Sebuah taxi menepi di depan sebuah pemakaman yang cukup luas dan besar.
Danzel turun dari taxi tesebut setelah memberikan beberapa lembar uang. Dia memasuki kawasan pemakaman dan berhenti di depan buah pusara batu, lalu duduk bersimpuh di hadapannya.
Danzel meletakkan 1 buket bunga baby breath di atas pusara sang ibu, sementara 1 buket bunga krisan diletakkan di atas pusara sang ayah.
"Ayah, ibu ... aku datang kembali dan membawakan bunga kesukaan kalian. Ibu dan ayah apa kabar? Tidak terasa 20 tahun sudah berlalu begitu cepat. Namun, aku masih saja selalu merindukan kalian berdua." lirih Danzel mengusap lembut batu nisan di hadapannya dengan senyum tipis yang terlihat menyakitkan.
Sebuah senyum yang menyimpan duka dan lara. Sebenarnya Danzel masih saja merasa sangat marah dan kesal dengan dirinya sendiri. Karena disaat itu, dia masih terlalu kecil dan lemah, hingga dia tak bisa untuk melindungi kedua orang tuanya dan kakaknya dari para perampok itu.
Bahkan Danzel masih saja selalu menyalahkan dirinya sendiri selama 20 tahun ini. Dia tumbuh menjadi sosok pria yang kejam, bengis dan kuat. Namun, sangat jauh dari kasih sayang orang tuanya. Karena Ben sendiri adalah sosok yang juga dingin dan kejam. Tentu saja dia hanya bisa merawat Danzel dengan tegas dan keras.
"Ayah, ibu ... sekarang aku sudah tumbuh besar dan semakin kuat. Andai saja saat itu aku juga sudah kuat dan besar, pasti saat itu aku bisa melindungi kalian dengan baik. Dan pasti ... kalian juga masih akan tetap hidup." lirihnya masih dengan tatapan nanar.
**
Sementara itu ...
Sore itu Galen menjemput Arabella di toko bunga setelah dia pulang dari dinas paginya. Tak lupa pria yang selalu berpenampilan begitu rapi, bersih dan necis itu juga membawakan beberapa cemilan dan minuman untuk Arabella dan Yumna.
Dan kini mereka bertiga malah menikmati kerak telur bersama sambil berbincang santai di dalam toko bunga milik Yumna.
"Andai saja aku bisa menemukan Dark. Pasti tidak akan membuat kami para polisi merasa tidak berguna lagi seperti ini. Meskipun dia membunuh para penjahat dan buronan negara ... namun, karena ulahnya ini malah membuah kami seperti orang yang tidak dibutuhkan saja." ucap Galen sambil menikmati kopinya.
"Lalu jika kalian sudah menemukannya, apa yang akan pihak kepolisian lakukan terhadapnya, Kak?" tanya Arabella cukup penasaran.
"Tentu saja kami akan menghukumnya! Biar bagaimanapun dia juga telah membunuh banyak orang dengan caranya yang sangat kejam dan keji. Yah, meskipun yang dibunuh adalah para penjahat dan buronan negara, tapi tetap saja dia telah membunuh orang! Dia harus mendapatkan hukuman dan diadili!" tandas Galen.
"Menghukumnya? Bagaimana bisa kak Galen menghukum dia? Padahal selama ini dia sudah selalu membantu pekerjaan kalian loh." celutuk Yumna yang juga sudah menikmati kerak telurnya.
"Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya. Dia telah membunuh banyak orang, dia harus dihukum! Biar bagaimanapun negara kita memiliki hukum dan peraturan. Dan dia mengabaikan kedua hal tersebut!" sahut Galen kembali menandaskan.
Mendengar ucapan dari sang kakak, Arabella hanya bisa terdiam. Angannya kembali teringat oleh Dark si pria bertopeng lagi. Namun, setelah memikirkan sesuatu dia mulai berkata mengungkapkan pemikirannya.
"Kakak, bagaimana jika dia menyesalinya? Apakah dia bisa terbebas dari hukuman? Bagaimana jika dia memiliki sebuah alasan untuk melakukan semua itu? Lagipula ... bukankah jika dipikirkan lebih jauh lagi, karena perbuatannya-lah kalian para aparat kepolisian terbantu? Dia membantu meringkus para penjahat itu, dan seharusnya kalian memberikan apresiasi untuknya, bukan? Tapi mengapa kalian malah akan memberikan hukuan untuknya?" ucap Arabella menengadahkan wajahnya menatap sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Danzel ( TERBIT )
Fiksi Remaja"Lo nguntit gue?! Kenapa?!" Danzel berkata dingin dengan mata elangnya yang tajam. "Ka-karena gue suka elo ..." Arabella berkata ketakutan. "Bulshit!! Lo udah tau rahasia gue, lo harus lenyap!!" ** Danzel adalah seseorang yang sangat dingin dan ter...