12. Kebingungan Arabella

17 7 0
                                    

"Angkat tanganmu!!" tegas seorang pria yang terdengar tepat cukup jauh di belakang Danzel.

Pria berkepribadian dingin dan kejam itu kini menghentikan aksinya dan mulai mengangkat tangannya sambil berbalik.

Sepasang mata Arabella semakin membulat saat dia menyadari jika pria di hadapannya adalah Danzel. Namun, Arabella tak bisa berkata-kata, karena mulutnya telah disekap dengan kain.

"Siapa kamu?! Dan mengapa ikut campur dengan urusanku?!" tanya pria yang sedang menyandra Arabella.

"Tunggu dulu! Jangan salah paham! Sebenarnya aku juga sedang mengincarnya! Tujuanku adalah untuk melenyapkannya, bukan untuk menyelamatkannya!" ucap Danzel jujur.

Seketika sepasang mata Arabella semakin membulat. Baru beberapa saat yang lalu ada sekelompok orang yang menculiknya, kini malah datang seorang pria pembunuh dingin yang kejam yang juga sedang mengincarnya untuk melenyapkannya. Tentu saja kedua hal itu cukup membuat Arabella ketakutan.

"Tujuan kami bukan untuk melenyapkannya! Aku menculiknya karena aku lihat dia adalah seorang putri dari keluarga kaya raya. Lagipula jika kamu memang tak ingin menyelamatkannya, lalu mengapa kamu menyerang anak buahku?! Cih ... ingin mengelabuhiku ya?! Kau akan menyesal!! Tangkap dia!! Aku akan mengurusnya nanti setelah aku kembali menyelesaikan sesuatu." titah sang bos segera berlalu.

"Baik, Bos!!" sahut beberapa anak buahnya yang juga memakai penutup kepala.

Lagi-lagi Danzel hanya bisa mengikuti permainan mereka dan tidak bisa menyerang mereka. Karena saat ini nyawa Arabella sungguh berada dalam bahaya. Dan mereka tak akan segan-segan untuk melakukan tindakan kriminal.

Dua orang pria mulai memborgol kedua tangan Danzel. Lalu mereka  menggiring Danzel dan Arabella memasuki sebuah ruangan.

Setelah mendorongnya dengan  kasar, akhirnya mereka meninggalkan Danzel dan Arabella di ruangan tahanan yang berukuran cukup kecil dan pengap itu.

Bukannya berusaha untuk segera beraksi kembali agar bisa segera meninggalkan tempat ini, tapi Danzel malah duduk di atas lantai dan bersender di dinding dengan santai. Dia menghembuskan nafas kasarnya ke udara dan terlihat begitu malas. Namun, sepasang matanya masih selalu terlihat dingin dan tajam.

Pria dingin dan kejam itu bahkan hanya terdiam selama beberapa saat dan tak mau membuka perbincangan. Dia seakan tak menganggap keberadaan Arabella.

Cihh ... gara-gara cewek ini, gue malah melakukan hal bodoh seperti ini. Seharusnya gue bisa mengatasi semua berandalan itu dengan cepat! Tapi gue malah menahan diri. Cewek ini sungguh sangat merepotkan! Tapi ... tunggu dulu! Bukankah seharusnya gue nggak perlu merasa repot jika Arabella lenyap di tangan mereka? Dan Gue nggak perlu lagi mengotori tanganku bukan? Hhm ...

Batin Danzel masih saja terdiam dengan ekspresi tajam dan dingin.

Tidak! Gue ngejar mereka karena nggak rela Arabella berakhir di tangan mereka! Dia harus berakhir di tanganku!! Dengan begitu gue akan merasa lebih tenang! Gue nggak akan lepasin siapapun yang udah tau rahasia gue! Tidak akan!

Batin Danzel lagi mulai beralih menatap Arabella dengan tatapan tajam.

"Wah, kita bertemu kembali!"  Danzel menyeringai manis bak setan.

Sepasang mata Arabella semakin membulat, dia sangat ketakutan saat menatap mata Danzel. Terlebih saat potongan ucapannya beberapa saat yang lalu kembali terngiang memenuhi gendang telinganya.

"Tujuanku adalah untuk melenyapkannya, dan bukan untuk menyelamatkannya!"

Ucapan Danzel kembali terngiang memenuhi angan Arabella.

Dear, Danzel ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang