#01

926 67 0
                                    

Awalnya, Jaemin penuh semangat saat dirumah ingin berangkat kerja di kantor baru. Tapi, setibanya di depan gedung pencakar langit itu, ia malah diam mematung dengan kepala mendongak keatas melihat seberapa tinggi gedung tersebut.

Tangan kanan memegangi dada kanan, detak cepat pertanda grogi, lagi-lagi Jaemin merasakan kegugupan seperti awal masuk kerja.

"Semua akan baik-baik saja," sugestinya pada diri sendiri.

Merapikan tas ransel dipundak dan jaket kuning yang terpasang di badan, Jaemin memantapkan hati melangkah masuk.

"Hallo anak baru ... " Sapa salah satu pria begitu Jaemin sampai di ruangan Administrasi.

Di ruangan itu banyak pekerja lain yang menoleh kearahnya, rasa canggung tak bisa Jaemin tutupi, jadi ia hanya tersenyum dan mengangguk-angguk menyapa yang lain.

"Pulang dari sini ayo kita berpesta!" Seru salah satu dari mereka.

"Waduh, ngeri ya. Kenalan dulu woy," saut yang lain.

Jadilah acara perkenalan dimulai, setidaknya ada 25 pegawai didalam ruangan itu, tambah Jaemin jadi 26. Mereka ramah dan berisik, banyak bertanya ini itu yang dijawab seadaanya oleh Jaemin.

"Nah, kau duduk disini ya. Kebetulan pegawai samping mejamu sedang ada rapat, nanti kalau dia datang jangan lupa kenalkan diri. Dia orangnya pendiam tapi agak sensitif, dan dia yang akan membimbing mu, kalau ada apa-apa tanyakan saja."

Setelah memberikan sedikit petuah, Jaemin ditinggal seorang diri. Dapat dilihatnya di meja sebelah ada papan name yang bertuliskan, Lee Jeno.

Jaemin gugup, ia mengeluarkan alat tulisnya diatas meja. Lalu menyalakan komputer didepan, setidaknya ia pemanasan dan cari kegiatan daripada diam plonga-plongo.

Prang!

Suara keras benda besi yang membentur permukaan lantai menginterupsi ruangan, membuat semua pandangan menyatu kearah Jaemin yang kelabakan mengambil tempat sandaran buku yang jatuh.

"Maaf, maaf!" Berdiri dan membungkukkan badan berulangkali karena tak enak hati, Jaemin malu untuk mengangkat wajahnya.

"Ada apa ini?" Suara seseorang terdengar, Jaemin dapat melihat ujung sepatu tak jauh darinya, ketika mendongak dan bertemu netra, pupil mata Jaemin membesar, terpanah dengan sosok didepannya.

Meski wajahnya jutek dengan tatapan tak bersahabat, tapi aura dan kharisma benar-benar menghipnotis Jaemin.

"Kau siapa?"

Salah satu dari orang kantor mendekati pria didepan Jaemin, sambil menjelaskan, "Jeno, ini Jaemin yang dimaksud oleh pak Kim, pegawai magang."

Entah Jaemin ataupun Jeno, keduanya sama-sama diam saling menatap, seolah menyelami netra masing-masing.

Yang lain sampai terheran-heran, berprasangka mungkinkah keduanya saling mengenal?

.





Saat pulang kerja, semua pegawai keluar dari gedung menuju rumah masing-masing. Tak terkecuali Jeno, tak seperti yang lain menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum, pemuda Lee itu malah jalan kaki.

Jaemin yang leihat kepergian Jeno berjalan kaki jadi tertarik untuk mengikutinya dari belakang menggunakan sepeda tinjak.

"Kemana dia pergi?" Heran Jaemin saat Jeno malah pergi ke jalan sempit setapak yang tak bisa dilalui dengan sepeda, terpaksa ia turun dari sepeda.

Hari semakin gelap, jalan tak tentu arah. Jaemin jadi takut sendiri sepanjang jalan, entah apa yang ada diotaknya kenapa ia malah mengikuti Jeno diam-diam gini hingga tak tau ia dimana.

Saat ada perbelokan didepan, Jeno tampak belok kekanan dan menghilang dari pandangan. Dengan cepat Jaemin memancunkangkahnmengejar, begitu ikut belok kanan yang tak ia duga ternyta ada lagi belokan, dan Jeno benar-benar tidak lagi kelihatan di jalan kecil ini.

"Jeno?"panggil Jaemin pada akhirnya sebab tak lagi menemukan jejak.

"Jeno!"

Ia mulai panik, melihat kiri kanan depan belakang, ia tak tau dimana dan harus ke mana. Saat jalan berbalik ia malah merasa jalan yang dilaluinya tadi bukan ini.

Ia tersesat seorang diri, takut tak menemukan kehidupan lain disini Jaemin berjongkok menutup telinga sambil memejamkan mata.

"Kenapa mengikuti ku?"

Terdengar suara dari jarak dekat, Jaemin membuka mata. Ia terjatuh dari jongkoknya begitu mendapati Jeno ada di depannya ikut berjongkok dengan jarak dekat.

Jeno menatap intens lalu tersenyum, lidahnya keluar menjilat bibir bawah. Jaemin bergetar ketakutan melihat mata Jeno yang berubah warna, kulit putihnya memucat seperti mayat dan gigi taringnya mencuat lebih runcing.

Ingin berteriak tapi suaranya tertahan di kerongkongan, semua anggota tubuhnya serasa mati rasa, hingga matanya terasa memburam dan kegelapan menyelimuti setelahnya.

Ingin berteriak tapi suaranya tertahan di kerongkongan, semua anggota tubuhnya serasa mati rasa, hingga matanya terasa memburam dan kegelapan menyelimuti setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blood28/8/2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blood
28/8/2024

Blood [ jaemjen ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang