02. Zonk!

7 1 0
                                    

"Kok bisa sih, Dii, loe zonk dua kali?" tanya Citra sambil mengusap ujung matanya yang berair karena terlalu banyak tertawa mendengar cerita Odii.

"Kan kalian yang bilang, anggap aja nyari teman. Jadi, gue iyain waktu si Bayu ngajakin ketemu. Gue maunya sih ngajak Anne juga, tapi tiba-tiba Anne bilang gak bisa padahal sebelumnya udah bilang mau nemenin," ujar Odii sambil mengerucutkan bibirnya.

Dia baru saja kopi darat dengan salah satu kenalannya di Amore. Sesuai pesan dari Anne, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pertemuan pertama harus di tempat umum yang cukup ramai dan sebisa mungkin tidak sendirian. Jika tidak ada yang bisa menemani, setidaknya Odii harus memberi tahu di mana dan kapan mereka akan bertemu.

Sebenarnya, Odii dan Bayu baru match dan berkomunikasi intens beberapa hari lalu. Namun, Bayu sudah beberapa kali mengajaknya bertemu. Karena merasa tidak enak terus-menerus menolak, Odii akhirnya setuju dan mereka sepakat untuk bertemu di salah satu restoran cepat saji di sebuah mall.

Sebenarnya, Odii tidak banyak berharap dari pertemuan itu. Yang ada di pikirannya hanya menambah teman. Tapi ternyata tidak dengan Bayu. Entah dari planet mana ia berasal, Bayu langsung menyatakan cinta dari pertemuan pertama, membawa buket bunga dan kotak beludru berisi cincin. Ya, Bayu langsung melamarnya.

"Gue gak habis pikir, si Bayu itu depresi dengan pertanyaan 'kapan kawin?' atau gimana? Bisa-bisanya langsung ngelamar orang yang baru dia temuin," komentar Anne. "Emang selama kalian chat itu gimana sih?"

"Gak gimana-gimana. Biasa aja sih selama ini," jawab Odii sambil mengambil gelas es teh yang isinya tinggal setengah. "Cuma dia memang care dan bilang kalau di umurnya yang sekarang ini dia pengennya cepat ketemu jodoh. Tapi gue sama sekali gak ngasih harapan apa-apa kok."

Odii memang langsung mengajak dua sahabatnya untuk bertemu setelah bertemu dengan Bayu karena dia benar-benar tak habis pikir dengan kejadian yang baru beberapa jam lalu terjadi.

Kalau dari segi fisik, Bayu cukup tampan. Kulitnya putih bersih, rambutnya lurus dan rapi, tubuhnya tinggi tegap dan wangi. Dari segi finansial, Bayu sudah menjadi karyawan tetap di sebuah perusahaan ternama dengan posisi yang baik di usianya yang hanya terpaut dua tahun dengan Odii.

Namun, hal tersebut tidak membuat Odii serta-merta menerima lamaran Bayu. Tentu saja Odii tidak yakin dengan Bayu, meskipun Bayu mati-matian meyakinkannya bahwa dia pantas dan layak untuk dijadikan pasangan hidup.

Bagaimana Odii bisa percaya pada laki-laki yang dikenalnya belum genap seminggu, sementara laki-laki yang sudah menjalin hubungan selama hampir delapan tahun saja ternyata mampu menyakitinya sedemikian dalam?

"Bay, ini beneran terlalu cepet. Loe tuh belum tahu apa-apa soal gue," Odii berusaha menolak dengan halus. "Mantan gue aja, yang udah kenal gue dari jaman SMA akhirnya ninggalin gue dan milih perempuan lain. Bisa loe bayangin kan se-red-flag apa gue ini?"

Bayu tetap bertahan menyodorkan kotak beludru berwarna merah yang terbuka, berisi sebuah cincin sederhana namun tampak elegan berwarna emas. "Makanya aku dateng, aku mau buktiin ke seluruh dunia kalau mantan kamu itu salah besar udah ninggalin kamu, Dii."

Sejak Odii setuju untuk bertemu dengan Bayu, Bayu sudah tidak lagi ber-elo-gue dan menggantinya dengan aku-kamu. Mungkin supaya terasa lebih akrab.

"Gini deh, Dii, kasih aku waktu sebulan untuk meyakinkan kamu kalau aku serius sama kamu dan aku layak dipertimbangkan buat jadi pendamping kamu sampai kita tua nanti," kata Bayu sambil menatap Odii dengan serius dan pasti.

"Enggak gitu juga dong, Bay," kata Odii mulai frustrasi. "Baiknya kita temenan aja dulu. Biarkan waktu yang membuktikan semuanya secara alami tanpa perlu kita kasih jangka waktu. Menikah kan sesuatu yang serius buat seumur hidup. Bukan sebuah drama atau permainan."

"Dii, sejak awal pertama kali kita match, kita ngobrol baik lewat chat maupun suara, aku sudah yakin kalau kamu itu yang selama ini aku cari. Bahkan tanpa lihat foto kamu aja, aku sudah pernah mimpiin kamu, dan kamu yang ada di depanku sekarang, sama persis seperti yang aku lihat di mimpiku, Dii."

Odii semakin salah tingkah. Bagaimana ia bisa mempercayai Bayu begitu saja? Apa yang diucapkan Bayu terasa terlalu berlebihan baginya.

Restoran cepat saji yang awalnya tidak begitu ramai, kini menjadi semakin penuh karena sudah hampir jam pulang kantor dan letaknya yang cukup strategis, di sebuah mall di pusat kota yang dekat dengan banyak gedung perkantoran besar. Secara tidak langsung, semakin banyak pasang mata yang melirik bahkan memandang Odii dan Bayu secara terang-terangan.

Mungkin semua orang berpikir bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar, kemudian Bayu melamar Odii secara mendadak. Bagaimana mungkin ada seorang kekasih yang melamar tanpa persiapan romantis?

Ponsel Odii berbunyi. Nama Anne tertera di layar.

"Halo, Ne. Iya, sekarang gue langsung kesana. Tungguin bentar." Dengan cepat, Odii mematikan sambungan telepon meskipun Anne belum sempat berbicara. Baginya, telepon dari Anne adalah penyelamat untuk bisa pergi dari Bayu.

"Bay, gue minta maaf banget, gue harus pergi. Anne udah nungguin gue."

"Terus ini gimana?" tanya Bayu sambil menunjuk kotak cincin yang sejak tadi dipegangnya.

"Mungkin lebih cocok buat yang lain, Bay." Odii tersenyum. "Kalaupun kita berjodoh, biar semesta yang mempertemukan kita lagi dengan perasaan yang sama satu sama lain. Gue pamit ya, Bay." Odii bangkit dari kursinya dan menggenggam pergelangan tangan Bayu beberapa detik sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Bayu yang masih diam mematung.

Dan disinilah sekarang ia berada, bersama dua sahabatnya yang sejak tadi heboh menginterogasi karena bagi mereka kejadian seperti ini sungguh di luar nalar.

Suasana kafe yang tidak terlalu ramai membuat mereka bertiga bisa berbincang dengan leluasa. Aroma kopi yang baru diseduh tercium samar dari balik meja barista yang selalu tersenyum ramah.

"Jadi, gimana perasaan loe sekarang setelah bisa kabur dari Bayu?" tanya Citra yang hari ini mengenakan overall bergaris dengan kaos putih berlengan panjang sebagai inner. Ia menyeruput kopinya yang nyaris dingin karena belum disentuh sejak tiba di meja mereka. "Ada rasa sesal setelah menolaknya?" Citra tersenyum jahil.

"Nyesel pala loe bau menyan?" sahut Odii dengan sewot. Tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk. Ternyata pesan tersebut dari aplikasi Amore. Ya, siapa lagi pengirimnya kalau bukan makhluk hidup langka yang baru saja ditemuinya.

"Aku harap kamu mau memikirkan semuanya dengan baik dan kasih aku kesempatan untuk membuktikan semua yang sudah kita bicarakan tadi. Nice to meet you, cantik. Terima kasih sudah bersedia menemuiku tadi."

Odii menarik napas panjang dan meletakkan ponselnya di atas meja, yang langsung disambar oleh kedua sahabatnya yang nyaris mati penasaran dengan isi pesan tersebut.

Setelah membaca pesan itu, keduanya saling berpandangan, kemudian tertawa terbahak-bahak sementara Odii semakin cemberut.

Tiba-tiba ponsel tersebut kembali berbunyi menandakan pesan masuk lagi. Odii segera merebut ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Udah ya, gak usah dibaca karena gue tahu itu bakal bikin kalian ketawa lebih keras dari tadi."

Dan benar saja, kedua sahabat di hadapannya kembali terpingkal-pingkal sampai mengeluarkan air mata dari sudut mata mereka.

Hi Claudia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang