"Owhh, fuck..."
Menurutmu siapa yang sedang mengumpat? Ya, MC kita, Ahn Nari...
"Gila..! Aku baru sampai di Korea sudah dikejar saja, sialan!"
Gadis itu berlari menjauh dari stasiun, koper di tangan, kacamata hitam menutupi matanya. Napasnya tersengal-sengal, jantungnya berdebar kencang. Ia bisa merasakan tatapan tajam yang mengikuti langkahnya.
"Bagaimana cara mereka bisa mengikutiku sih?? Apa ada yang membocorkan informasi tentangku yang sedang ke Korea? Bajingan mana yang─"
Suara tembakan dari arah stasiun mengagetkan Nari. Para pengunjung berlarian ketakutan menuju luar stasiun, membuat suasana semakin kacau. Nari tersentak, tubuhnya menegang.
"Mereka berniat mencelakakan warga apa?? Tapi ini kesempatan bagus untuk melarikan diri.."
Nari memanfaatkan kerumunan orang untuk bersembunyi, tubuhnya meringkuk di balik seorang wanita tua yang sedang berteriak panik. Wanita itu memegang erat tas tangannya, wajahnya pucat pasi. Nari bisa merasakan keringat dingin menetes di pelipisnya. Ia melihat sekeliling dengan waspada, mencari celah untuk kabur.
"Taksi! Taksi!" teriaknya, suara itu nyaris tak terdengar di tengah hiruk pikuk.
Nari berlari menuju ujung jalan, matanya mencari taksi yang sudah dipesannya saat turun dari pesawat. Ia melihatnya tepat di depan, lampu kuning berkedip-kedip.
"Cepat! Cepat!" Nari berteriak pada supir taksi yang baru saja membuka pintu.
Ia melemparkan kopernya ke dalam dan langsung masuk ke dalam taksi, jantungnya masih berdebar kencang.
"Ke mana?" tanya supir taksi, matanya menatap Nari dengan heran.
"Ke Apartemen Zenith," jawab Nari, napasnya masih tersengal-sengal.
Taksi melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan stasiun yang semakin ramai dan penuh kepanikan. Nari menempelkan kepalanya ke kursi, mencoba menenangkan diri. Ia bisa merasakan getaran taksi yang menggoyang tubuhnya.
"Siapa mereka?" gumamnya, matanya masih tertutup rapat.
Ia masih belum tahu siapa yang mengejarnya, tapi satu hal yang pasti, mereka tidak akan berhenti sebelum mendapatkannya. Nari teringat kejadian beberapa minggu lalu, saat ia menerima ancaman melalui pesan anonim. "Berhentilah, atau kau akan menyesal," begitu bunyi pesan itu. Awalnya ia tidak menghiraukannya, menganggapnya sebagai lelucon. Namun, ancaman itu ternyata serius.
***
"Jadi ini Apartemen Zenith? Lumayan juga.." gumam Nari, matanya menyapu bangunan menjulang tinggi itu. Menara kaca yang memantulkan langit senja, dinding marmer yang elegan, dan lobby yang luas dengan furnitur berlapis emas serta karya seni bernilai tinggi, semuanya berbicara tentang kemewahan yang tak tertandingi. Aroma bunga segar dan musik lembut mengalun di udara, menciptakan suasana tenang yang kontras dengan hiruk pikuk kota di luar.
Ia berjalan masuk, koper di tangan. Nari melewati petugas keamanan yang tersenyum ramah dan mengangguk hormat padanya. "Selamat datang di Apartemen Zenith, Nona," ucap petugas itu dengan nada sopan.
Di setiap unit apartemen, tersembunyi oasis pribadi dengan pemandangan kota yang menakjubkan. Jendela-jendela besar di kamarnya menawarkan panorama kota Seoul yang memukau, dari gedung pencakar langit hingga sungai Han yang berkelok-kelok. Dapur modern yang dilengkapi dengan peralatan canggih, kamar mandi yang luas dengan bathtub berbahan marmer dan shower berteknologi tinggi, serta balkon pribadi yang dihiasi dengan tanaman hijau, semuanya dirancang untuk memanjakan penghuninya.
Nari meletakkan kopernya di lemari pakaian kaca, lalu berjalan menuju kamarnya. Ia benar-benar lelah setelah berlarian kesana kemari, dikejar-kejar oleh kelompok yang belum diketahui identitasnya. Napasnya masih tersengal-sengal, dan jantungnya masih berdebar kencang.
"Huh, akhirnya sampai juga," gumamnya, melemparkan tubuhnya ke atas kasur putih yang besar dan mewah. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri. Namun, bayangan para pengejarnya masih menghantuinya.
"Oh iya, aku harus daftar ke SMA," Nari membuka matanya, pikirannya kembali ke tujuan utamanya datang ke Korea. Ia ingin melanjutkan pendidikan di salah satu SMA di Seoul.
"Tapi sebelum itu, aku harus mencari tahu siapa yang mengejar ku," gumamnya, matanya berbinar dengan tekad.
"Dan... Oh iya, bukannya baru-baru ini ada kabar tentang Apostel Peter ya?... Aku penasaran, haruskah aku mencari tahu?" Ia kembali memejamkan mata, pikirannya melayang ke berita yang sempat ia baca di pesawat.
Apostel Peter. Nama itu bergema di benaknya, mengingatkannya pada misteri yang belum terpecahkan. Ia masih ingat bagaimana berita tentang kemunculan kembali Apostel Peter menggemparkan dunia beberapa minggu yang lalu.
"Cari aja deh, mumpung lagi bosan.." Nari mengambil laptop di atas meja putih sebelah ranjangnya, lalu duduk dengan posisi sandar di kepala ranjang. Ia membuka dark browser dan mengetikkan kata kunci "Apostel Peter".
Jari-jarinya menari di atas keyboard, matanya menyapu layar dengan penuh rasa ingin tahu. Ia ingin tahu siapa sebenarnya Apostel Peter, apa tujuannya, dan mengapa ia begitu diburu.
"Mungkin ada hubungannya dengan dunia killer," gumam Nari, matanya berbinar dengan tekad.
Ia memutuskan untuk menyelami dunia misteri Apostel Peter. Ia yakin, di balik semua misteri ini, tersembunyi sebuah kebenaran yang akan mengungkap semua teka-teki yang selama ini menghantuinya.
***
Notes : Aku makai latar Seoul yaa, sebab di komiknya aku belum tau latarnya dimana. Kalau ada yang tau, tolong komen yaa. Makasih udah bacaa!
Saturday, 24 August 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐡𝐢𝐭𝐞 𝐆𝐢𝐫𝐥 || killer peter x fem.reader
Fanfiction"Ah damn... finally, i found you... my girl" "You're mine girl, only mine... remember." "Aku tak semudah itu bocah.. you damn bastard" "Kau diincar olehnya, bodoh" 𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐑𝐞𝐚𝐝! • Plagiat? Syuhh • Berisi spoiler • Jarang Update • Typo berte...