Sepuluh tahun yang lalu,...
Semua di mulai saat kematian pamannya, Jimin yang baru menginjak usia remaja yang mana dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas tidak mengetahui banyak hal tentang keluarga sang paman. Yang ia tau, hari itu rumah pamannya penuh dengan orang-orang mengenakan baju hitam sebagai lambang duka.
Pandangan Jimin jatuh pada seorang wanita cantik dan anak kecil yang duduk di depan oeti mati sang paman.
"Ibu, apa itu bibi dan anaknya?" Tanya Jimin pada ibunya.
"Ah ibu lupa, kau dibesarkan di rumah nenek jadi kau mungkin tidak tau ini. Tiga tahun lalu bibi mu itu kabur bersama Jungkook anaknya, dan sekarang setelah suaminya meninggal dia baru kembali"
"Kenapa bibi pergi?"
Ibu Jimin terlihat berfikir sebelum menjawabnya.
"Itu salah paman mu, dia selalu mencari wanita baru yang membuat siapapun tidak akan tahan dengan sikapnya""Sudah sudah, dia sudah meninggal tidak baik membicarakan keburukannya" ayah Jimin tiba-tiba datang dan duduk di sebelah ibunya.
"Aku hanya mengatakan kebenarannya" elak ibu Jimin.
"Pama bibi kalian disini, ah ada Jimin juga"
Seorang pria dewasa datang menghampiri mereka dan ikut bergabung.
"Minhyun-aa kemarilah" ucap ayah Jimin ramah.
Minhyun mendudukkan dirinya di samping Jimin.
"Anak berambut gelap itu bernama Jungkook, kau sudah berkenalan dengannya?" Tanyanya pada Jimin yang dibalas gelengan kepala."Belum Hyung"
"Jungkook terlihat sangat imut bukan? Tapi dia sangat dingin dan pendiam di usianya yang masih begitu muda. Kau harus berkenalan dan mengajaknya bermain" Minhyun mengusak rambut Jimin.
"Ck Hyung kan tau aku tidak suka berada di dekat anak-anak" kesal Jimin.
Tak!
Akkhh!
Spontan Jimin mengusap kepalanya yang baru saja mendapatkan pukulan dari sang ibu, meski tidak keras tapi itu cukup sakit.
"Kenap itu memukul ku" protesnya
"Kau masih bertanya? Hyung mu benar, kau harus bergaul dengannya dan menjadi kakak yang baik. Kalian bertiga kan sepupu dan Jungkook adalah bungsu" omel ibu Jimin
"Kalau itu Minhyun Hyung aku tidak masalah tapi aku tidak suka anak-anak ibu"
Minhyun dan tuan Park hanya menggeleng heran melihat tingkah anak dan ibu yang selalu berdebat itu.
Dari kejauhan mata kelam yang melukiskan tinta hitam itu menatap interaksi mereka dengan pandangan yang sulit dimengerti sebelum sesaat segera pergi dari sana.
Keadaan rumah duka perlahan-lahan mulai sepi, orang-orang yang berdatangan sudah pulang seiring selesainya proses pemakaman.
Jimin yang ingin menumpang kamar mandi di rumah pamannya berjalan masuk tanpa tau ada orang didalam.
Prangk!
Sebuah suara barang pecah terdengar dari arah dapur, Jimin yang merasa penasaran berjalan perlahan mendekati dapur hingga saat matanya menyaksikan sesuatu.
Plak!
"Sudah berapa ku bilang jangan mengotori baju mu! Kau harus bisa menjaga dirimu sendiri! Kenapa kau sangat nakal!"
"Jika kau tidak bisa mengurus dirimu sendiri kau akan mati seperti ayah mu!"
Dengan jelas Jimin bisa melihat bagaimana bibinya itu memukuli anaknya sendiri sampai lebam hanya karena noda kotoran di baju anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Obsesión
FanfictionMengenal seorang anak yang merupakan sepupunya sendiri mungkin adalah sebuah kesalahan yang tak akan pernah terlupakan oleh Jimin. Simpatinya yang berubah menjadi bumerang hingga menghantui kehidupannya dan segala hal yang berhubungan dengannya. #bx...