Petang berubah kelam, langit yang semula berhiaskan warna jingga kini mulai menghitam. Menandakan sore yang yang akan berubah menjadi malam. Jimin dengan langkah lesu berjalan memasuki halaman rumahnya, ia tak langsung pulang saat selesai mengurus anak-anak. Jimin lebih memilih untuk pergi berjalan-jalan untuk sejenak menghilangkan beban pikirannya yang begitu ramah rumit.
Baru ia akan membuka pintu rumah namun pintu itu lebih dulu terbuka dengan kehadiran sosok sang ibu di hadapannya.
"Jimin, kau akhirnya pulang" ucap Shin-hye yang terlihat sedikit gurat khawatir di wajahnya.
Melihat itu Jimin merasa heran
"Ada apa ibu, kenapa ibu terlihat begitu khawatir?""Jungkook, apa kau bersamanya?"
Baru nama itu yang terucapkan, Jimin sudah merasa tak enak. Sungguh pikirannya belum pulih dari kejadian pagi tadi dan apalagi sekarang?.
"Bu, aku tidak bersamanya. Dia tidak datang ke tempat penitipan anak-anak" Jimin menundukkan kepalanya karet telah berbohong pada ibunya.
Bagaimana mungkin dia akan mengatakan yang sebenarnya,.
"Tidak datang? Bagaimana mungkin?!"
"Kenapa itu begitu khawatir tentang anak it--
"Jungkook tidak pernah pulang dari pagi tadi dan bibi mu juga datang kemari untuk menanyakannya, bagaimana ibu tidak khawatir" ucap Shin-hye memotong perkataan Jimin.
Mendengar itu Jimin cukup terkejut. Sekolah anak itu hanya buka sampai jam sebelas siang dan juga, sejak pertengkaran mereka Jimin tak melihat Jungkook kembali ke kelas sama sekali. Ia pikir anak itu sudah pulang dari pagi, tapi kemana dia sekarang?.
Sedikitnya ada rasa khawatir dalam diri Jimin, bagaimanapun Jungkook tak mengenal anak lain karena hanya selalu mengikutinya. Jadi kemana dia pergi?
"Jimin-aa, tolong kau cari Jungkook ya! Ibu sangat khawatir, anak itu begitu polos dan pendiam"
'polos? Jungkook?, ibu hanya tak melihat siapa dia sebenarnya' batin Jimin.
Namun kekhawatiran di wajah ibunya juga tak bisa membuat Jimin tenang.
"Aku akan mencarinya, mungkin dia bermain di taman. Ibu tetaplah di rumah" ucap Jimin akhirnya."Ya, hati-hati sayang" ucap Shin-hye yang menatap kepergian sang putra.
Sudah sekitar satu jam Jimin mengelilingi kompleks perumahan mereka dan juga taman-taman yang ada, tapi keberadaan Jungkook sama sekali tak ia jumpai. Perasaan Jimin yang awalnya hanya menganggap Jungkook sedang bermain-main kini menjadi cemas sungguhan. Malam semakin larut dan bahkan suasana tampak gelap hanya dengan lampu-lampu jalan yang remang.
"Kemana anak itu" Jimin mencoba untuk mencari sebentar lagi.
Ia berjalan ke arah gang yang cukup sepi karena itu adalah wilayah yang jarang di lalui orang-orang. Katanya di sana tempat berkumpulnya preman dan anak-anak nakal yang suka memalak orang lewat hingga tak ada lagi yang berani melewati daerah itu. Namun pikiran Jimin akan semakin kalut jika saja Jungkook benar-benar tersesat di sana dan mendapati masalah, entahlah tapi ia tak bisa untuk benar-benar tidak khawatir pada anak itu.
Ragu-ragu Jimin berjalan perlahan.
Hmpp!! Huhu! Hmmmpp!
Semakin dekat ia pada gang, Jimin bisa mendengar sebuah suara aneh. Dengan ragu Jimin memasuki gang yang cukup gelap dan hanya ada samar cahaya dari lampu redup tepat di ujung sana.
"Apa ada orang?!" Jimin mulai memasuki gang semakin dalam.
"Jungkook, kau di sana?"Ia terus berjalan hingga pandangannya di kejutkan dengan sesuatu yang menggenang di lantai gang yang kotor itu. Meski penerangan minim membuatnya sulit mengetahui keadaan sekitar tapi Jimin tak bodoh untuk tau apa yang berada tepat di depan kakinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Obsesión
FanfictionMengenal seorang anak yang merupakan sepupunya sendiri mungkin adalah sebuah kesalahan yang tak akan pernah terlupakan oleh Jimin. Simpatinya yang berubah menjadi bumerang hingga menghantui kehidupannya dan segala hal yang berhubungan dengannya. #bx...