∆∆
Tersenyum getir, dengan kaki yang mungkin tidak mampu menopang beban tubuhnya lebih lama lagi. Pandangannya masih kosong dan enggan lepas begitu saja pada objek yang berhasil menyeretnya kembali ke tempat ini dengan perasaan marah dan sedih yang mendalam. Semua isi kepala dan dadanya berkecamuk saling memberontak, memoriam-memoriam yang melayang-layang menariknya hingga terasa seperti labirin yang menjebak. Tempat yang berisi tentang kenangan-kenangan, menawarkan banyak gelak tawa anak kecil yang hanya bermain-main dengan sedikit pengetahuan, tentang uluran tangan lembut yang penuh kasih sayang kala dirinya mulai terluka sebab terjatuh dari sepeda diantara halaman yang cukup luas.
Mungkin dia sedikit lupa kapan ia mulai beranjak dan berdialog dengan keinginannya sendiri.
Barangkali tempat ini menjadi satu-satunya sakti bagaimana pemberontakan dan pelarian, tentang dia dengan segala angan-angannya yang selalu dianggap jenaka. Dia kecil berceloteh tentang apapun yang terdengar tak masuk akal, namun masih mampu dia dapatkan dekap hangat dengan suara ; nanti kalau kamu sudah besar yah,' menjadi penawaran yang menarik. Hingga ia tumbuh menjadi dia yang penuh imajinasi.
Dia masih ingat dan tak akan mungkin lupa tentang bagaimana ia tumbuh hingga beranjak dengan segala kepayahan pada akhirnya. Rumah ini masih terasa sama, aroma khas dari kayu-kayu tua yang kokoh kala menyambut kedatangan nya untuk bersinggah dengan waktu yang sedikit, membuat dia merasa dibawa pada masa lalu yang tenang. Gurat-gurat design artistik rumah ini cukup menjadi saksi berapa lama bangunan ini berdiri dengan segala cerita di dalamnya. Beberapakali meninggalkan, beberapakali pula menyambangi dengan alasan-alasan tidak masuk akal, membawa segala bekal yang berbeda-beda sekalipun jawabannya selalu sama menariknya, Milk Pansa Vosbein masih suka bermain-main dengan tempat ini juga penghuni nya. Ia masih ingat selalu ada hangat dari senyum yang selalu terlihat baik-baik saja di usia senja membuat perasaan nya sedikit lega, walaupun sebenarnya ia tahu bahwasannya beliau mulai berkelahi dengan usia nya sendiri. Konon tinggal menunggu waktu', walaupun rasanya ingin sekali marah namun begitulah fakta nya. Semua manusia pada akhirnya bertarung dengan waktu nya sendiri, akan tetapi ia baru menyadari sekonyong-konyong dikejar-kejar dengan perasaan gelisah sang nenek benar-benar menjadi tamparan telak.
Milk Pansa Vosbein masih ingat membawa tubuh nya untuk menyinggahi tempat ini akhir bulan lalu. Bahkan aroma asin dari sang laut masih mampu Milk ceritakan sepulangnya dari seminar, masih ingat betul deburan-deburan ombak yang kerap menjanjikan ketenangan dalam berisiknya kepala. Ia masih mampu mengingat perasaan yang merekah kala menyantap daging babi dengan sentuhan kasih sayang dari tangan sang nenek, walaupun sang tua mungkin sudah cukup kesulitan untuk bergerak gesit dalam urusan dapur. Milk masih ingat bagaimana dia menceritakan tentang Love Pattranite Limpatiyakorn' - sang istri yang masih malu-malu dalam membina keluarga, walaupun sebenarnya terdengar sekali seperti omong kosong belaka, mengatakan bahwa perempuan itu masih bergelut dengan kesibukan-kesibukan yang urung untuk disingkirkan hingga belum memiliki waktu untuk menyinggahi nya lagi. Ia menganggap bahwa dirinya cukup ahli dalam membual tentang keadaan yang sebenarnya. Tentu Milk tidak akan pernah melupakannya, sebab gelak tawa dari sang nenek malam itu justru menjadi yang terakhir Milk lihat, bahwa nasehat-nasehat untuk nya dan Love malam itu pun menjadi yang paling berharga kendati dia masih butuh banyak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal tentang pernikahan.
Lantas setelah ini dia harus kemana untuk melarikan diri?
Dunia nya terasa runtuh seketika.
Telinga nya masih berdengung kala sang ibu mengatakan bahwa ; sang nenek tercinta pada akhirnya meninggalkan mereka untuk selama nya, menutup usia dengan perasaan bahagia - konon. Namun Milk masih terjebak dalam banyak kesedihan, seumur hidup Mae - sang nenek adalah tempat terbaik untuknya pulang, dibandingkan dengan sang ibu, dia memang dekat sekali dengan nenek nya. Ia menjadikan perempuan tua itu sebagai tempat kegaduhan nya hingga merasa menjadi lebih tenang, perempuan yang tahu bagaimana cara menghadapi keberadaannya yang tak melulu menceritakan hal-hal baik. Dadanya terasa membuncah, ada ledakan amarah yang ingin ia gumamkan pada sang pencipta karena telah mengambil hartanya, namun dibandingkan itu Milk tak memiliki banyak daya. Ia hanya mampu menatap nanar tempat yang mendadak menjadi menyakitkan, hanya mampu untuk mengambil peran sebagai orang yang menyedihkan diantara orang-orang yang berdatangan untuk berbelasungkawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE WITH YOU
FanfictionKita mungkin akan terus-menerus mencoba menghindari, akan tetapi ruangan ini selalu punya cara untuk kita beradaptasi.