Rasa iri

253 23 2
                                    

Didalam mobil Rora melihat instastory milik mamahnya, dimana mamahnya begitu menyanyangi Chiquita adiknya dibanding dirinya. Jika seperti ini Rora akan terus menyesal untuk hidup, menganggap dirinya tidak berguna sama sekali. Dicintai oleh mamah papahnya adalah impian Rora saat ini, jika Rora bisa memilih dia tidak ingin dilahirkan dengan keadaan seperti ini.

"Gimana rasanya dipeluk sama mamah papah kak? " Pertanyaan itu keluar dari bibir kecil Rora

Pharita menghentikan mobilnya, dadanya sakit seakan dunia ini hancur dalam sekejap setelah mendengar pertanyaan adiknya itu. Bagaimana Pharita lupa jika Rora tidak pernah merasakan kehangatan dari kedua orang tuanya.

"Dari Rora kecil sampai sekarang Rora gak pernah ngerasain rasanya dipeluk sama mamah papah, kakak tahu? Rora pernah menyimpan rasa iri terhadap Chiqi , dimana melihat reaksi mamah papah terhadap Chiqi mereka terlihat bahagia, sedangkan mereka melihat aku merasa jijik." Menghentikan percakapan itu Rora terdiam sejenak menatap lurus didalam mobil.

Pharita menitikan airmatanya, bibirnya merasa kelu sulit untuk berkata-kata. Diamnya Rora ternyata menyimpan rasa iri terhadap adik bungsunya.

"Kak Riri gak perlu takut Rora membenci Chiqi, karena Rora begitu menyanyangi Chiqi. Yang Rora inginkan sekarang adalah bagaimana caranya agar Rora dicintai oleh mamah papah seperti mereka mencintai Chiqi. "

Mendekap erat enggan melepaskan pelukannya terhadap Rora. Pharita ingin selalu seperti ini, menjadi tempat cerita disaat Rora sedih.

"Kamu gak perlu ngerasain pelukan dari mamah papah, kamu cuma perlu ngerasain gimana rasanya pelukan dari kakak dan adik kamu yang begitu menyanyangi kamu. Jangan pernah merasa kamu gak berguna, bagi kakak kamu adalah ciptaan Tuhan yang begitu indah. Tuhan begitu menyanyangi kamu kamu pilihan Tuhan yang terbaik, karena Tuhan yakin kamu hebat dan kuat. Ingat kamu anak hebat! " Tegas Pharita.

"Kakak menyanyangi kamu Rora. Dan selamanya akan tetap menyayangi kamu jangan pernah ninggalin kakak ya? " Lanjut Pharita

'Aku tidak bisa janji kak!'

****

"Chiquita...Udah berapa kali aku bilang sama kamu jauhin Niki, kamu itu tuli ya? Niki itu calon pacar aku" Teriak gadis kecil itu marah

Chiquita menatap Wonhe dengan sinis," Cuma calon kan? Lagian belum tentu Niki suka sama kamu? Udah ah males ngadepin manusia aneh kaya kamu"

Wonhe kesal dia tidak terima dia menjambak rambut Chiquita, Chiquita kesakitan dia tidak terima. Dia kemudian menarik tangan Wonhe dari rambutnya, kemudian Wonhe didorong ke dinding. Ditekan oleh badan Chiquita.

"Ahh... Anjing banget kamu, kamu kira aku takut sama kamu? Ingat ya Wonhe kalau kamu suka sama Niki jangan bawa-bawa aku. Aku gak pernah ngedeketin Niki justru Niki yang ngedeketin aku. Kalau kamu berani ganggu aku lagi aku gak akan segan-segan matahin tangan kamu. " Ancam Chiquita dan pergi ninggalin Wonhe.

"Ihhh nyebelin banget sih tuh anak" Cerocos Wonhe gak Terima.

"Udahlah Won, lagian kamu gak takut sama ancaman dari Chiquita. Chiquita itu preman loh" Kata Moka

"Ihhh" Kesal Wonhe

****
Jika dilihat dari segimanapun Asa wanita sempurna, sangkin sempurnanya dia bahkan banyak yang membenci. Ancaman dari hari ke hari semakin meningkat.

Kali ini Asa duduk di balkon kamarnya sendirian, termenung mengingat kejadian dimana dirinya hampir mati oleh sosok itu.

"Kali ini aku selamat, tidak tahu besok apakah aku masih hidup atau tidak? " Gumam Asa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang