Pisau lipat itu melewati sisi samping wajah Arabella begitu saja dan mengenai sesuatu.
JLEBB ...
Meskipun tidak menjadi targetnya, namun, Arabella masih cukup syok akan hal ini. Wajahnya masih pucat dengan tubuh yang mematung.
"Argghh ... banggsatt!!" terdengar pekikan seorang pria yang berada tepat di semak-semak belakang Arabella.
"Kalo masih sayang sama nyawamu, cepat enyah dari hadapanku dan jangan pernah datang kembali untuk memperlihatkan diri kalian!" tandas Danzel tajam.
Pria itu segera keluar dari tempat persembunyian dan akhirnya segera berlarian meninggalkan tempat itu. Jika dilihat dari penampilannya, seharusnya pria itu adalah salah satu komplotan para berandalan itu. Dan mungkin dia mengikuti Danzel untuk mencari informasi dan melakukan balas dendam, atas apa yang telah dilakukan oleh Danzel terhadap rekan-rekannya.
Sementara Arabella mulai bernafas kembali setelah beberapa saat yang lalu menahannya. Dia juga merasa lega. Namun, dia juga takjub karena melihat Danzel yang memiliki insting yang kuat.
Namun, rasa lega dan merasa aman itu hanyalah dalam beberapa detik saja. Karena pada detik berikutnya Danzel kembali menatapnya tajam.
"Lo bilang kalo lo suka gue?" sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Danzel diiringi dengan tawa jahat.
Arabella mengangguk samar dan masih bergeming di tempatnya.
"Cih ... omong kosong!! Bagaimana bisa hal seperti itu terjadi? Gue bahkan nggak layak untuk disukai. Gue adalah seperti monster yang menakutkan! Jangan bermain-main denganku! Atau lo akan nyesel!" tandas Danzel dengan pandangan yang mulai berbayang kembali dan dia mulai memegangi keningnya.
"Terkadang ... orang yang mereka nilai jahat dan terlihat menyeramkan malah terlahir dari orang yang baik dan berhati lembut. Orang orang yang mereka lihat jahat dan terlihat seperti monster, terkadang adalah orang yang berhati lembut di masa lalu ..." ucap Arabella dengan sangat berhati-hati.
Gue bisa lihat sisi yang berbeda dari lo ... saat lo nolong gadis kecil itu dan saat lo beliin bunga yang akan lo berikan buat mendiang kedua orang tuamu. Gue nggak tau apa yang sebenarnya terjadi di dalam hidup ataupun masa lalu lo. Tapi gue ngerasa jika sebenarnya lo juga punya sisi lembut ...
Batin Arabella mengamati sosok di hadapannya yang semakin terlihat sempoyongan karena mabuk. Namun, setelah tawanya reda Danzel semakin mengikis jarak di antara wajah keduanya. Dan dia kembali mengatakan sesuatu.
"Jangan berkata seolah-olah lo paham gue! Gue bukanlah orang yang seperti yang lo pikirkan itu! Dan gue peringatkan sekali lagi!! Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi! Atau lo akan melihat sosok monster yang sebenarnya!" tandasnya penuh dengan penekana.
Danzel bangkit dari duduknya lalu berbalik dan melenggang meninggalkan Arabella dengan langkah yang sempoyongan.
Arabella menghela nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Dia bergegas mencari taxi kembali dan memutuskan untuk pulang ke rumah Yumna, karena kebetulan rumah Yumna-lah yang terdekat dari tempat dimana dia berada saat ini.
**
Arabella melepaskan pakaian hangatnya dan segera berganti dengan pakaian bersih milik Yumna. Dia terduduk di depan meja rias dan mengamati lehernya yang masih terlihat memar karena cekikan dari Danzel beberapa saat yang lalu. Bahkan pergelangan tangannya juga memerah karena cengkeraman kuat dari pria dingin dan tak berhati itu.
"Bell!! Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mengapa leher dan pergelangan tangan lo merah dan memar seperti itu?" selidik Yumna yang baru saja kembali dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual mandinya dan melihat memar-memar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Danzel ( TERBIT )
Fiksi Remaja"Lo nguntit gue?! Kenapa?!" Danzel berkata dingin dengan mata elangnya yang tajam. "Ka-karena gue suka elo ..." Arabella berkata ketakutan. "Bulshit!! Lo udah tau rahasia gue, lo harus lenyap!!" ** Danzel adalah seseorang yang sangat dingin dan ter...