1. DISEBUAH ASING, DISEBUAH KENAL YANG BELUM

670 6 0
                                    

HALOOOO, VOTEE DULUUUU

Komentt banyakkk-banyakkk <3

Selamat membaca, semoga sukaa, Aamiin

1. DI SEBUAH ASING, DI SEBUAH KENAL YANG BELUM

Bahagialah dengan banyak, biarkan sedih jadi sebuah ketidakperluan.

***

"BERDIRIII!!! HORMAT KE TIANG BENDERA!!! JANGAN BERGERAK SEBELUM JAM ISTIRAHAT!" suara lantang dari seorang guru mata pelajaran matematika terdengar. Menarik perhatian siswa-siswi lainnya untuk mengintip.

Siswa yang dihukum itu, menurut, meski terlihat gerakan yang malas dari tubuhnya. Ini sudah kesekian kalinya laki-laki itu mendapatkan hukuman, seolah tak jerah, entah apa sebabnya....

Kemarin, ia memakai kaos kaki hitam yang seharusnya putih.

Sekarang, terlambat, ia datang ke sekolah saat jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit.

Namanya, Angkasa Naufal Merapi. Di sekolah, ia kerap kali sendirian. Jika terlihat bersama orang lain, itupun ia bersama senior. Jarang bergabung dengan seangkatan apalagi teman kelasnya.

Di lantai dua koridor sekolah menengah pertama itu, seorang laki-laki bernama lengkap Bara Bintang Tenggara menatap siswa yang dihukum itu. Lalu kemudian mengalihkan pandangannya ketika Angkasa menatapnya dari bawah.

Sejujurnya Bara penasaran, kenapa Angkasa selalu saja mendapatkan hukuman setiap hari? Kenapa dia tidak berubah, menjadi lebih taat mungkin? Apa dia memang suka dengan hukuman?

Ah, tidak ingin memikirkan orang lain, Bara kemudian meraih handphonenya, memberi kabar kepada sang Mami.


Selama sekolah, Maminya tak pernah alpa memberinya bekal. Setiap hari, ada-ada saja kreatif tangan Mami Bara membuat bekal agar dirinya tak bosan. Bara amat sayang Maminya, begitu juga sebaliknya. Usai mengetik dan mengirimkan pesan itu, Bara lalu menoleh, melihat ke depannya, yang ada seorang teman kelasnya yang sedang menyapu.

"Gue aja yang nerusin sapunya, ya, jangan cuman gara-gara lo telat piket, lo jadi lupa buat istirahat di waktu semestinya," ucap Bara, mengambil alih sapu itu. Sang perempuan tersenyum memberi Bara penyapunya.

Lalu, di sudut jendela perpustakaan, ada seorang laki-laki berkacamata yang sedang membaca buku persiapan ujian sekolah yang juga melihat siswa yang sedang dijemur di lapangan itu tadi. Sekala Bumi Sagaramatha, siswa kebanggaan di sekolah ini. Hampir semua lomba di bidang akademik ia ambil, dan selalu pulang membawa piala dan pujian.

"Dia lagi," monolog Sekala ketika melihat Angkasa.

Terkait hal ini, Sekala tidak pernah berpikiran buruk tentang seseorang, karena baginya, setiap manusia punya alasan kuat dibalik setiap tindakannnya. Toh, tidak selamanya yang buruk itu benar-benar.

Sekala kembali fokus pada buku yang ada di depannya, ia senang belajar. Jika di minta untuk ada di perpustakaan selama dua puluh empat jam, rasanya ia akan betah. Perpustakaan lebih nyaman baginya, beda dengan rumahnya, rumah yang seperti terlihat bukan.

"Kalau bawa hp, tolong di silent atau non aktifkan," kata penjaga perpustakaan itu. Ya, ia sepertinya baru bertugas hari ini di sekolah, Sekala baru melihatnya. Penjaga lama tidak ada, dan ia tidak mungkin meminta Sekala untuk mematuhi aturan karena ia sudah hapal dengan dirinya.

"Saya nggak punya handphone, Bu," jawab Sekala.

Sekala belum punya izin memakai handphone dari orang tuanya, dan dirinya memang belum pernah mendapatkan benda itu langsung meski teramat mudah bagi orang tuanya untuk membeli karena berstatus berkecukupan. Tapi, tidak terlalu Sekala permasalahkan, punya laptop sudah amat menunjang pendidikannya.

Dia Angkasa [ 0 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang