TIGA

115 4 0
                                    

TIGA
Lila dengan langkah gemetarnya kembali masuk kedalam rumah

itu, rumah iblis yang dapat membuat ia mati dalam keadaan berdiri andai tidak ada sang putra yang membuat ia kuat dan bertahan.
Untung saja pintu rumah yang besar dan megah itu masih terbuka lebar. Dengan jantung yang berdegup kencang, keringat dingin yang banyak bahkan baju kain kasar dan lusuhnya terasa basah, belah dadanya terasa geli karena di aliri dengan mulus oleh tetes keringat yang keluar dari pori- pori kulit-nya. Ia begitu takut! Sungguh takut! Laki-laki itu begitu menyeramkan.

"Demi kamu, Pian. Mama rasanya ingin mati sekarang, dia begitu menyeramkan."bisik Lila lirih dengan lelehan air mata yang menyertainya.
Lila tengah terhimpit oleh hutang dan juga untuk biaya pengobatan anaknya yang terkena penyakit peradangan usus buntu. Lila begitu kasian melihat wajah meringis anaknya yang selalu meringis sakit di saat- saat tak menentu di setiap waktu dan saat.
Seharusnya operasi harus dilakukan minggu lalu, tapi karena biaya operasi, proses apendektomi harus di tunda. Penyakit anaknya semakin parah, muntah, mual, nafsu makannya berkurang drastis. Lila menangis melihat wajah meringis anaknya dengan kedua tangan mungilnya yang selalu menekan kuat perutnya agar rasa sakit yang dirasakannya berkurang.

"Oh ya tuhan...lindungi hamba."lirih Lila pilu.

Kakinya terasa bagai jeli. Mata bulat dan jernihnya melebar melihat ruangan yang tadi bersih rapi kini telah berantakan bagai di guncang bencana alam. Puing-puing guci mahal, meja kaca berwarna emas tadi bahkan sudah hancur lebur di lantai.

"Kenapa kamu kembali?"

Lila terlonjak kaget begitu suara dingin dan berat itu mengalun di telinganya. Lila menelan ludahnya kasar. Kepalanya ia putar dan matanya melebar melihat keadaan laki-laki itu yang begitu kacau dengan tetes -

tetes darah yang masih mengalir di punggung tangannya dan mengotori lantai bersih itu menjadi warna merah.

"Sa-saya...sa-say.."

"Kenapa kamu kembali? Keluarlah!"Ucap suara itu berat dan tegas. Lila menelan ludah takut mendengarnya.

Dengan sedikit sempoyongan, Mike bangkit dengan kasar dari dudukannya di lantai. Mike melangkah lebar dengan senyum iblis menuju Lila membuat Lila berkali-kali menelan ludahnya kasar dan membuat tenggorokannya terasa sakit.

"Ohhhhh...dalam hitungan ketiga kalau kamu masih di tempat kamu akan terkurung, sayang."desah suara itu serak tapi dengan raut wajah yang muram.
Lila memberanikan diri untuk memandang tepat pada mata laki- laki di depannya. Lila memandang dalam diam manik madu Mike yang terang. Guru SMP nya begitu tampan dan menawan, Lila terpesona setengah mati pada laki-laki di depannya ini dulu. Tapi wajah itu bagai bangkai busuk sekarang, memandangnya lebih dari semenit membuat Lila rasanya ingin muntah di tempat.

"Satu. "

"Dua...ayo kamu lari!"perintah Mike dengan nada panik yang di buat-buat.

Tapi Lila tidak bergeming sedikitpun di tempatnya. Lila telah menunduk dalam, Lila akan bertahan dan akan bekerja pada laki-laki didepannya, bekerja pada orang yang menjadi sumber lukanya yang merupakan bapak kandung anakknya juga.

"Tiga!"

Lila memejamkan matanya kuat.
Lila memekik tertahan dengan tubuh yang bergetar takut dan kaki yang sangat lemas. Bagaimama mungkin laki-laki yang berada di depannya tadi telah berpindah tempat dan telah mendekap erat tubuh mungilnya dari belakang.

"Kamu nggak akan bisa lepas dari sini, sebelum aku sendiri yang melepasmu!"

Lila semakin menegang. Seketika air matanya mengalir mulus. Mike terkekeh lucu di saat tubuhnya ikut bergetar karena Lila menahan isak tangisnya membuat seluruh tubuhnya bergetar.

TUANKU AYAH ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang