𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐

394 60 1
                                    

Nari menatap foto usang yang terpajang di layar komputernya. Sosok Peter, yang dulu ditakuti para pembunuh dan kelompok bersenjata kelas atas di seluruh dunia, kini hanya tinggal kenangan.

Wajahnya yang dulu penuh karisma kini tampak lelah, garis-garis halus menghiasi sudut matanya.  Peter yang dulu dikenal dengan julukan "Apostel" kini hanya seorang pria tua yang sedang diburu organisasi yang pernah ia pimpin.

Ia menikmati sepotong roti panggang dan secangkir cappucino hangat, matanya tak lepas dari foto pria tua itu.

"Ya, dia sudah berusia enam puluhan sekarang," gumam Nari, matanya tertuju pada data Apostel Peter yang sedang dibacanya.

"Legenda yang berdedikasi pada organisasinya... Sayang sekali, dia bahkan menerima ancaman kematian dari organisasi nya sendiri..."

Nari menghela napas, otot-ototnya terasa kaku. "Ugh, haruskah aku pergi membeli buku?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Mungkin ada toko buku di dekat sini..."

Ia meraih ponselnya, berganti pakaian, dan menutup pintu apartemen. Udara pagi yang segar menerpa wajahnya, membawa aroma kopi dari kafe di seberang jalan. Nari menarik napas dalam-dalam, menikmati suasana kota yang mulai ramai.

"Aku harus memesan motor nanti," gumamnya sambil melangkah keluar.

"Pindah ke kota ini, rasanya aku butuh motor untuk menjelajahi tempat-tempat baru." Matanya menangkap deretan toko di seberang jalan, sebuah toko buku tua menarik perhatiannya.  Toko itu tampak seperti terjebak dalam waktu, dengan papan namanya yang kusam dan jendela kaca yang sedikit retak.  Namun, ada aura misterius yang menarik Nari untuk mendekat.

"Ah, toko buku? Aku akan mampir sebentar," ucapnya, langkahnya berbelok menuju toko tersebut.

 ***

Toko buku itu tampak seperti terjebak dalam waktu. Debu menempel pada rak-rak kayu yang penuh dengan buku-buku tua. Aroma kertas dan tinta memenuhi udara, membawa Nari kembali ke masa lalu. Ia berjalan menyusuri lorong-lorong sempit, matanya berbinar melihat koleksi buku yang beragam.  Beberapa buku tampak sangat tua, dengan sampul kulit yang sudah usang dan halaman-halaman yang rapuh.

"Permisi," sapa Nari kepada seorang pria tua yang duduk di balik meja kasir. "Apakah Anda punya buku tentang pelajaran untuk murid SMA?"

Pria tua itu mengangkat kacamata bundarnya, matanya berbinar-binar. "Buku pelajaran SMA? Hmm, banyak sekali. Apa yang ingin kamu cari? Semua ada mulai dari tahun 1960-an sampai ada revisi tahun 2020 untuk setiap negara~"

"Bagaimana kau mau yang tahun berapa? " tanyanya dengan ramah.

Nari terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan yang tepat. "Yang terbaru saja! ," jawabnya akhirnya.

Pria tua itu mengangguk, "Ah, yang terbaru ya? Tunggu sebentar," katanya, lalu beranjak dari kursinya dan menuju ke rak-rak buku di belakang.

Nari menunggu dengan penuh harap. Ia penasaran dengan apa yang akan pria tua itu temukan. Beberapa saat kemudian, pria tua itu kembali dengan beberapa buku yang tampak baru.

"Ini dia," katanya, menyerahkan buku-buku itu kepada Nari.

Nari menerima buku-buku itu dengan gembira. Ia segera membuka halaman pertama dan mulai sedikit membacanya. Nari merasa terhanyut dalam dunia yang penuh ilmu.

Ia membaca dengan tekun, hingga matahari mulai terbenam. Nari menyadari bahwa ia telah menghabiskan waktu berjam-jam di toko buku itu, tanpa sadar.

"Maaf, apakah disini juga ada buku novel?" tanya Nari.

"Ah, sepertinya ada," jawab pria tua itu lalu mencari dan menemukannya.

"Ini, ambil saja," katanya sambil memberikan buku novel kepada Nari.

"Eh?? Apakah tidak apa-apa?" jawab Nari dengan tidak enak.

"Tak apa-apa," jawab pria tua itu dengan wajah tersenyum.

"Terima kasih, eumm-" Nari berhenti sejenak untuk memikirkan sebutan apa yang cocok dipanggil untuk pria tua itu.

"Panggil saja, Pak," kata pria tua itu karena menyadari kebingungan Nari.

"Ah kalau begitu, Terima kasih Pak! " ucap Nari kepada pria tua itu. "Buku ini sangat menarik."

"Sama-sama," jawab pria tua itu. "Semoga kamu menemukan apa yang kamu cari."

Nari meninggalkan toko buku itu dengan perasaan puas. Ia memegang buku-buku itu erat-erat, seakan-akan memegang sebuah harta karun.

***

Setelah meninggalkan toko, nari menggumamkan sesuatu "dia... itu... Peter??"

Nari melihat foto yang terpajang di layar handphone nya, yang menampilkan sosok 'Peter' sambil membandingkan foto tersebut dengan pria tua yang ditemuinya tadi. 

Matanya mengerjap, mencoba mengingat detail wajah pria tua itu.  Ada sesuatu yang familiar, namun sulit untuk dipastikan.  Nari menggigit bibirnya,  "Aku harus menyelidiki lebih lanjut." gumamnya

***

Notes :  maaf pendek yaa, sebab auth lagi sibuk banget akhir-akhir ini ╥﹏╥
btw, jangan lupa voment yaww

Wednesday, September 11, 2024

𝐖𝐡𝐢𝐭𝐞 𝐆𝐢𝐫𝐥 || killer peter x fem.readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang