First Love

291 21 1
                                    

Cahaya yang mulai masuk membuat pria blasteran itu terbangun, jelaganya yang indah tampak mengerjab beberapa kali sebelum ia berbalik menghadap ke arah young husband. Mau tak mau sudut bibirnya tertarik ke atas melihat wajah tampan yang tengah terlelap itu. Polos seperti bayi, sama sekali tak terlihat beringas seperti semalam. Telapak tangannya yang halus bermain di permukaan dada bidang Pooh, mengusapnya pelan tanpa maksud apapun.

"Eh?"

Kening mulusnya mengerut, mendekatkan wajahnya.

Merah kebiruan.

Jelas itu bukan ulah Pavel pun ia tak berpikir remaja itu berselingkuh.
Memar dan kissmark jelas berbeda lagi siapa yang bisa membuat kissmark sebesar ini.

"Kau berkelahi huh?" Dengusan itu tak mendapatkan jawaban, jelas yang ditanya masih terlelap.

Jemari Pavel beranjak ke pahatan sempurna Tuhan yang selalu diagung-agungkan para manusia kegatalan.

"Aku bahkan tidak menyadari luka ini semalam?" Mengusap pipi tirus yang dihiasi darah mengering.

Tak bisa diam, ia menyentuh semua yang ada disana. Melihat lelaki tampan dapat menurunkan tingkat kesetresan, right?

"Ah!"

Pria tampan dominan cantik itu terkejut saat Pooh menggigit jarinya yang semula bermain dibibir bocah teknik tersebut.

"Good morning!"

Apa yang lebih seksi daripada suara kekasih yang baru bangun tidur? Tak ada.

Bibir merah itu mengerucut, memancing yang lebih muda menerkamnya tapi dengan segera ia menahan pergerakan Pooh.

"Kau berkelahi?" Wajah cantiknya berpaling, jelas ia kesal.

"Huh?"

"Jangan pura-pura tidak mengerti! Lihat ini! Dan ini!"

Pavel menunjuk, Pooh hanya cengengesan.

"Aku terjatuh ok?"

"Terjatuh seperti apa yang membuat pipi mu terluka juga memar-memar di tubuhmu seperti ini?"

"Terjatuh dari tangga?" Yang lebih muda jelas membuat alasan, karena itu bukan pernyataan melainkan pertanyaan.

Pavel berbalik, memunggungi lelaki itu lagi. Pooh segera memeluknya dari belakang.

"Aku tak apa-apa, ok?"

Tak ada jawaban.

"Mama, papa hanya terjatuh. Bukannya papa good boy? Jadi bagaimana mungkin papa berkelahi."

Kecupan-kecupan halus mulai mendarat di leher Pavel yang tak lagi mulus. Nada dan tingkah manja selalu jadi titik lemah Pavelpoom.

"Baiklah, aku percaya. Tapi untuk yang mengganjal menusuk pantatku dibawah sana aku tak akan memaklumi."

"Mama..." Rengekan pemuda itu membuat Pavel tertawa.

"Aku harus berangkat kerja, jadi urus dia sendiri."

Pavel beranjak ke kamar mandi, meninggalkan Pooh yang merengek meratapi nasibnya yang harus bersolo di pagi hari.

.

Tubuh tinggi berdiri tegap di seberang jalan, menunggu lampu penyebrangan berubah warna. Pavel akan menjemput kekasihnya.

Lelaki dengan seragam putih-hitam itu melambaikan tangan, Pavel membalasnya sebelum lengan bocah itu terlepas karena terus melambai dengan semangat.

Ketika orang-orang mulai menyebrang, Pavel mengikuti.
Sebelum..

Onix nya terpaku, menatap lurus ke arah yang berlawanan. Waktu seolah berhenti detik itu juga saat tawa sosok manis itu terurai. Lesung pipinya terasa menenggelamkan Pavel, sangat dalam hingga pria itu tak dapat bergerak. Ingatannya berputar, jauh sebelum ini. Dadanya berdesir, rasa aneh yang telah lama hilang dari hatinya.

Black Rose Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang