Pain part 1 (yoklongtae)

102 12 1
                                    


---

"Apa kamu melihat Yok?" tanya Longtae dengan nada cemas, setelah semalaman gagal menghubungi Yok.

"Tidak, ada apa?" balas White, yang tengah bersantai sambil membaca buku dan menikmati kopi.

"Dia tidak menjawab pesanku. Aku sudah mencarinya di rumah dan bengkel, tapi tidak ada."

"White... aku merasa ada sesuatu yang buruk sedang terjadi," suara Longtae bergetar, hatinya semakin tidak tenang. Ke mana perginya pacarnya?

"Kamu tahu, kan, semalam mereka ada party?" tanya White, sambil mencoba menenangkan Longtae dengan sebuah pelukan.

"Iya... Yok bilang dia akan pulang setelah party itu..."

"Tenang saja, nanti aku akan tanyakan pada Sean, ya? Kamu nggak usah terlalu khawatir, aku yakin Yok nggak apa-apa."

Berikut adalah versi yang diperbaiki:

Longtae mengangguk pelan, namun hatinya masih diliputi kegelisahan. "Aku harap kamu benar, White... Aku benar-benar khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi."

White tersenyum tipis, lalu menggenggam tangan Longtae dengan lembut. "Percayalah, Yok pasti baik-baik saja. Aku akan pastikan Sean mencari tahu apa yang terjadi. Kamu harus tetap tenang, oke?"

Longtae menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya meskipun bayangan buruk terus menghantui pikirannya. "Terima kasih, White. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa kalau sesuatu terjadi pada Yok."

"Jangan berpikir terlalu jauh. Yok itu kuat, dia tahu bagaimana menjaga dirinya," kata White sambil menepuk punggung Longtae dengan penuh pengertian. "Kita akan menemukannya, dan semuanya akan baik-baik saja."

—————

Setelah pulang ke rumahnya, tiba tiba saja Longtae mendapat beberapa pesan dari nombor yang tidak dikenalinya. 

Unknow

Pacar mu ada bersama ku.
Semalam dia sangat liar
Malam kami sangat panas

Semalam dia sangat liarMalam kami sangat panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——

---

Hati Longtae hancur berkeping-keping saat melihat gambar Yok dalam keadaan telanjang. Tangannya bergetar hebat, dan air mata yang selama ini ditahannya, akhirnya tumpah tanpa henti.

"Jadi... ini yang kamu lakukan di belakangku, Yok?" suaranya hampir tak terdengar, penuh dengan kepedihan yang mendalam.

Rasa sakit yang menusuk hati membuatnya sulit bernapas, dan dia hanya mampu berdoa agar semua ini hanyalah mimpi buruk yang segera berlalu. Namun, kenyataan itu terlalu nyata, dan rasa perih di hatinya terlalu menyakitkan untuk diabaikan.

————

"Yok? Lo udah bangun?" kata Gram saat melihat Yok keluar dari kamarnya dengan langkah yang goyah.

"Gw kenapa di sini?" tanya Yok dengan bingung, kepalanya terasa berat saat dia melihat Sean dan Gram yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Enak ya lo semalam?," kata Sean tanpa basa-basi.

Yok tersedak, minuman yang baru saja diminumnya hampir tumpah saat mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Sean.

"Apa maksud lo, sialan?" tanyanya tidak percaya, kepalanya semakin berputar, sulit baginya mencerna apa yang baru saja didengarnya.

Setelah mendengar penjelasan yang membuat darahnya mendidih, Yok tanpa membuang waktu bergegas keluar dari rumah Gram, meskipun kepalanya masih berputar.

"Mau ke mana lo?" tanya Gram dengan cemas.

"Gw mau ketemu Longtae," jawab Yok, suaranya tegas meski tubuhnya hampir limbung, hanya satu hal yang ada di pikirannya sekarang—Longtae.

—————-

Yok dengan sangat cemas membawa motornya, melaju cepat membelah jalanan menuju apartemen Longtae. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Longtae dan apa yang harus dia jelaskan.

Setibanya di depan pintu apartemen Longtae, dia mengetuk dengan keras beberapa kali, namun tidak ada jawaban.

"Longtaee!! Buka pintunya!!" teriaknya putus asa, memanggil beberapa kali. Tiba-tiba, dia mendengar suara barang jatuh dari dalam, tanda bahwa Longtae ada di sana.

"Buka pintu ini atau aku dobrak!!" ancamnya dengan suara bergetar.

Klik.

Suara pintu dibuka. Tanpa menunggu pintu terbuka sepenuhnya, Yok langsung menarik Longtae ke dalam pelukannya, memeluknya erat seolah tidak ingin melepaskannya lagi.

"Tae..." bisiknya, suaranya penuh rasa bersalah.

"Lepaskan aku," kata Longtae dengan dingin, mencoba melepaskan diri dari pelukan Yok.

"Tidak," Yok bersikeras, dengan lembut namun penuh tekad, dia mengangkat tubuh mungil Longtae dan membawanya menuju kamar. Longtae meronta-ronta, memukul dan menendang, berusaha melepaskan diri dari genggaman Yok.

"LEPASKAN GW, SIALAN!!" teriak Longtae dengan amarah yang membuncah, air matanya mulai mengalir.

Yok menahan Longtae dengan lembut, namun kuat, menempatkannya di atas tempat tidur. Dia menatap Longtae dengan mata yang penuh dengan rasa sakit dan penyesalan. "Tae, tolong... dengarkan penjelasan ku... Aku nggak akan pergi sampai kamu dengar semuanya."

Longtae mencoba bangkit lagi, namun Yok menahan tangannya, kemudian mengusap wajahnya yang basah dengan lembut. "Aku tahu aku salah, dan aku tahu ini sulit buat kamu. Tapi tolong... biarkan aku jelasin. Aku nggak mau kehilangan kamu, Tae."

Yok mendekatkan wajahnya, berbicara dengan suara yang penuh kasih, "Aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Tolong jangan jauhin aku... Aku akan jelasin semuanya, dan kalau setelah itu kamu tetap mau aku pergi, aku akan pergi. Tapi jangan biarkan ini berakhir sebelum kamu tahu yang sebenarnya."

Longtae terdiam, hatinya masih sakit, tapi ada sesuatu dalam suara Yok yang membuatnya ragu. Tangisnya mereda sedikit, meskipun matanya tetap penuh dengan luka. Yok, dengan lembut, mencium dahi Longtae, berharap bisa menenangkan hatinya yang hancur.

"Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Tae... Kumohon."

"Yok..." akhirnya Longtae bersuara.

"Iya sayang."

Dia menatap Yok dengan mata yang masih berlinang air mata, mukanya merah, bibirnya cemberut kerana menahan isakan.

Yok kembali memeluk tubuh kekasihnya, mencium mata yang masih menangis.

"Us" [FirstKhaotung] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang