09. Permainan Yang Mematikan

175 117 87
                                    

Nb; author nya galak, gak usah kepikiran buat nge'jiplak 😾🫵🏻




By: mldnvnrc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

By: mldnvnrc




Alves menatap papan permainan dadu yang kini mendominasi lantai perpustakaan megah itu.ia masih ragu rupanya, jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya, ada rasa takut yang tersembunyi, sementara pikirannya berputar-putar mencoba memahami konsekuensi dari permainan yang tampak sederhana, namun mematikan ini.

"kau yakin dengan ini, la?" gumam Alves, matanya tak lepas dari dadu yang tergeletak di tengah papan. "Terlalu banyak yang harus dipertaruhkan."

Arla, yang masih memegang gulungan kertas dengan tangan gemetar, mengangguk setuju. Namun, tekad di matanya tak goyah. "Aku tahu, Al. Tatapi mau bagaimanapun ini satu-satunya cara untuk mendapatkan tunggangan itu, kita tak punya pilihan lain."

Keduanya mendekati papan permainan dengan hati-hati. Aura magis yang kental menyelimuti ruangan itu, seolah mengancam mereka untuk bergerak maju. Lalu memulai permainan itu.

Alves menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dengan tekad yang mulai terbentuk, Alves mendekati dadu pertama. Ia merasakan sentuhan dingin pada kulitnya saat ia mengambil dadu itu. Arla berdiri di sampingnya, mata mereka bertemu untuk sesaat. "Siap?" tanya Alves.

Arla mengangguk. "Siap."

Dengan satu tarikan napas, Alves melempar dadu ke tengah papan. Dadu itu berputar-putar dengan cepat sebelum akhirnya berhenti, menampilkan angka *lima*.

"Lima langkah," bisik Arla. "Kita bisa melakukannya."

Keduanya mulai melangkah, hati-hati menghitung setiap langkah. Masing-masing langkah terasa seperti mendekatkan mereka pada sesuatu yang tidak diketahui—sesuatu yang bisa saja menjadi akhir dari petualangan mereka.

Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah.

Suara aneh tiba-tiba terdengar, seperti angin yang berdesir namun lebih tajam. Alves berhenti sejenak, matanya mencari sumber suara itu. Namun, tidak ada apa pun selain buku-buku tua yang berjajar di rak dan bayangan yang bermain di dinding.

"Jangan berhenti, Al," bisik Arla dengan cemas. "Kita hanya punya dua langkah lagi."

Alves melanjutkan langkahnya dengan hati-hati. Empat langkah. Lima langkah. Mereka berhasil mencapai ujung lain dari papan permainan tanpa insiden.

Namun, saat mereka berpikir semuanya akan berjalan lancar, lantai di depan mereka berguncang hebat. Dinding perpustakaan yang megah mulai bergerak, memperlihatkan labirin sempit yang menjulang tinggi di depan mereka.

Falinn Heimur [Terbit✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang