13. Anak Panah Misterius

19 5 0
                                    

Berandalan yang sudah tak sadarkan diri diborgol dan dimasukkan ke dalam jeruji sel. Sementara Danzel masih bersama dengan Arabella dan Afrizon untuk pemeriksaan dan introgasi.

Kali ini Afrizon  lah yang turun tangan sendiri untuk mengatasi masalah yang sedang menimpa putri kesayangannya.

Arabella terdiam menunduk, dengan jemari yang saling bertaut satu sama lain dan sesekali saling mengusap. Dia terlihat sangat gelisah.

"Kamu mengatakan jika kamu bukanlah bagian dari mereka, jadi jelaskan padaku apa tujuanmu! Dan mengapa kamu berada di tempat itu?" dengan tegas Afrizon kembali memberikan pertanyaan untuk Danzel.

"Aku tidak sengaja melihat mereka membawa paksa nona ini. Jadi aku memutuskan untuk mengikutinya, karena mereka sangat mencurigakan." jawab Danzel seadanya.

"Arabella, apakah yang dia katakan adalah benar? Dia bukan komplotan dari para penculik itu?" tanya Afrizon beralih menatap putri bungsunya.

Arabella mengangguk pelan, "Benar, Papa. Danzel bukanlah bagian dari mereka. Dia bahkan membantuku dan melindungiku dari para penculik itu." ucap Arabella lirih.

Sebenarnya Arabella masih saja bingung harus bagaimana. Nakun, entah mengapa dia malah mengatakan seperti itu kepada papanya. Padahal jika menjebloskan pria dingin itu ke dalam jeruji sel, maka akan membuatnya lebih aman. Karena Danzel pernah berkata akan melenyapkannya.

Afrizon bernafas lega dan merasa lebih tenang.

"Baiklah, Anak muda. Terima kasih karena telah menyelamatkan putriku! Aku sungguh berhutang budi padamu." ucap Afrizon dengan tulus.

"Tidak, Pak Jendral. Aku hanya melakukan sedikit hal saja." sahut Seijuro Shin datar dan dingin seperti biasanya.

"Baiklah. Kamu boleh pergi. Dan terima kasih telah bersedia memberikan kesaksian."

"Baik. Permisi, Tuan Jendral Afrizon Abimana." ucap Danzel segera bangkit dari tempat duduknya.

Namun, sebelum Danzel pergi, dia sempat memberikan tatapan rumit untuk Arabella. Sebuah tatapan yang penuh arti dan misteri.

"Sayang, kamu juga pulanglah! Ini sudah sangat larut." ucap Afrizon beralih menatap Arabella.

"Aku akan pulang bareng papa aja deh! Aku takut pulang sendirian!" rengek  Arabella memasang wajah memelas. Dan sebenarnya Arabella sedang menghindari untuk keluar bersamaan dengan Danzel.

"Pulanglah bersama pengawal. Papa masih memiliki sebuah pekerjaan, Sayang." bujuk Afrizon.

Mau tidak mau akhirnya Arabella harus segera pulang bersama dengan beberapa pengawal. Dia segera berpamitan dan meninggalkan gedung kepolisian itu bersama dengan anak buah sang papa.

Saat di depan gedung kepolisian, Arabella mengedarkan pandangannya ke sekitar, seolah-olah sedang mencari seseorang. Namun, sosok yang dia cari sudah tak terlihat. Dan hal ini membuatnya merasa lega.

"Silakan, Nona muda." salah satu pengawal mulai membukakan pintu mobil Lexus hitam metalik untuk Arabella.

Gadis cantik bermata bulat itu sempat mengedarkan pandangannya ke sekitar kembali sebelum memasuki mobil itu. Namun, dia tetap tidak menemukan sosok itu. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk segera memasuki mobil itu. Mobil itu mulai melaju membelah jalanan yamg masih ramai itu.

Sementara itu di dalam sebuah taxi yang masih terparkir tak jauh dari kantor kepolisian, rupanya Danzel sudah mengamati Arabella sejak Arabella keluar dari gedung itu.

Arabella Abimana ... mengapa kamu selalu mengujiku dan selalu membuatku merasa bimbang? Dan kali ini ... kamu bahkan juga masih berusaha untuk melindungiku dari papamu sendiri? Apa kamu benar-benar gadis yang gila dan bodoh? Berbicara omong kosong dan menyelamatkan seseorang yang kejam seperti aku?

Batin Arabella masih menatap jalan lurus ke depan, dimana mobil Arabella melaju.

"Ikuti mobil Lexus di depan!" titahnya kepada supir taxi itu.

"Baik, Aa." sahut supir taxi itu segera melajukan taxinya untuk mengikuti mobil di depannya.

Danzel hanya ingin mengetahui dimana Arabella tinggal saat ini. Karena dia merasa semakin penasaran dengan sosok gadis itu. Jelas-jelas Arabella sudah mengetahui identitasnya, namun Arabella masih berusaha untuk melindunginya!

Setelah memastikan jika Arabella sudah memasuki rumah besar itu, Danzel memutuskan untuk segera kembali.

**

Di dalam kamarnya yang cukup besar dan mewah, Arabella terlihat sedang berdiri di balkon kamarnya menikmati pemandangan luar malam itu. Terlihat lampu-lampu kekuningan dan berwarna-warni menghiasi beberapa landmark kota Bandung dan gedung pencakar langit lainnya.

Arabella menghembuskan nafas kasarnya ke udara. Dia kembali mengingat tentang Dark dan tidak mengerti dengan dirinya sendiri yang selalu berusaha untuk melindunginya.

Ditengah-tengah heningnya suasana saat itu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Setelah melihat nama si pemanggil, akhirnya dia mulai mengangkatnya.

"Hallo. Ada apa, Kak Theo" sapa Arabella setelah mengangkat panggilan itu.

Theo adalah senior Arabella saat ini. Dia adalah putra tunggal dari seorang wakil Jendral.

Selama ini hubungan antar kedua keluarga mereka cukup dekat dan baik. Dan tentunya hal ini sangat memberi peluang besar kepada Theo untuk mendekati Arabella, karena sebenarnya diam-diam Theo juga menyukai Arabella.

"Bell, aku dengar dari papaku jika kamu baru saja diculik dari segerombolan preman? Apakah itu benar? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Theo terdengar sangat khawatir.

"Hm. Itu benar. Tapi aku baik-baik saja kok. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkannaku, Kak!" sahut Arabella berbinar, karena sebenarnya Arabella cukup mengaguminya.

Gadis mana yang tak akan mengagumi dan menyukai sosok sempurna seperti Theo? Semua gadis akan terpana akan sosoknya. Seorang pemuda tampan yang cerdas, mapan, berkepribadian tenang dan dewasa dan merupakan putra tunggal dari keluarga yang cukup terpandang.

"Syukurlah jika memang seperti itu. Maaf jika akhir-akhir ini aku sangat jarang menghubungimu, Bell. Karena aku juga baru kembali ke Bandung setelah menemani mama ke Singapore untuk menjenguk kerabat. Aku bahkan baru akan masuk kuliah lagi besok."

"Hhm. Tidak masalah, Kak." jawab Arabella dengan tanpa sadar sudah mengukir senyum indah di wajah ayunya.

"Bagaimana jika besok kita berangkat ke kampus bersama? Aku akan menjemputmu." ucap Theo.

"Ehh? Apakah tidak akan merepotkan kakak?"

"Tentu saja tidak. Aku juga punya hadiah untukmu."

"Oh ... oke deh."

"Baiklah, kamu segeralah tidur dan beristirahat. Sampai jumpa besok, Bell!"

"Sampai jumpa, Kak Theo ..."

Panggilan itupun berakhir. Senyuman indah masih menghiasi wajah Arabella untuk beberapa saat karena membayangkan akan kembali bertemu dengan sosok yang selama ini selalu dikaguminya.

Namun, tiba-tiba saja ada sebuah anak panah melesat dengan ujung karet yang ditembakkan oleh seseorang dan menancap di dinding kaca balkon kamar Arabella. Hal ini tentu saja kembali mengejutkan gadis cantik itu. Meskipun Arabella berada di dalam kamarnya, namun anak panah panah itu mendarat tepat di kaca di hadapan wajahnya. Bahkan cukup lama dia mematung saking syok-nya.

"A-apa itu? Mengapa tiba-tiba saja ada anak panah melesat ke sini ..."

Dear, Danzel ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang