Babe?

12 3 2
                                    

Berderum berkali-kali diikuti suara klakson yang saling menyusul bergantian. Suasana kota yang dipenuhi kepadatan kendaraan menghiasi jalanan di jantung kota pagi ini. Semua terlihat berlomba-lomba untuk sampai ke tujuan masing-masing. Begitupun dengan seorang gadis berseragam putih abu-abu lengkap dengan tas hitam di punggungnya yang kini sedang berlari menuju halte pemberhentian bus trans kota. Ellen Kirana Dewi, sering disapa Ellen. Seorang siswi kelas XI - MIPA di SMA DHARMA BANGSA.

Tepat pukul 05.40, bus tiba dengan membawa sedikit penumpang. Ellen segera naik ke dalam bus dan mengambil kursi paling belakang. Sekitar 20-30 menit perjalanan untuk tiba di sekolah. Ellen memasang earphone di kedua telinganya dan menikmati tiap nada yang keluar sembari menggumam kecil menirukan.

Bus tiba di pemberhentian yang tidak jauh dengan sekolahnya. Bus yang ramai mengangkut banyak siswa di pemberhentian sebelumnya kini mulai berkurang. Ellen segera turun bersama dnegan gerombolan siswa siswi Dharma Bangsa yang lain.

"Ellen!" sapa orang di depan gerbang sekolah sambil melambaikan tangannya ke arah Ellen yang berjalan menuju gerbang.

Ellen mendengarnya kemudian tersenyum dan membalas lambaiannya.

Dinda Hestiana. Teman sekelas Ellen

"Pr lo udah kan?" tanya Dinda.

"Pr apaan?!" Ellen kebingungan

"Pr.... berhenti jomblo" celetuknya sambil tertawa puas.

"Ga waras lo! gua udah panik, sialan"

"Ada ga ada emang lo bakal ngerjain?"

"Ga juga sih hahaha" sahut Ellen lalu terkekeh.

Keduanya mengobrol sampai tiba di kelasnya.

Tiap siswa di sekolah tersebut duduk secara terpisah, dengan sistem meja satu-satu.

Ellen meletakkan tasnya di meja lalu duduk dan menenggelamkan mukanya di atas meja. Ellen merasa ngantuk dikarenakan ia begadang hingga pukul 01.00 untuk menyelesaikan tugas adiknya.

Pukul 07.05, pelajaran Bahasa Inggris dimulai. Seperti biasa, Ellen memperhatikan dan mencoba fokus hingga jam pelajaran selesai. Jam istirahat tiba, Ellen tidak terlalu memiliki banyak teman bisa dibilang Dinda adalah satu-satunya yang dekat dengan dia.

"Kantin yuk, laper. Gua belum sarapan tadi" ajak Dinda

Tanpa menjawab, Ellen bergerak dan melangkah keluar dari kelas lalu diikuti Dinda.

"Lo pesen apa?" tanya Dinda

"Mie ayam 1, sama air mineral. gua cariin meja"

Dinda setuju dan membiarkan Ellen mencari tempat duduk di tengah keramaian jam istirahat. Ellen akhirnya menemukan meja kosong untuk 4 orang. Ia duduk sembari menunggu Dinda, matanya menyusuri tiap sudut kantin dan berhenti di satu titik.

Jika kalian mengira dia melihat Dinda, kalian salah. Sedetik setelahnya senyuman tipis di bibir Ellen terbentuk. Nicol, cowok yang Ellen sukai sejak kelas X. Perasaannya tidak pernah berubah akan tetapi semakin bertambah, padahal mereka tidak saling mengenal.

Kok bisa?

Nicol Pradipta. Biasa disapa Nicol, siswa kelas XII MIPA 3. Cowok yang banyak dikenal siswa siswa se SMA DHARMA BANGSA. Beberapa prestasi berhasil ia dapat di bidang olahraga basket semasa ia kelas X dan XI. Parasnya yang tidak bisa dipungkiri, mampu memikat hati banyak cewek seperti Ellen. Nicol adalah orang baik sejauh cerita yang Ellen pernah dengar dari siswa-siswi yang lain. Ellen hanya melihatnya dari jauh selama 2 tahun ini, tanpa bertegur sapa.

~POV Nicol~

Nicol menyeruput es tehnya yang menyegarkan hingga hanya menyisakan kotak-kotak es batu di gelasnya.

"Mantap" ucapnya puas

"Buset..ngisi bensin lo abis MTK tadi?" timpal Diko yang duduk di seberangnya.

"Tuh MTK bikin otak gua mo meledak"

Diko terkekeh tak lama Diko terdiam dan mengamati keramaian kantin. Kedua mata Diko terhenti pada siswi berkulit kuning langsat, hidung mancung dan bibir tipis. Seketika ia tersadar sesuatu.

"Gua heran deh"

"Heran apaan?" tanya Nicol

"Tuh cewek keknya dah lama banget merhatiin lo"

"Siapa?" balasnya sambil mengernyitkan dahinya

"Cewek yang duduk di meja nomer 3 dari sini"

"Biasalah, lo kek gatau karisma dan paras gua yang menawan" celetuknya cuek tanpa melihat ke arah yang Diko tunjuk.

"Iya dah, tapi dia benar-benar merhatiin lo. karena gua selalu liat tuh cewek" jelas Diko.

"Dah biarin, bodo amat udah" sahutnya tak peduli.

Mendengar respon Nicol. Diko tersenyum tipis. Lalu keduanya kembali membicarakan tentang pertandingan basket tingkat provinsi dan kampus yang akan mereka pilih sambil menikmati semangkok bakso di hadapannya.

~POV Ellen~

Ellen menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi mengamati Nicol, karena Dinda datang dengan nampan ditangannya.

"Makasih din"

"Yoi, gila gua laper banget"

Ellen hanya terkekeh kecil kemudian keduanya menyantap mi ayam yang menggiurkan tersebut.

"Keknya tadi kak Nicol liat ke arah sini, waktu gua perhatiin"

Dinda tersedak lalu meminum es teh di depannya.

"Terus terus??" Dinda dengan antusias.

"Terus apaan?"

"Dia tau lo?"

"Tau mungkin" jawabnya asal.

"Terus??"

"Ga ada terus-terusan. dah habisin"

"Yaelahhh"

Ellen hanya tersenyum melihat Dinda dengan wajah pasrahnya. Dinda dan Ellen menghabiskan mie ayamnya dan segera kembali ke kelas karena bel masuk telah menggema dimana-mana.

✿✿✿

Bel tanda sekolah telah berakhir pun berbunyi di sepanjang koridor. Ellen segera bersiap untuk memulangkan dirinya, ia merasa sangat lelah sekali hari ini. Ellen berjalan keluar dari ruang kelasnya menuju gerbang untuk menunggu bus di halte yang tidak jauh dari sekolahnya.

Tak cukup ramai yang menunggu di halte. Kebanyakan siswa SMA DHARMA BANGSA mengendarai kendaraan pribadi mereka dan memilih untuk pesan transportasi online. Hanya seorang siswi cantik berambut panjang dihiasi bando biru laut senada dengan cardigan biru laut yang berdiri tak jauh dari tempat Ellen. Ellen cukup tahu tentang namanya, dia adalah kakak kelasnya dan cukup populer di sekolah. Tidak usah diragukan sekali kecantikan dan ketajirannya. Bahkan cewek saja seperti Ellen tidak bosan untuk melihat pesonanya. Dania Kanaya, Dania.

Cukup mengherankan siswi seperti dia naik bus bukan? tapi dari gelagatnya seperti sedang menunggu seseorang karena matanya sesekali tertuju pada ponsel ditangannya dan melihat sekitar.

TIN..TIN..

Suara klakson motor berwarna hitam dove berhasil mengejutkan Ellen yang sedari tadi memikirkan Dania. Dania menatap si pengendara dengan helm sport berwarna putih sedetik kemudian wajahnya senyuman merekah di wajah Dania.

Pasti cowoknya batin Ellen saat itu yang asal menyimpulkan.

Si pengendara motor itu melepaskan pelindung kepalanya sehingga menampakkan wajah pemiliknya.

"sorry babe, udah nunggu lama?" sapa cowok itu.

"enggak kok babe" jawab Dania dengan nada khasnya sambil memegang lengan cowok itu.

Suara yang familiar..

Ellen (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang