Gimana perasaan teman-teman kalau ada di posisi Alifah? Hamil tanpa suami, pelakunya malah pergi ke luar negeri?
Kira-kira gimana ya nasibnya sekarang?
💕💕💕
Hari-hari Alifah jauh berbeda dari sebelumnya. Setelah mengakui kehamilannya kepada Bu Azizah, rutinitasnya berubah drastis. Kini, ia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Tak lagi diizinkan untuk melayani pelanggan di warteg, Alifah lebih banyak diam di kamar, memikirkan masa depannya yang terasa begitu buram. Namun, terlepas dari penderitaan itu, ia menjadi lebih fokus ibadah, bertobat atas dosa dan perbuatan terlarang di masa lalu.
Seperti biasa, saat pagi menjelang siang Bu Azizah sibuk di warteg, melayani para pelanggan yang datang. Namun, berbeda dengan biasanya, sesekali ia terlihat melamun, mungkin memikirkan masa depan sang putri yang kini sedang mengandung tanpa adanya suami.
Alifah, yang biasanya selalu ceria membantu ibunya, sekarang hanya duduk di kamar. Ia memandang jendela dengan tatapan kosong, memikirkan betapa cepat hidupnya berubah. Suara ponsel yang bergetar di atas meja mengalihkan perhatiannya. Itu pesan dari kakaknya yang bekerja di luar negeri.
Kakak:
Assalamualaikum, Dek. Gimana keadaannya? Tolong jaga kesehatan dan calon keponakan Kakak, ya. Jangan lupa minum vitamin yang udah Kakak belikan. Sebisa mungkin Kakak akan terus mengirim uang untuk kebutuhan ibu, kamu dan bayimu.Alifah menitikkan air mata. Meski kakaknya sempat kecewa, tetapi akhirnya peduli dan mau mengirimkan uang untuknya. Rasa bersalah kembali menggerogoti hati Alifah ketika pesan itu sampai.
Saat menghapus air mata, ibunya masuk ke kamar. Walau di dalam hati wanita itu masih menyimpan rasa kecewa yang mendalam, ia tetap memasang ekspresi tenang.
"Fah, sudah makan?" tanya Bu Azizah dengan suara lembut.
Alifah mengangguk pelan. "Sudah, Bu."
Bu Azizah duduk di sebelah Alifah, menatap perut putrinya yang sudah memasuki tiga bulan.
"Kamu tahu, Fah... seberapa besar rasa kecewa ini, tetapi kamu tetap anak Ibu. Ibu akan selalu ada di sini untuk kamu."
Air mata kembali mengalir di pipi Alifah. "Maafkan aku, Bu."
Bu Azizah meraih tangan Alifah, menggenggamnya erat. "Ibu sudah memaafkan kamu. Sekarang fokus pada masa depan. Kamu harus kuat, demi bayi ini." Wanita itu menghela napas. "Jangan lupakan Allah, jangan berhenti meminta dan bermunajat pada-Nya. Sedetik saja kita lupa pada-Nya, maka hidup ini pasti akan hancur."
Hari-hari berlalu. Meskipun kehamilan Alifah semakin terlihat, Bu Azizah selalu berusaha melindungi putrinya dari pandangan orang-orang. Anaknya tidak pernah diizinkan keluar rumah, bahkan ketika warteg sedang ramai. Setiap kali ada pelanggan yang bertanya, Bu Azizah selalu memberikan alasan bahwa Alifah sedang tidak di rumah, sibuk dengan urusan kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ta'aruf Kekinian [END] 18+
RomanceBuaya syar'i! Julukan itu yang cocok untuk Rifky Isfandiyar, mahasiswa Fakultas Agama Islam yang terus mendekati Alifah untuk diajak pacaran berkedok ta'arufan. Alifah tidak sadar bahwa yang dilakukannya adalah kesalahan. Gadis itu memilih mempertah...