Nama

2.9K 253 12
                                    

"Bold" sebagai tanda suara batin

❕Beri tanda bila menemukan❕ ❕TYPO❕

⚠️
Nama, tempat, dan alur dalam cerita murni dari pemikiran dan pencarian inspirasi dari google. Bila ada kesamaan adalah hal lumrah namun menjiplak tidak dibenarkan.
⚠️

Selamat membaca

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Capa ni? El imana ya? Tanti na"
(Siapa ini? El dimana yah? Cantiknya)

Tempat yang berkilau itu menyambut mata bulat netra emasnya. Namun yang lebih membuatnya bingung adalah orang-orang yang tengah mengelilinginya. Siapa mereka? Kenapa menatapnya seperti itu?.

Sekian banyak tatapan kebencian yang dilayangkan ketika dirinya masih balita dikehidupan sebelumnya. Membuat ia kebingungan akan makna tatapan yang dilihatnya sekarang. Kenapa bukan tatapan marah, Jijik ataupun benci?. Tatapan ini membuat ia ingin menangis rasanya.

Tatapan lembut dengan senyuman hangat membuat ia merasa disayangi. Apa maksud mereka dengan menatapnya seperti itu?. Sungguh malang dirinya, kasih sayang singkat yang diberikan oleh kakek nya dulu teryata tidak mampu mengisi tangki kasih sayangnya. Sehingga ia sangat mendambakan sebuah pelukan, kecupan manja, dan hangat sebuah kebahagiaan.

Apakah tatapan itu hanya rasa kasihan? Namun seingatnya tatapan kasihan tidak akan semenyesakkan ini. Sesak sekali rasanya hingga membuat tenggorokannya perih. Ia ingin menangis, menangis hingga meraung keras agar mereka tahu betapa menyesakkan hati kecilnya ini.

Hingga rasa sesak itu tak mampu ia tahan, dan terdengarlah suara tangis bayi mengalun.

"Oeee.. oeee... Huee..."

Suara tangisan yang terdengar entah mengapa begitu menyesakkan pada pendengaran mereka. Hingga membuat sang putra mahkota yang dikenal dingin tak tersentuh itu menitikkan air mata. Untuk pertama kalinya air mata itu jatuh kembali, rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan perasaan ini. Mungkin sekitar 14 tahun lalu saat mainannya kesayangan hilang.

"Ada apa adikku? Mengapa sedih sekali mendengar tangisan yang kau keluarkan?" Tanya Putra Mahkota. Sembari mengelus pipi adik bungsunya. Berharap dengan usapan ringan itu tangisan adiknya akan reda namun sepertinya hal itu justru menambah tangisan bayi manis itu.

"Oeee... Oeee... Oeee..."

"Bayiku yang manis tenanglah. Engkau aman bersama kami. Akan ku pastikan kau akan menerima semua kasih sayang ini selamanya" ujar wanita cantik yang tengah menimang lembut tubuh kecilnya berusaha menenangkan. Agaknya wanita itu tau apa yang tengah dirisaukan oleh bayi bungsunya ini

"Uu... Uuu... Uuumm..."

Tangisnya yang memulai mereda meninggalkan sengguk kan lirih setelah berusaha menenangkan hatinya. Mata emas itu jauh lebih indah berkilau ketika terkena air mata. Namun akan mereka pastikan bahwa air mata kesedihan tak akan menghiasi mata indah itu lagi.

"Bayi ku yang menggemaskan. Hebat sekali dirimu telah berusaha menenangkan tangisan mu tadi. Kamu luar biasa" puji wanita itu kembali.

"Ya! Kamu hebat adik kecil. Kamu luar biasa!" Seruan bocah lelaki yang tengah berdiri disamping wanita itu dengan semangat dan jangan lupakan senyum lebarnya.

"Terima kasih karena telah berusaha meredakan tangisanmu adik" kembali pujian itu terdengar yang kali ini diucapkan oleh seorang remaja lelaki.

Sedangkan dua pria dewasa di sana memberikan senyuman lembut kepadanya.

Hanya karena ia berhenti menangis pujian-pujian yang ia dengar. Bila itu dulu jangankan pujian, kalimat penenang pun tidak ia dapatkan. Justru hanya cemohan yang ia dengar. Namun sekarang yang mereka katakan adalah serentetan kalimat pujian.

CielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang