2. Nyanyian malam Angel

488 119 5
                                    

"Angel! Di mana gerangan kau berada! Pertunjukan dimulai kurang dari satu jam dan kau sama sekali belum bersiap. Madame kakak tidak menjawab panggilanku, bagaimana ini?"


Madame tertawa geli. Setiap kali pentas akan berlangsung, malaikat keberuntungannya pasti menghilang bak tenggelam dalam lautan "Cantikku, kau menyia-nyiakan suara indahmu apabila terus-menerus berteriak. Angel mungkin menghabiskan waktu di dekat danau, cari dan bawa dia segera"


Gadis itu sontak berlari lincah bersama gemerincing suara perhiasan. Ningning, menyusuri istana seni Madame sambil memutar bola mata kesana kemari demi menemukan sang pemeran utama "Kakak! Di situ engkau rupanya. Kemarilah, kita harus pergi sebelum bibi Marnie dan Marrie membekap kita dengan payudara besarnya itu!"


"Angel! Angel! Kak Angel!" Suara melengking Ningning kembali menggema saat dirinya diabaikan secara nyata. Namun rengekannya tanpa sadar langsung terhenti ketika mendengar Taeyong mulai bersenandung ria di tengah kegelapan malam


Omega beraroma semerbak bagai bunga itu sedang duduk di atas ayunan yang menggantung pada pohon besar di tepi danau. Berayun lambat dan sesekali kaki telanjangnya sengaja memercik air "Aah~ Ketika bintang merindukan rembulan. Apakah rembulan merindukan bintang?"


"Kala bulan purnama, tidurlah, sayangku, tidurlah" Taeyong bernyanyi menghadap langit. Memperhatikan malam dihiasi awan kelabu karena baik bintang maupun rembulan bersembunyi malu. Atau mungkin, mereka tak sudi menunjukkan diri di hadapannya


"Aaahh~ Sebab rindumu membisu seribu bahasa dan cintamu meninggalkan dosa. Sayang disayang, cepat tidurlah sebelum kau disakiti, sayangku mmm...."


Taeyong berhenti berayun dan mengakhiri lagu singkat dengan bergumam. Ia kemudian beranjak masuk ke dalam air dan tidak sekalipun menatap Ningning yang telah menghampirinya dengan niat baik. Ia terus berjalan menjauh dan menenggelamkan tubuhnya begitu saja, hal tersebut berhasil membuat si gadis muda kembali berteriak panik


"TIDAK! KAKAK, APA YANG KAU LAKUKAN?!" Ninging segera menyingkap gaun, menuju Taeyong untuk membawanya keluar. Akan tetapi sebelum sempat bergerak, tangan seseorang telah lebih dahulu menahannya "Oh Madame, lihatlah! Aku sudah memberi tahu Angel untuk bersiap, tetapi dia mengacuhkanku!"


Madame hanya bisa terkekeh melihat Ningning mengembungkan pipi seraya menghentakkan kaki. Saat ini, bahkan dirinya sekalipun takkan bisa menghentikan sang pemeran utama dari kehendak "Bersabarlah sebentar. Angel selalu menaruh penuh hatinya terhadap pekerjaan, dia pasti akan siap sebelum waktunya tiba. Jangan khawatir, cantikku"


Sementara itu di dalam air tanpa setitik cahaya, Taeyong mulai merenung. Tak ada satupun yang dilihatnya selain kegelapan, ia merasa takut, tetapi tubuhnya enggan bangkit sebelum sang pemilik langit malam menunjukkan batang hidungnya. Lantas, apakah ia sanggup menahan napas tanpa waktu yang pasti? Entahlah, Taeyong hanya ingin mendapatkan kepercayaannya kembali


Ia selalu berpikir saat rembulan atau bintang berhenti bersinar, itu tandanya mereka tidak ingin dilihat olehnya. Namun bagaimana jika semua pemikirannya jauh dari kata benar? Bagaimana jika mereka sedang bersedih dan segan menunjukkan kesedihannya? Bagaimana jika mereka hanya ingin bebas walau sebentar saja tanpa kewajiban untuk bersinar terang?


Kalau begitu ia sudah bersikap jahat kepada bulan dan bintang. Kalau begitu alih-alih mendapatkan sinar, ia justru mendapatkan gulita karena lancang. Kalau begitu masih kah bulan dan bintang memberi maaf dan merengkuhnya?


Taeyong tersenyum masam ketika menyadari bahwa ia telah membicarakan dirinya sendiri dengan perumpamaan bulan dan bintang. Semua ini melelahkan baginya, namun aktor teater tersebut begitu mencintai seni melebihi siapapun. Tetapi pernahkah engkau mendengar, bahwa pembatas antara cinta dan benci lebih tipis dibanding seutas kertas?


Teratai Malam -Jaeyong-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang