4. NANTI CERITA KITA AKAN LEBIH PANJANG

186 8 0
                                    

Haloooo

Votee duluu dan koment banyak-banyak <3

Selamat membacaa, semoga sukaa, Aamiin.

4. NANTI CERITA KITA AKAN LEBIH PANJANG

Manusia di kepalanya itu mau banyak. Padahal satu yang
menghidupkan sudah cukup.

***

bak serangkaian rantai yang sambung menyambung. Dan, barangkali adanya pertemuan-pertemuan dengan orang baru, bukan hanya sebuah alibi rencana, tapi memang takdir yang jadi selanjutnya.

Tentang pertemuan, ada banyak sekali rahasia di baliknya, meliput tentang pertanyaan kenapa, kapan, dan bagaimana. Episodenya juga rahasia, manusia tidak tahu, akan seberapa lama temu yang terjadi dengan yang ia temukan, barangkali sebentar, barangkali juga jadi sesuatu yang lama. Perasaannya juga jadi pertanyaan, akan senangkah atau sedih?

"SEMUA YANG TERLIBAT PERKELAHIAN, KE RUANGAN BK SEKARANG!!!!" suara tegas dari pembina OSIS itu membuat enam orang laki-laki bergegas, menuruti perintah.

Kericuan di kantin di mulai oleh seorang senior yang mengganggu Sekala saat ia baru saja masuk ke kantin. Yang di mana, aksinya di lihat oleh Angkasa dan Alaska yang juga baru saja akan mencari meja untuk duduk.

Dan kemudian, bertambah ramai, saat bekal buatan Mami Bara ditumpahkan oleh teman senior yang sedang berkelahi dengan Angkasa, yang membuat Bara marah, dan ikut berkelahi. Dengan Bobby yang membantunya.

Di BK, kronologi perkelahian itu dijelaskan. Sekala yang berbicara, karena ia siswa berprestasi, tentu dirinya punya privilege 'lebih dipercayai' oleh guru. Namun, karena telah membuat keributan, semua yang terlibat harus mendapatkan hukuman lari mengelilingi lapangan sebanyak dua puluh kali.

"Gue masih ganteng nggak?" tanya Bobby pada Angkasa yang lari di sebelahnya. Pipi kanan Bobby tampak membiru.

"Tiga persepuluh," jawab Angkasa.

"Anjir!" umpat Bobby. "Jelek banget dong gue."

"Emang haha," campur Alaska.

Bara juga ikut lari dengan mereka, namun, memilih untuk diam. Tadi, Pak Antoni melaporkan kejadian perkelahian tadi dengan Maminya. Bara jadi takut Maminya kecewa karena harus dapat laporan guru seperti ini. Mendapatkan pikiran buruk itu, Bara jadi tidak serius menyelesaikan hukumannya, yang membuatnya dirinya lari dengan tidak seimbang hingga menabrak pundak Angkasa.

"Eits, lari yang bener lo!" sentak Angkasa.

Bara yang akhirnya sadar, menoleh, "Eh sorry, sorry." Laki-laki itu segera meminggirkan tubuhnya.

"Dia siapa, Bob?" tanya Alaska pada Bobby. Ia menatap Bara sekarang.

"Bara namanya."

"Bara api?" Alaska terkekeh.

"Nggak sopan!! Tapi, lucu haha," kedua laki-laki itu tertawa dengan keras dibelakang.

Kembali ke Angkasa yang menatap Bara, laki-laki itu akhirnya bertanya, "Kenapa lo? Loyo banget? Nggak pernah dapat hukuman?"

Pertanyaan Angkasa tepat sasaran, ini kali pertamanya Bara di minta untuk lari keliling lapangan.

"Peramal, ya?" tanya Bara. Ia menyinggung sedikit senyum di bibirnya.

"Alay lo."

"Haha."

Menyingkirkan kekhwatiran Bara terhadap Maminya, sembari terus berlari menyelesaikan hukuman. Bara tertarik mengajak Angkasa berbicara, "Lo yang selalu di hukum itu kan?"

Dia Angkasa [ 0 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang