𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟑

185 36 5
                                    

Seminggu kemudian.

Pagi yang cerah menyinari kamar Nari. Ia terbangun dengan malas dan membuka laptop di pangkuannya.

"Apostel Peter sedang diburu sekarang ya? Menyedihkan," gumamnya sambil melihat poster Apostel Peter di dark web. Poster itu menampilkan wajah seorang pria tua yang tampan, berusia enam puluhan, dengan mata tajam dan wajah datar yang masih memikat.

"Ah sudahlah, itu bukan urusanku,"  Nari menutup laptopnya dengan malas. Ia berbaring di kasur, matanya menatap langit-langit kamar.

"Ngomong-ngomong, ini hari pertamaku pindah sekolah kan? ... Bodoh sekali diriku!" Nari berteriak frustasi. Ia buru-buru mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah.

***

Sesampainya di Sekolah Swasta Kehormatan Baru, Nari berjalan menuju gerbang sekolah sambil membawa tasnya.  Tas itu tidak hanya berisi buku, tetapi juga beberapa peralatan yang tidak biasa untuk seorang siswi biasa.

"SMA Swasta Kehormatan Baru? Semoga saja disana normal sekolahnya," harap Nari dalam hati.  Namun, kepribadian Nari menyimpan misteri. Ia selalu bersikap tenang dan jarang menunjukkan emosinya.

Saat memasuki halaman sekolah, Nari tercengang.  Sekolah yang terlihat seperti sekolah biasa dari luar ternyata adalah sekolah pelatihan killer berkedok sekolah biasa.

"Sialan, aku lupa memeriksa sekolah dan langsung daftar saja,"  Nari menepuk kepalanya dengan perasaan kesal.

"Padahal aku hanya ingin menjadi siswi yang normal saja,"  gumamnya.

Sekolah Swasta Kehormatan Baru, sekolah pelatihan untuk killer. Yang tentunya menjalankan 'Kelas Insentif Killer' secara diam-diam.

"Yasudah kalau begitu, aku akan masuk ke kelas insentif killer juga. Mumpung lagi bosan," gumam Nari lagi sambil berjalan pergi menuju ruangan penyambutan penghargaan.

***

Suara dari speaker terdengar di telinga Nari.

"Tes, Aa Aa-" tes si pria yang kini telah berada di atas panggung.

"Apa ini?"
"Dia ngapain?"

Tanya siswa-siswi yang bingung melihat sang pria muda di atas panggung.

"Hm? Ada apa ini?" tanya Nari penasaran.

"Aku Kim Sun Gu, murid yang baru saja pindah hari ini. Hobiku adalah bertarung, keahlian ku juga bertarung, selain itu..."

"Aku... seorang killer,"  ucap si pria itu yang membuat orang-orang terkejut dan diam.

"Wahh, yang benar saja. Dia membuat murid di kelas insentif killer marah, sepertinya,"  Nari sedikit melihat ke arah ruangan monitor yang berada di atas.

"Killer?"
"Cita-citanya adalah seorang killer!??"
"Oh, aku melupakan satu hal. Aku... akan menjadi killer yang paling pandai belajar. Mohon kerja sama nya ya,"  Sun Gu melanjutkan dengan nada percaya diri.

Murid dan para guru yang mendengarkan pernyataan dari si pria muda bernama Sun Gu itu, terkejut dan heboh.

"Wahh, mengesankan!" kagum Nari.

Tiba-tiba seorang pria mendekat ke arah Sun Gu dengan wajah marah.

"Masalah datang, dan sepertinya dia sudah memperkirakan itu,"  ucap Nari dengan memperhatikan peristiwa tersebut.

Saat Sun Gu membalas pukulan dari pria gembul itu, ia langsung di peringati oleh seorang pria tua yang sepertinya guru dengan  membawa kertas merah.

"Apa-apaan ini?? Bisa-bisanya kalian berkelahi!! Di sekolah yang suci!?!"

Nari sedikit menahan geli tawa saat mendengar kalimat 'sekolah yang suci'.

"Menggelikan, suci dari mana," gumam Nari.

"Hei, ayo cepat ikut Bapak!" tegas pak guru.

"Saya memang sedang mengikuti Pak Guru," jawab Kim Sun Gu itu dengan tenang.

Situasi berubah setelah kedatangan Kim Sun Gu dan Ahn Nari di sekolah. Nari, dengan rambut panjangnya yang hitam legam dan mata yang tajam, memiliki kecantikan yang memikat. Tubuhnya yang ramping dan proporsional membuat banyak siswi iri padanya. Bahkan, ada beberapa murid yang sudah mencocokkan Nari dengan Sun Gu, yang baru saja membuat pernyataan mengejutkan di atas panggung.

Hampir semua bidang mata pelajaran mereka berdua kuasai dengan nilai sempurna. Begitu juga dengan Nari tentunya, dan dia memutuskan untuk mengikuti rencana Sun Gu itu.

***

Siang ini, Nari sedang mengamati kejadian di depan mata sambil memakan berbagai sneak di tangannya. Dia melihat mulai dari para berandal yang menindas sang guru hingga Sun Gu datang dan memberi pelajaran pada mereka.

"Hei, nama mu Kim Sun Gu kan?" ucap sang guru dan dengan cepat mengarahkan tendangan ke Sun Gu namun ditahan.

"Sudah kuduga, mataku memang jeli dalam melihat kemampuan seseorang,"  senyum si pak guru.

Obrolan antara Sun Gu dan pak guru berlanjut hingga saat Sun Gu mengatakan alasan dia menjadi killer.

"Woahh, aku bahkan mungkin akan percaya dengan alasannya itu,"  ucap Nari sambil tersenyum.

"Kim Sun Gu, apakah kau tertarik masuk ke 'klub relawan'?" ucap sang guru sambil meminum kopi Sun Gu.

Sun Gu tersenyum, lalu pak guru bernama Lee Gwanggyu berbalik ke arah Nari.

"Bagaimana dengan mu, Ahn Nari?" tanya pak guru.

Nari tersenyum, lalu berdiri dan berjalan ke arah pak guru.

"Tentu saja, aku mau," jawab Nari dengan penuh semangat.

Inilah yang ia tunggu, Sun Gu maupun Nari sama-sama menantikan rekrutan dari 'Pelatih Killer Klub Glory' ini.

***

Notes : maaf auth baru up, kelupaan dan sibuk dengan tugas ಥ_ಥ
btw, voment yaa!

Saturday, 05 October 2024

𝐖𝐡𝐢𝐭𝐞 𝐆𝐢𝐫𝐥 || killer peter x fem.readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang