Kampus Idaman

5 2 0
                                    

12 Tahun Kemudian, Lia menatap gedung kampus yang menjulang tinggi di hadapannya. Hatinya berdebar-debar antara rasa takut dan antusiasme. Ini adalah hari pertama Lia sebagai mahasiswa di fakultas kedokteran, sebuah langkah besar menuju mimpinya. Semua yang ia pelajari dan semua doa yang ia panjatkan selama ini mengarah pada momen ini.

Di lingkungan baru ini, Lia merasa seperti ikan kecil di lautan yang luas. Namun, dia juga merasa siap untuk menghadapi segala tantangan yang ada di depan. Mengenakan jas putih barunya, Lia melangkah memasuki gedung fakultas dengan penuh keyakinan.

Di aula utama, Lia bertemu dengan mahasiswa lainnya yang juga baru memulai perjalanan mereka. Suasana terasa tegang, namun dipenuhi dengan semangat dan rasa ingin tahu. Lia melihat sekeliling, mencari tempat duduk di antara deretan kursi yang tersedia. Dia akhirnya memilih kursi di baris tengah, tidak terlalu depan tapi juga tidak terlalu belakang.

Seorang dosen masuk ke aula, seorang pria paruh baya dengan rambut beruban dan kacamata tebal. Dia memperkenalkan diri sebagai Dr. Mahendra, dosen anatomi yang akan menjadi pembimbing mereka selama tahun pertama.

"Selamat datang di fakultas kedokteran," katanya dengan suara yang lantang namun ramah. "Kalian semua berada di sini bukan hanya karena kecerdasan kalian, tapi juga karena ketekunan dan semangat yang kalian miliki. Perjalanan ini tidak akan mudah, tapi percayalah, setiap tetes keringat yang kalian keluarkan akan membawa kalian lebih dekat ke tujuan kalian."

Lia mendengarkan dengan seksama, merasa kata-kata Dr. Mahendra menyentuh hatinya. Ini bukan sekadar perjalanan akademis, tetapi juga perjalanan untuk menemukan jati dirinya sebagai calon dokter. Dia tahu bahwa dia harus memberikan yang terbaik dalam setiap aspek—baik dalam belajar maupun dalam membangun karakter.

Setelah kuliah pertama selesai, Lia berjalan ke kantin kampus untuk makan siang. Di sana, dia bertemu dengan beberapa teman baru yang juga berasal dari berbagai daerah di seluruh negeri. Mereka saling memperkenalkan diri dan berbagi cerita tentang latar belakang mereka.

Di antara mereka, Lia bertemu dengan Aisyah, seorang gadis ramah yang berasal dari kota besar. Aisyah juga memiliki mimpi yang sama, menjadi dokter yang bisa membuat perbedaan. Mereka segera menjadi teman dekat, berbagi cerita dan saling mendukung dalam perjalanan baru ini.

Hari-hari Lia di kampus penuh dengan jadwal yang padat, tugas-tugas yang menantang, dan materi yang kadang-kadang terasa sulit dipahami. Namun, Lia tetap teguh pada tujuannya. Setiap kali merasa lelah atau putus asa, dia mengingat kata-kata Ummi dan Abi yang selalu memberinya kekuatan.

Meskipun tantangan yang dihadapinya semakin besar, Lia merasa bahwa setiap hari dia semakin dekat dengan mimpinya. Dan di kampus inilah, dia akan menemukan lebih dari sekadar pengetahuan medis. Dia akan menemukan jati dirinya, menghadapi berbagai rintangan, dan tumbuh menjadi dokter yang tidak hanya pandai secara ilmu, tetapi juga kuat secara mental dan emosional

Jejak RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang