| AWAL |

1.5K 124 17
                                    

••

Entah sudah berapa kali rapalan-rapalan doa pendeknya dia gumam kan hanya untuk segala pekerjaan nya yang masih berantakan. Ia sedikit menyesali mengambil peran banyak, sebagai seseorang yang tak memiliki banyak kemampuan membagi waktu yang panjang, dia — Milk Pansa Vosbein — arsitek dan dosen muda di salah satu universitas ternama Thailand itu kewalahan hingga ingin muntah-muntah sekarang. Ia mengumpat kesal dengan pekerjaannya yang tak kunjung usai, agak nya ia mulai menyesali tawaran-tawaran yang ia anggap nyeleneh ini justru membuatnya semakin kacau. Ia pikir menyibukkan diri adalah pelarian yang paling ampuh untuk sekedar menghilangkan segala beban pikirannya, tapi rasa-rasanya ini justru menjadi masalah besar sekarang. Milk jadi memikirkan bagaimana jika pekerjaan-pekerjaan nya ini tak rampung tepat waktu seperti yang sudah dia jabarkan pada klien, team, dan juga sang ayah — si pemilik tahta tertinggi di perusahaan properti dan design yang namanya cukup sering terdengar negeri ini. Perusahaan sang ayah yang menyediakan jasa untuk design bangunan, juga properti yang siap huni kadang-kadang terdengar begitu berisik. Milk tidak terlahir untuk pandai berbisnis, itu mengapa sang ayah selalu saja rewel.

Sejujurnya ia tidak diburu-burui oleh apapun. Akan tetapi ia merasa peduli dengan apa yang sudah dia putuskan hingga hari ini. Memang agaknya Milk akan jadi semakin malu karena terus-menerus mengulur waktu panjang, entah untuk momentum yang mana, Milk anggap bahwa semuanya tak berjalan dengan baik. Jam tidurnya berkurang, waktu main juga istirahat nya pun mulai tak kebagian dengan rata. Dia baru menyadari bahwa ; ia dikelilingi oleh banyak orang cerewet dan merepotkan. Seperti mahasiswa nya, pun dengan klien-kliennya yang selalu menuntut banyak hal tentang apa yang menurutnya efisien dan pas. Kadang-kadang Milk cukup kesal, akan tetapi memang begitu kan cara kerja hidup di bumi? Semua orang tidak bisa menyenangkan.

Bersandar pada bantalan sofa, mengistirahatkan apa yang perlu di singkirkan.

Mengambil nafas panjang, sorot matanya mengabsen setiap sudut ruangan yang dia jangkau. Apartemen ini sepi, dan memang selalu begitu. Sang pemilik tak kunjung pulang kendati jam sudah lewat pukul satu malam, entah apa yang tengah beliau rajut hingga memakan semua jam istirahat nya, dan lupa dengan kehidupan nyata nya. Hampir dua bulan setelah hari itu, Milk masih belum menemui jawab, masih saja bertanya-tanya dengan rasa penasaran yang mengapung. Milk Pansa Vosbein— perempuan yang baru menginjak usia 27 tahun ini tak berbicara tentang ruangan ini, tapi tentang penghuni yang selalu saja enggan untuk singgah lebih lama disini. Ruangan yang lebih sering kosong, pada nyatanya adalah lembaran-lembaran usang yang berserakan, enggan untuk diisi dengan apapun yang berkaitan dengan mereka. Seolah-olah apartemen ini hanya untuk mengistirahatkan mata nya sejenak kemudian kembali mengejar-ngejar hilir kesibukan. Tak ada obrolan panjang, pun dengan ruang-ruang yang membentuk kehangatan. Kadang-kadang Milk memikirkan bahwa seharusnya dia tak ada disini.

Ya, tentu. Bukan kah ada di apartemennya sendiri dengan segala sepi akan jauh lebih menyenangkan dibandingkan di tempat orang? Dia benar-benar menjadi asing.

Jika bukan dengan berbagai alasan-alasan perempuannya yang menuntut untuk tinggal di apartemennya, pada akhirnya Milk hanya mampu untuk mengiyakannya. Ia ingat bahwa perempuan itu ingin menjaga privasi nya. Padahal bagi Milk, memutuskan untuk mengiyakan menikahinya saja ia sudah mempertaruhkan segala privasi nya. Mengingat perempuan nya adalah seorang aktris ternama dari agensi terbesar di Thailand. Namanya terdengar hingga penjuru negeri seberang, bagaimana bisa ia terus-menerus bersembunyi dengan keterikatan ini? Milk kadang-kadang sedikit bingung, tapi baru ingat bahwasanya yang dia hadapi adalah sosok yang cukup keras kepala. Tidak ada cara lain selain mengiyakan keinginannya.

Apa yang selalu dikerjakan? Ia tak punya banyak alasan untuk tahu-menahu.

Tentu saja Milk memahaminya. Sulit untuk menerima dengan baik pengorbanan-pengorbanan yang sebetulnya enggan untuk dimaafkan, baginya hanya perlu waktu, terdengar sederhana memang. Tapi berbicara tentang waktu, alakadarnya manusia pula, mungkin masih saja sungkan untuk mencoba menerima dalam waktu singkat. Apalagi hal-hal yang terjadi terasa begitu sensitif, tiba-tiba dan juga cepat. Tentang kehidupan yang berubah, pun dengan status nya benar-benar mampu membolak-balikkan yang semestinya. Ia ingat kapan terakhir kali berbicara dengan perempuan yang lebih muda tiga tahun dibawahnya, tentang segala hal yang bukan tentang mereka. Agaknya memang terdengar lucu, sebagai seorang pasangan — yang pada kenyataannya begitu — sekalipun ada paksaan-paksaan didalamnya, Milk Pansa Vosbein sejauh ini cukup menikmati peran nya. Tak ada yang berubah, hanya saja cara hidup perempuannya cukup membuat Milk kelimpungan.

MARRIAGE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang