BAGIAN DELAPAN : VELLA

190 33 3
                                    

Satu minggu berlalu, kaki Javier kini sudah pulih. Hari ini Javier mengawali harinya dengan menjemput Anami untuk pergi ke sekolah bersama. Javier sudah mengajak Anami lewat chat, dan perempuan itu menyetujuinya.

Sebuah lampu hijau.

"Hai."

Anami tersenyum. "Hai."

"Apa kabar?" tanya Javier.

"Baik, kamu?" Anami melirik kaki Javier. "Udah sembuh?"

Javier mengangguk, "seratus persen, sembuh."

"Bagus deh."

"Berangkat sekarang?"

Anami mengangguk. "Yuk."

Anami menatap jok belakang motor Javier, sepertinya terlalu tinggi untuknya. Menyadari kebingungan Anami, Javier langsung menyodorkan tangannya untuk membantu Anami.

"Gue pegangin."

Anami menggenggam tangan Javier dan berusaha naik, setelah ia berhasil. Kini pikirannya bertambah lagi, roknya jadi terlalu naik, pahanya terlalu terekspos.

Javier melepas jaketnya. "Pake jaket gue aja."

"Thank you, Jav."

Begitu Javier menyalakan motornya dan mulai mengemudi, Anami diam saja di belakang sambil menatap wajah Javier diam-diam lewat kaca spion motor Javier. Javier tentu saja tidak sadar karena ia hanya fokus pada jalan, itulah salah satu kebiasaan baik yang Javier punya.

"Pulangnya boleh bareng juga gak?" tanya Javier tiba-tiba.

"Hah?" jujur Anami memang tidak dengar, terlalu ramai suara kendaraan.

"Pulang sekolah, boleh bareng gak?" ulang Javier dengan suara yang sedikit lebih kencang dari sebelumnya.

"Oh. Ngga, gak suka basreng aku," sahut Anami.

"Apa?"

"Aku gak suka basreng!"

Javier terkekeh, "pulang bareng, An, bukan basreng."

"Oh, pulang bareng?" Javier mengangguk. "Aku kira kamu nanya aku suka basreng ngga, maaf ya, suara kamu kurang jelas tau."

"Namanya di jalanan, berisik. Kalo mau gak berisik, lewat kuburan aja ki-"

"Ish!" Anami memukul bahu Javier pelan.

"An, sakit loh?"

"Lebay!"

"Nanti gue beli helm khusus," ujar Javier.

"Helm khusus apa? Maksudnya yang di modif-modif gitu pake stiker?" tanya Anami.

"Bukan, helm yang ada mic sama headset nya. Biar kalo mau ngobrol di jalan gampang," kata Javier.

"Biar kamu gampang ngobrol sama cewe-cewe yang kamu bonceng ya?"

"Bukan cewe-cewe, cewe cantik."

"Aku?" tanya Anami, polos.

Javier tersenyum, "iya, kamu."

Saat itu juga, tanpa Javier sadari, pipi Anami memerah.

***

Javier tampak sangat bahagia hari ini, misi pendekatan nya dengan Anami berjalan sangat lancar setelah kejadian seminggu lalu. Anami juga tampak lebih welcome padanya dibandingkan sebelumnya.

Anami bahkan mengirim pesan duluan pada Javier, bagaimana Javier tidak bahagia?

An.

GREEDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang