Nari, dengan senyum geli, mengamati tingkah absurd Dokgo bersaudara yang sedang mengkritik para wanita yang menari dengan pakaian minim namun wajah mereka memerah.
"Dasar bocah-bocah tsundere," gumamnya, tawa kecil keluar dari bibirnya.
Mereka berlima terus menerus melakukan pencarian, sesekali menikmati permainan yang ada di taman hiburan. Rasa penasaran menggerogoti Nari, Yuna, dan Sun Gu saat mereka melihat kios permainan tembak-tembakan.
"Anak-anak, ini mudah sekali, lho. Bisnis paman bangkrut, jadi sekarang membuka ini~ Kalian sudah tahu kan?" ujar pemilik kios dengan senyum lebar.
"Kalau kami mencoba, apa hadiahnya? Makanan?" tanya Yuna, matanya berbinar-binar.
"Hei, Yuna. Dikepala mu hanya makanan terus ya?" Nari menyentil kepala Yuna dengan cengiran.
"Hehe, kan makanan mengenyangkan," jawab Yuna dengan cengesan.
Nari dan Yuna telah berkenalan saat perjalanan sebelumnya, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan mudah sekarang.
"Biar kucoba," tantang Sun Gu dengan penuh percaya diri.
"Paman akan berikan kesempatan cuma-cuma hanya untuk kalian," ucap pemilik kios dengan senyum lebar.
'Bodoh, dia menantang killer,' batin Nari, menatap malas pemilik kios.
"Gawat. Aku baru pertama kali pakai pistol (palsu) seperti ini..." keluh Yuna dengan mengunyah permen.
"Aku juga, tapi ini bisa dicoba kan?" ucap Nari sambil mengambil pistol kayu itu.
Beberapa waktu kemudian, pemilik kios terduduk kaget melihat Sun Gu, Yuna, dan Nari membawa 5 boneka besar.
"Ini cocok untuk dipakai tidur..." ujar Nari dengan memeluk boneka kelinci berwarna putih pink.
***
"Kak! Habis ini, ayo kita pergi ke sana!" seru Hyung Je, menarik lengan Dokgo hyung.
"Lee Yuna, jangan makan terus, dong!" tegur Dokgo hyung dengan kesal.
"Kim Sun Gu!! Kau juga kemarilah!" panggil Dokgo hyung.
***
"Teman-teman, ketemu!!!" Yuna datang dengan tergesa-gesa, "Ini..! Ini Ai Pods-nya Choi Gyeol! Aku sudah tahu dimana tempat benda ini ditemukan!"
"Bernafas lah, Yuna," ucap Nari dengan menenangkan Yuna.
"Sepertinya kita mencurigai tempat yang sama," kata Sun Gu, membuat Dokgo bersaudara bingung.
"Apa lagi maksud mu?" tanya Dokgo hyung.
"Coba pikirkan. Ditempat yang sangat ramai seperti ini. Cara terbaik untuk menculik seseorang yang paling natural tentunya adalah tempat yang tidak mencolok, kan? Maksud ku, ditempat yang tidak akan terlihat aneh meski seseorang teriak karena ditangkap. Lihat halaman reservasi taman bermain ini. Tempat tak reservasinya selalu penuh sepanjang hari, tapi tak ada satu orang pun yang masuk ke sana," jelas Sun Gu dengan panjang lebar.
"Tempat itu adalah.. Rumah Hantu," jawab Nari.
"Benar," timpal Sun Gu.
"Itu dia!" seru Yuna.
Kini mereka berlima sedang memasuki Rumah Hantu yang mereka curigai.
"Sudah cukup bermainnya," ucap Dokgo hyung dengan nada tegas.
"Sekarang semua kembali fokus. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi di sini, jadi kalian ikutlah kami," tambah Dokgo Je.
Namun, perkataan mereka tidak sesuai dengan situasi saat ini.
"Jangan tarik tarik bajuku, bodoh!" kesal Yuna, berusaha melepaskan cengkeraman Dokgo hyung.
"Huh, mereka berisik sekali," gumam Nari yang berada di belakang Sun Gu.
"Sebaiknya kalian mulai bersikap," ujar Sun Gu dengan nada serius.
"Apa maksud mu?" tanya Dokgo hyung.
"Karena misi kita.. akan dimulai sekarang," jawab Sun Gu.
"Sialan! Ini benar-benar nggak masalahkan?!" protes Dokgo Je.
"Bagaimana pun kita sudah separuh berhasil," jawab Sun Gu tenang.
'Kali ini kami harus berpura-pura ya,' batin Nari.
***
Suara seseorang bergema di sebuah ruangan.
'Sepertinya dia adalah pria tua yang pandai memakai pisau,' batin Nari, mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Apa kalian tahu? Obat yang kau gunakan untuk membius kalian adalah kloroform. Itu obat bius yang sering terlihat di film-film. Tapi biasanya kalau seseorang benar-benar pingsan...dia akan tidur dengan mulut terbuka," ujar pria itu, suaranya sedikit serak.
Pria itu mendekati Yuna yang sedang berpura-pura pingsan. Namun, tiba-tiba ponsel Yuna bergetar. Pria itu mengambil ponsel Yuna lalu mengangkat telepon.
'Oh, yang menculik kami sekarang ini adalah Park Sangdo. Lalu yang menelpon tadi adalah Pak Lee Gwanggyu,' batin Nari, mencoba mengingat informasi yang didengar dari perbincangan di po sel Yuna sebelumnya.
'Ahh, aku lelah berpura-pura,' batin Nari lagi dengan perasaan lelah.
Pria itu, Park Sangdo, berjalan meninggalkan mereka bertiga.
Saat itu juga, Nari membuka mata lalu melepaskan ikatan di tangannya sambil mendengarkan ocehan Yuna yang berbicara dengan Sun Gu.
"Bagaimana dengan mu, Nari? Baik-baik saja?" tanya Sun Gu pada Nari.
"Hm? Tentu," jawab Nari.
Mereka bertiga berjalan meninggalkan ruangan tadi dan berlari menuju ruangan yang lain. Hingga mereka menemukan Dokgo bersaudara sedang bertarung dengan Park Sangdo dengan telanjang dada.
"Hm, yang benar saja. Mereka sok keren ya?" gumam Nari, mengamati pertarungan itu.
Nari melihat Dokgo bersaudara yang melarang mereka dengan tegas.
'Yah, tapi mereka memiliki ambisi yang cukup bagus juga,' batin Nari sambil tersenyum kecil.
***
Notes : Jangan lupa voment yaa! biar auth makin semangat up nyaa, lumayan sedih sih sama cerita ini sebab makin lama pembaca dan vote nya berkurang makin hari.. tapi gapapa lah ya, namanya juga cerbar kan.
Monday, 14 October 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐡𝐢𝐭𝐞 𝐆𝐢𝐫𝐥 || killer peter x fem.reader
Fanfiction"Ah damn... finally, i found you... my girl" "You're mine girl, only mine... remember." "Aku tak semudah itu bocah.. you damn bastard" "Kau diincar olehnya, bodoh" 𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐑𝐞𝐚𝐝! • Plagiat? Syuhh • Berisi spoiler • Jarang Update • Typo berte...