"Di SMA Kehormatan, ada kelas pelatihan killer... bukan, maksudku klub sukarelawan."
"Hanya anak-anak terpilih yang bisa mempelajari cara hidup sebagai Killer di sana. Kalian berdua adalah murid pindahan yang sangat jarang ditemukan Sun Gu, Nari."
"Ini tidak akan mudah."
"Selamat datang.""Jadi ini? Tempat berlatih para killer Glory?" gumam Nari.
Saat pintu dibuka, Nari, Sun Gu, dan pak guru memasuki kelas tersebut. Nari, dengan rambut panjang hitam legam yang terurai indah, dan mata besar dan bulat yang berwarna hitam gelap. yang memancarkan aura manis namun misterius, langsung menarik perhatian semua orang di ruangan.
"Baiklah, ayo fokus. Mereka berdua adalah relawan baru yang akan bergabung bersama kita hari ini." ucap pak guru.
Saat guru berbicara, Nari melihat ke arah Sun Gu yang sedang mengedipkan matanya ke arah gadis berponi.
"Namaku Kim Sun Gu. Terima kasih sudah menyambutku." ucap Sun Gu.
"Menyambut apanya? Aku nggak peduli, namamu Kim Sun Gu atau Kim Sundul. Yang bisa masuk ke sini cuma anak-anak dari panti asuhan kehormatan. Tapi kau masuk karena koneksi." sinis pria dengan kedua telinga terpotong.
"Apa itu masuk akal?" sambung pria dekat pria telinga cacat itu.
'Pria dengan telinga cacat, sepertinya namanya adalah Dokgo Hyung. Lalu sebelahnya lagi Dokgo Je,' batin Nari.
Bisikan murid dari kelas insentif killer terdengar di telinga Nari.
"Setidaknya berikan saja mereka sambutan ringan" ucap pak guru dengan malas.
"Kalau gitu gimana kalau sambil makan es potong? Maksudnya, es potong daging hehehehe" ucap para murid dengan kompak.
'Pfft, lihatlah para bocah period ini,' batin Nari sambil melihat murid lainnya yang bersikap seakan-akan mereka seram.
Beberapa murid menyerang Sun Gu dengan keahlian mereka, terutama Dokgo bersaudara. Namun sepertinya Dokgo bersaudara tak bisa melawan Sun Gu.
Karena kesal, sebagian siswa menyerang Nari dengan pisau. Nari yang melihat itu, dengan santai menendang kaki beberapa siswa dan menyentil kepala perempuan. Gerakannya begitu cepat dan tepat, menunjukkan keahlian bertarung yang luar biasa.
"Cara pegang pisau yang salah, posisi kaki miring, mudah tersulut emosi. Dasar, masih labil ya?" ucap Nari dengan membuang pisau yang diambil tadi dari beberapa orang ke tempat sampah lalu pergi meninggalkan kelas.
***
"Perhatian! Saat ini ada permintaan bantuan yang masuk. Orang yang meminta bantuan kita adalah CEO grup Daeha, Choi Eunchang. Kalian pasti pernah dengar, kan? Salah satu penyokong terbesar untuk klub Glory kita. Tim yang berhasil melakukan misi kali ini akan menerima rekomendasi dari CEO Choi. Dan bisa langsung mendapat sertifikat relawan. Dengan kata lain, mereka akan jadi killer secara resmi." ucap pak guru dengan panjang lebar.
"Pak, lalu apa isi permintaannya?" tanya salah satu siswa.
"Isi permintaannya adalah... untuk 'merampas kembali'. Belakangan ini sering terjadi kasus penculikan yang menginjak anak-anak usia belasan tahun. Masalahnya salah satu dari anak-anak yang diculik itu... adalah anak laki-laki CEO Choi." jawab pak guru.
"Hah..? Jadi kita diminta mencari anaknya? Bukankah lebih baik lapor polisi saja?" tanya lagi salah satu murid.
"Itu memang benar. Tapi CEO Choi ingin... 'membalas dendam'. Kita hanya perlu menyelamatkan putra CEO Choi. Kalau begitu, relawan bisa mulai mendaftar dari sekarang." akhir ucapan pak guru.
"Kau bagaimana? Benar-benar nggak mau ikut?"
"Untuk jadi killer secara resmi, kita harus berlatih selama 2 tahun disini, loh."
"Bukankah luar biasa kalau kita berhasil?"
"Tunggu deh. Firasat ku buruk soal kasus ini."
"Untuk kasus sebesar ini, harusnya suruh yang lebih dewasa saja."
"Mereka nggak punya alasan untuk menyuruh kita. Kurasa ada yang mencuriga-"Diskusi para murid terpotong oleh Dokgo bersaudara.
"Benar"
"Kalian tinggal saja di sini selamanya. Lagipula, bukankah hasilnya sudah jelas, pak?"
"Nggak akan ada yang mau ikut selain kami."
"Tapi, kak... sepertinya bukan cuma kita yang mau mendaftarkan"
"Benar, je. Aku juga melihat nya. Si Nepotisme dan si pecundang itu kayaknya juga mau ikut, hahaha"Diskusi Dokgo bersaudara dengan mengejek Sun Gu dan Gadis di sebelahnya.
"Saya!!! Saya juga mau!!!" ujar si gadis dengan mengangkat tangan bersamaan dengan Sun Gu yang juga mengangkat tangannya.
Mata Sun Gu melirik ke arah Nari yang sedang duduk di bangku pojok dengan wajah yang sepertinya melamun.
"Bagaimana dengan mu? Ahn Nari?" ucap Sun Gu, membuyarkan lamunan Nari.
"Oh? Aku mau juga" jawab Nari dengan sedikit terkejut.
'Menggemaskan' itulah 1 kata yang terlintas di pikiran Sun Gu yang sedang tersenyum geli melihat kelakuan Nari.
"Kami sudah sangat siap, pak. Apa kami harus langsung menghabisi pelakunya sekarang?" tanya salah satu Dokgo bersaudara.
"Tidak. Pertama-tama..."
***
"KYAAAAA!!!"
'Kalian bermainlah dulu sepuasnya,' akhir ucapan sang guru terlintas di pikiran Nari.
***
Notes : Jangan lupa voment yahh, biar auth makin semangat update nyaa 🙌🏻
Tuesday, 09 October 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐡𝐢𝐭𝐞 𝐆𝐢𝐫𝐥 || killer peter x fem.reader
Fanfiction"Ah damn... finally, i found you... my girl" "You're mine girl, only mine... remember." "Aku tak semudah itu bocah.. you damn bastard" "Kau diincar olehnya, bodoh" 𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞 𝐑𝐞𝐚𝐝! • Plagiat? Syuhh • Berisi spoiler • Jarang Update • Typo berte...