Kamu sakit 💕

6.4K 587 154
                                    

Good Night🌙




Ancia memandang dirinya di hadapan cermin, dengan kedua tangan yang menangkup kedua pipinya, pikirannya  melayang pada kejadian tadi pagi. Mengingatnya saja membuatnya malu" memalukan sekali kau Ancia" lirihnya. kedua, tangannnya beralih menutup wajahnya, Hingga terlihat di pantulan kaca sebuah cincin berlian tersemat di jari manisnya.

Masih beruntung dirinya bangun terlebih dulu di bandingkan Matthew yang masih terelap tidur, kejadian yang membuat Ancia malu adalah kejadian dirinya yang tidur di dalam dekapan hangat lelaki itu dengan satu kaki yang terangkat memeluk kaki Matthew. Sedangkan kepalanya berada di sebelah tangan Matthew, bantal guling yang jadi pembatas di antara mereka sudah tergeletak begitu saja di bawah lantai.

Ia melupakan kebiasan jeleknya saat tidur, dirinya kira ketika sudah menempati raga Ancia otomatis gaya tidurnya mengikuti perempuan itu tapi ternyata pikirannya meleset. Tidurnya masih sama saja berantakan, bagaimana jika Matthew tau? Yang Ancia pikirkan saat ini adalah Matthew anti sekali sentuhan wanita kecuali Ansia kakaknya, lalu bagaimana dengan nasibnya jika pria itu tau karena dirinya sudah lancang memeluk tubuh Matthew tanpa seizinnya. Atau dirinya berpura pura saja tidak terjadi apapun. Iya benar seperti itu!  yang harus ia lakukan bersikaplah seperti biasa agar lelaki itu tidak curiga dengan sikapnya ini yang sedari tadi mencuri pandang pada pria itu diam diam.

Matthew menatap punggung Ancia, gadis itu selalu tampil cantik setiap saatnya, dengan setelan kantor yang nampak pas dan terlihat elegan. Meskipun sempat terlibat argumet ketika Matthew menegur Ancia, untuk tidak mengikat rambutnya dan membiarkannya tergerai.

Sejak tadi Ancia begitu anteng melihat cermin, apa gadis itu masih memikirkan ingin mengikat rambutnya?

Tidak lama gadis itu berbalik dengan senyuman canggungnya, ekpresi wajahnya terlihat kaget ketika oramg yang di tunggu sudah keluar dari walk in closet, dengan setelan jas yang terlihat rapi " Eh, kamu sudah selesai kenapa, tidak bilang" tegurnya berjalan menghampiri Matthew, sementara Mathhew hanya diam tanpa niat menjawab. Karena perbedaan tinggi mereka yang hanya sebatas dada membuat Ancia mendongak melihat wajah datar pria dingin itu.

"Ayo kita pergi sesuai kesepakatan semalam, aku ikut ke kantor setelah itu kita mencari keberadaan kakakku. Oh iya ponselk-----" Matthew berjalan melewati Ancia, membuat Ancia terdiam di tempat tidak melanjutkan perkataannya merasa di abaikan, Ancia memutar bola matanya malas atas sikap tidak sopan Matthew.

Ancia menatap pintu putih yang masih tertutup rapat dengan kunci yang masih di pegang pria itu, masih saja bersikap waspada padanya. Kapan pria itu akan percaya, bahwa dirinya tidak akan kabur dan lari dari tanggung jawab.

Matthew membuka salah satu laci make up milik Ancia, netra birunya menangkap benda yang ia cari tangannya dengan cepat meraih ponsel putih bermerek Iphone promaxs 15 milik gadis itu yang tanpa henti menanyakannya sebelum dirinya memasuki kamar mandi.

Ancia hanya memperhatikan ketika tangan Matthew memegang sebuah ponsel, Mata Ancia berbinar senang meyadari sesuatu akhirnya dirinya tidak akan bosan. Setelah seharian kemarin jenuh tanpa benda itu di sisinya. Akhirnya Matthew memberikan ponsel miliknya dan segara Ancia menerima dengan baik"Terimakasih Matthew, aku benar benar membutuhkannya" ucap Ancia, tidak mendapatkan balasan yang keluar dari bibir pria itu. Ancia tidak memusingkannya lebih memilih mengecek ponsel miliknya.

Membiarkan gadis kecil itu mengecek isi ponselnya, Matthew memilih membuka kunci pintu, terlihat samar  kurva di bibir indah pria itu membentuk sebuah senyuman, entah untuk alasan apa?

"Apa ini tidak ada sama sekali foto di ponselnku maupun akses akun lainnya, dan hanya satu kontak di ponselku hanya Matthew. Di mana no keluarganku?" batinnya bingung.

"Matthew mengapa semua no kontak di ponselku menghilang? di mana akun pribadiku semua tidak ada" ucap Ancia ketika Matthew baru saja melakangkah kan kaki  keluar dari  kamar di ikuti dirinya yang bergegas berjalan di samping pria itu, menuntut sebuah jawaban.

"kita harus bergegas Ancia, aku akan terlambat. Tentang ponselmu, aku sudah menggantinya dengan merek dan tampilan yang sama, saat kau demam dan pingsan di teras. Ponselmu jatuh pecah dan akhirnya aku membuangnya ke tempat sampah" ujarnya, tanpa melihat reaksi orang di sampingnya yang terlihat melemas mendegar jawaban Matthew.

Rencana awal gagal untuk mengolah infirmasi dari ponsel miliknya, baiklah tidak apa masih ada renca lainnya yang ia pikirkan agar segera keluar dari Mansion ini dan bertemu dengan keluarganya yang begitu sangat  menyangi dirinya, ia hanya harus bersabar saja.

"kenapa kamu diam?"heran Matthew ketika keduanya memasuki lift. Tidak ada kata atau amarah yang keluar dari bibir yang terlihat manis itu.

"memang kamu menanti aku bereaksi seperti apa? Ya meskipun aku kesal dengan tindakanmu yang langsung membuang ponselku begitu saja. Marah pun tak ada gunanya karena ponsel itu sudah tidak ada. Dan untuk usaha dan niat baikmu aku hargai Matthew terimakasih sudah membelikanku ponsel baru"

iya benar bukan tidak ada gunanya marah hanya membuang waktu percuma jika barang sudah tidak ada untuk apa di bahas.

"tapi maaf sekali lagi mungkin aku merepotkanmu, bisakah kamu mengirim nomor keluargaku?" tanya Ancia" Aku membutuhkannya" lanjutnya lagi.

Ancia menanti jawaban dari Matthew, tapi tatapannya Ancia jatuh pada tangan pria itu yang terlihat terkepal dan gemetar. Ada apa dengannya.

"hey, kenapa kamu mengepalkan tanganmu sekencang ini, lihat buku buku jarimu sampai memutih Matthew" Ancia langsung menarik tangan pria itu bertepatan dengan suara pintu lift yang terbuka.

Matthew membiarkan gadis ini menarik dirinya keluar dari dalam lift menuju sebuah sofa untuk duduk, gadis itu terlihat khawatir kepanyalanya menunduk meniup telapak tangannya" jika ada masalah ceritakah Matthew jangan memendamnya sendiri. Jangan diam dan berpura pura bahhwa kau baik baik saja"Ancia menoleh menatap wajah Matthew dengan seksama. Lagi lagi dirinya tidak bisa menebak apa yang tengah di pikirkan Matthew, ataupun perasaannya.

"Kamu stres memikirkan kakakku? Jujurlah jangan di pendam berbagi denganku"Ancia mencoba menyankinkan Matthew ketika pria itu hanya diam menatapnya tanpa sebuah jawaban. Tangan Matthew masih di gengaman oleh Ancia.
Bebeapa detik terdiam, Akhirnya pria itu mengeluarkan suara" jika aku memintamu untuk di peluk, mau kah kamu memelukku Ancia"

Ancia mencerna perkataan Matthew, ia salah dengarkah? Benarkah, protagonis pria ingin di peluk olehnya.

Merasakan sakit di tangannya yang masih menggenggam tangan Matthew tanpa sadar pria itu mencengkram tangan Ancia, Ancia menyadari bahwa dirinya tidak salah mendengar, iya pria ini membutuhkan ketenangan dengan sebuah pelukan.

Ancia dengan cepat menubruk tubuh badan besar Matthew untuk menenangkan ke gelisahan pria itu, bisa Ancia dengar dengan jelas degup jantung pria di pelukannya ini berdebar dengam cepat. Posisi kepala Ancia tepat di dada bidang Matthew.

Tangan Ancia meraba dada bidang Matthew, mengusapnya pelan" Mengapa suara detak jantungmu begitu cepat Matthew?" tanya Ancia deru nafas pria itu juga terlihat memberat.

"Ancia" suara Matthew terdengar berat memanggil namanya, bahkan tangan pria itu menggenggam tangannya, sampai usapan di dada Matthew berhenti.

"Kamu sakit?wajahmu memerah Matthew" panik Ancia melupakan tujuan Awalnya.

••••••••

Dikit? 🙏

Eh, maaf ya day telat up.
Beberapa hari lalu day sibuk sama kegiatan, bahkan tangan juga ikut andil jadi sedikit sakit di pake ngetik. Maaf juga day belum bisa doble up jeyeng🤧.

100 vote + 50 spam nexnya
Terimakasih untuk kalian yang sudah menekan tombol⭐😁


Votenya ❤
See you nex time🤚

The Protagonist's Replacement BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang