#Vampire Series
18+
Dingin, menyakitkan dan tak punya nurani tapi begitu mempesona, memikat dan nikmat.
Sulit menjabarkan sosok Jeno bagi Jaemin.
Jaemin>dom
Jeno>sub
Terbangun dengan peluh membanjiri kaos kutang yang dikenakan, badan Jaemin mengkilat basah. "Sial," desisnya menyadari celananya mengembung sebab ia tengah ereksi.
Dengan cepat ia bangun, melepaskan celana bokser dan pergi ke kamar mandi, menuntaskan hasrat dengan bantuan sabun.
.
.
.
Saat dikantor, semua fokus dengan pekerjaan. Jaemin sedari tadi sibuk kesana kemari membawa berkas ke meja-meja rekan divisi untuk di kerjakan.
Nasib anak magang, jadi babu suruhan:-(
Begitu memberikan berkas ke meja Jeno, ia melirik di pria tampan yang begitu fokus dengan layar monitor, kaca mata anti radiasi memantulkan cahaya dari benda kotak tersebut.
Jaemin meraung dalam batin, tak henti-hentinya memuji pesona Jeno, meski yang bersangkutan selalu menampilkan wajah datar dan sikap jutek, dingin, cuek, tapi malah menambahkan pesonanya.
"Jaemin? Kok lama berdiri disana?" Tegur salah satu dari mereka yang letak mejanya sudut pojok.
Seketika Jaemin salah tingkah begitu netra Jeno beralih menatapnya. Padahal cuman lirikan sekilas, tapi sukses membuat dada Jaemin berdebar tak karuan.
"I-iya!"
Jeno menggelengkan kepala melihat si anak magang yang buru-buru pergi dari hadapannya. Kembali fokus ke monitor, pemuda Lee menjilat bibir atas mencium aroma tubuh yang Jaemin tinggalkan.
Saat jam istirahat, beberapa dari mereka mengajak Jaemin ke resto bawah kantor untuk makan siang bersama, seperti biasanya. Tapi kali ini ia menolak, Jaemin sudah memiliki rencana lain di istirahatnya kali ini.
Saat Jeno berdiri setelah menyetel mode tidur pada monitornya, ia pergi begitu saja tanpa sepatah kata. Jaemin yang notice bergegas bangun dan mengikuti dari belakang secara diam-diam, tentunya.
Rasa penasaran menyeruak kala ia mendengar desas desus tentang Jeno yang menghilang disaat jam istirahat berlangsung.
Menaiki tangga dari pada lift, Jaemin dibuat terengah dengan kaki pegal bukan main, ini rasanya lebih dari sepuluh lantai ia lewati.
Kemana sebenarnya Jeno ingin pergi?! Kenapa tak pakai lift saja!
Ingin menjerit frustasi, tapi melihat Jeno yang berada jauh di depan terlihat santai menaiki pilihan tangga tanpa raut kecapekan.
Sampai ditangga penghujung, ada pintu yang tadinya dilewati Jeno. Jaemin membuka pintu itu lalu terduduk karena tak kuat dengan kakinya keram.
"Ah, sial." Desisnya kesal dengan suara kecil, kalo dipikir-pikir lagi, apa sih yang ia lakukan kini? Kenapa juga bela-belain ngikutin Jeno sampai kelantai 20 paling atas padahal tempat kerjanya ada dilantai 2? Mana naik tangga lagi.
Setelah mengumpulkan tenaga, ia berjalan mencari keberadaan Jeno, kepalang tanggung capek-capek naik tangga darurat masa mau mengurungkan niat memergoki si Senior Lee itu. Nafas yang awalnya terengah mulai stabil dengan mata yang disuguhi pemandangan kota Neo dari atas.
Belum lagi semilir angin menerpa, menerbangkan helaian rambut ikalnya, panas terik tak menjadi masalah. Beberapa menit merasakan ketenangan, Jaemin tersadar tujuannya berada disini.
"Astaga!!"
Ketika berbalik pemuda Na dibuat kaget dengan keberadaan Jeno berada tepat dibelakangnya dengan kedua tangan didalam saku celana.
Tatapan yang Jeno layangkan pada Jaemin terkesan sinis, kedua tangan mulai bersedekap didepan dada. Ketika Jeno mengambil langkah mengikis jarak antara dirinya dan Jaemin, si pemuda Na itu justru dengan gugup memundurkan langkah.
"Apa yang kau lakukan disini ... "
Gluk!
Jaemin meneguk ludah, sulit menjawab pertanyaan mudah yang Jeno lontarkan padanya. Entah kenapa berhadapan langsung membuat si Leo jadi pengecut.
Mata Jaemin hilang fokus, melirik keberbagai arah, hingga punggungnya menyentuh pembatas, memenjarakan tubuhnya antara tembok dan Jeno.
" ... Penguntit?"
Mata besar Jaemin melebar, wajahnya memerah hingga telinga. Jaraknya dengan Jeno begitu dekat, sedikit gerakan saja hidung bengir keduanya akan bersentuhan.
Dadanya berdebar tak karuan, "a-aku ... " Kesulitan mengelola kata, Jaemin bahkan tak dapat memikirkan apapun selain wajah tampan Jeno didepan matanya.
Sentuhan pada dada si pemuda Na membuat si pemilik tubuh tegang lalu membusungkan dada dengan naluriah.
Gluk!
Sudah berapa kali Jaemin meneguk ludah kasar?
Padahal yang Jeno lakukan saat ini bisa dikatakan tindakan pelecehan, karena meraba-raba dada hingga ke perut dengan sentuhan kecil meski masih terhalang fabrik pakaian tapi yang Jaemin lakukan hanya diam dengan mata yang mulai sayu fokus dengan bibir plum Jeno.
Bisa dikatakan, Jaemin malah menikmatinya meski kini ia gemeteran.
Jeno mendekatkan wajah dan Jaemin yang seperti terhipnotis oleh labium plum menggoda milik si senior mengejar bibir itu, beberapa jengkal lagi bibir keduanya akan bersentuhan Jeno berbisik tepat didepan bibir Jaemin, "kau tertarik padaku ya?"
Tatapan mata Jaemin yang awalnya masih melirik bibir Jeno kini pindah menatap manik mata Lawan bicara beberapa saat, lalu menyatukan bibir, sekedar kecupan.
"Sudah menjawab?"
Jeno hanya diam saja, kini malah ia yang fokus dengan bibir Jaemin. Dengan inisiatif pemuda Na itu kembali menyatukan bibir untuk mengecup lalu melumat kecil.
Tak adanya respon ataupun penolakan membuat Jaemin semakin mencumbu menikmati, ia memiringkan kepala dengan mata terpejam dan mulai menyentuh tengkuk Jeno untuk ditahan.
"Akh!"
Ciuman sepihak itu terhenti saat Jaemin menjauhkan diri sambil memegang bibirnya yang mengeluarkan darah, saat menoleh kearah Jeno, matanya membulat sempurna melihat gigi taring dan mata hitam berubah jadi merah darah.
Lidah Jeno keluar disela taringnya, menjilat darah dari bibir Jaemin yang tertinggal pada bibirnya. Tatapan matanya mengarah pada Jaemin dengan penuh minat.
"Ayo ciuman lagi."
[]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.