Nafas berat terhembus bersama keringat dingin yang mengaliri tubuhnya. Wajah yang nampak dalam remang lampu kamar itu terlihat begitu gelisah dalam tidur.
Nafas Jimin semakin memberat saat sesuatu melilit tubuhnya dengan erat, itu seperti tentakel yang lengket dan tak ingin lepas. Jimin ingin bangun, ia ingin membuka matanya dan berteriak minta tolong, tapi suaranya juga tak bisa keluar hingga ketakutan semakin menguasai tubuhnya.
Ugh! Agh!
"!!" Hah...hah...
Seketika mata Jimin terbuka dengan nafas memburu, ia menatap langit-langit kamarnya begitu menyadari bahwa semua itu hanya mimpi. Jimin menatap ke samping di mana lengan kanannya ternyata di peluk erat oleh Jungkook. Anak itu terlihat begitu nyenyak tanpa terganggu olehnya.
Jimin mengusap wajahnya yang berpeluh, ia berusaha menyingkirkan tangan Jungkook yang masih memeluknya erat dengan hati-hati. Jimin tak tau, tapi ia merasa akhir-akhir ini mimpi yang sama selalu menghantuinya dan anehnya itu hanya terjadi saat ia tidur bersama Jungkook.
"Tidak mungkin, bagaimana anak sepolos ini bisa membawa mimpi buruk" gumam Jimin yang menatap lekat wajah tidur menggemaskan itu.
Ia perlahan bangkit dari tempat tidur untuk ke kamar mandi. Tanpa sengaja Jimin menendang sebuah gumpalan kertas yang entah berasal darimana. Karena penasaran ia mengambilnya dan membuka gumpalan kertas gambar itu. Jimin melihat isinya dan tanpa kata kembali meremat kertas itu dan menaruhnya di laci meja belajarnya sebelum pergi ke kamar mandi.
BRUGH!
"Akh...!"
"Hei kau tidak apa-apa?" Ucap Jimin saat seorang anak perempuan menabrak tubuhnya cukup keras.
Anak perempuan itu menatap Jimin sekilas sebelum berlari menjauh. Itu membuat Jimin terheran.
Pagi ini seperti biasa ia masih harus datang ke tempat penitipan anak-anak seperti yang di sepakati nya bersama Minhyun. Tapi entah kenapa Jimin merasa ada yang aneh, anak-anak yang biasanya akan selalu menempel dan memperebutkan perhatiannya kini justru menjauhinya.
Bahkan tak jarang mereka juga akan menatap aneh padanya dan membisikkan sesuatu sebelum pergi jauh darinya.
Melihat Jimin yang di jauhi anak-anak lainnya, Mina menghampiri pemuda itu.
"Anak-anak memang seperti itu kau tidak perlu memikirkan perubahan sikap mereka"
Jimin menatap Mina, ia mengerti maksud wanita ini tapi rasanya tetap saja ada sesuatu yang aneh.
"Noona, aku merasa anak-anak menjauhiku bukan tanpa sebab. Kemarin mereka baik-baik saja dan tiba-tiba sekarang seperti ini, itu aneh" ucap Jimin yang heran dengan perubahan anak-anak ini.Mina terlihat sedikit ragu.
"Sebenarnya,... Aku mendengar anak-anak itu mengatakan bahwa kau sebenarnya adalah orang yang kejam dan tidak suka dengan anak-anak, kau akan memarahi dan bahkan memukul mereka jika berada di dekatmu""Apa!" Jimin menatap terkejut, bagaimana mungkin ada rumor seperti itu.
Jimin akui dia tidak bisa dengan mudah akrab pada anak-anak seperti ini, tapi dia bukan tipikal orang yang akan main tangan pada anak kecil.
"Apa Noona tau siapa yang memulai gosip ini, pasti ada yang mengatakan hal tidak tidak tentang diriku"
"Aku tidak yakin tapi mereka menyebutkan nama Jungkook saat-- eh Jimin" ucapan Mina tak terselesaikan saat Jimin tiba-tiba pergi dari hadapannya dan berjalan ke luar.
"Apa maksud mu mengatakan semua omong kosong itu! Kau ingin mereka semua menganggap ku orang jahat?!" Jimin memasang wajah serius dan bahkan suaranya sedikit meninggi saat berbicara dengan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Obsesión
FanfictionMengenal seorang anak yang merupakan sepupunya sendiri mungkin adalah sebuah kesalahan yang tak akan pernah terlupakan oleh Jimin. Simpatinya yang berubah menjadi bumerang hingga menghantui kehidupannya dan segala hal yang berhubungan dengannya. #bx...