang telah terjadi beberapa waktu lalu. Sekarang adalah waktu di mana mereka harus menikmati momen sarapan bersama. Jadi Leisha dan Jean akan membicarakan persoalan dewasa nanti, ketika hanya ada mereka berdua saja.

Aktifitas berikutnya pun terjalin seperti biasanya. Leisha mengantar Cla ke sekolah, lalu melajukan mobilnya menuju kantor. Jean juga pulang ke apartemennya sendiri untuk berbenah, sebab sudah beberapa hari ia meninggalkan tempat itu. Pada siang hari, Jean akan menjemput Cla, mengantar sang putri ke apartemen Leisha, lalu menyantap makan siang bersama.

Saat Leisha sampai di apartemen, maka Jean akan bersiap untuk pergi bekerja. Rentetan waktu yang dilalui seharian belum memungkinkan bagi mereka untuk bicara panjang lebar. Maka tak heran ketika Jean selesai bekerja; pria itu tidak pulang ke apartemennya sendiri, melainkan berbelok untuk mampir ke apartemen Leisha.

Waktu tengah malam yang biasanya mereka gunakan untuk tidur dan mengistirahatkan tubuh, kini mereka pakai untuk bersama-sama duduk bersandar di atas ranjang sambil saling memeluk satu sama lain.

"Seharusnya kau langsung pulang saja," kata Leisha. Pipinya bersandar manja pada dada bidang Jean. "Kau pasti lelah."

Jean menahan senyum. "Bagaimana, ya? Aku takut kau merindukanku. Itu sebabnya aku langsung kemari sepulang bekerja."

Ohh—Jean Harold dan sifat jahilnya yang gemar menggoda Leisha. Namun kali ini Leisha tidak kesal mendengar ungkapan demikian, karena sejujurnya ia memang merindukan Jean. Perempuan itu lalu memainkan jari telunjuknya pada dada bidang Jean, bertutur, "Kalau kau tinggal di sini saja, bagaimana? Jadi kau tidak perlu bolak-balik lagi. Selain itu, kita juga bisa lebih berhemat. Kita hanya perlu membayar sewa satu apartemen. Kau bisa menghemat bensin dan tenaga karena tidak harus pulang-pergi ke apartemenmu. Kita juga bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Cla." Ia lalu mendongak, memandang sang lawan bicara. "Bagaimana?"

Only You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang