Evanescent. (adj)
Soon passing out of sight, memory, or existence; quickly fading or disappearing.A Top!Yawi x Bot!Gugun Fanfiction.
FIKSI - HANYA IMAJINASI PENULIS.
- These are major spoilers but PLEASE READ THE TRIGGER WARNINGS -
Written in Indonesian, Semi Baku, Harsh Words, BL, BxB, MxM, OOC, Alternative Universe, Highschool!AU, Angst, Hurt, Comfort, Betrayal, Violence, Blood, Suicidal Thoughts, Selfharm, Death, Rape, Sexual Assault, Chronic Illness.
__________Matahari belum menampakkan kilau sepanjang cakrawala kota. Namun, di puncak perkasa bangunan puluhan lantai, seorang pemuda telah berdiri kukuh. Benar, pemuda menyedihkan itu adalah aku. Bangunan ini tegap, pijakanku sendiri mantap, tetapi, hatiku terkulai tak pasti. Aku menghela napas lelah, menatap kosong ke segala arah, termenung kala pandanganku beralih ke bawah. Pagi buta sekalipun, jalanan ibu kota tetap pada hakikatnya.
Hari ini adalah hari ulang tahunku.
Hari kelahiranku.
Hari ini, dengan cara mana saja dunia pasti meremukkanku.Bagaimana bisa aku begitu yakin? Oh, tentu saja, semua sudah terduga. Namaku Gugun Surya Pratama, dan aku sudah melalui terlampau banyak tragedi untuk bisa menolak faktanya. Pasrah akan takdirku, percaya penuh pada kutukan yang menghantuiku.
Ya, kutukan.
Akulah bocah malang yang dikutuk.
Pastilah demikian.
Peringatan hari lahirku tak henti-henti membawa kabar buruk.Ketika pertama kali melihat dunia, baru saja mendapat kesempatan menghirup udara, kutukan pertama sudah tak sabar menghampiriku. Ibuku terkasih tertidur damai untuk selamanya. Semua itu salahku, anak tidak berguna sepertiku memang seharusnya tak pernah lahir, aku menghancurkan kebahagiaan mereka. Dan aku percaya, sebab itulah selanjutnya dunia berambisi menghancurkanku.
Aku memandang ayahku sebagai seorang pria kasar dan tak mengenal aturan, yang amat mencintai istrinya. Setelah kawin lari, ia mengimpikan hidup berdua nan bahagia bersama sang istri hingga masa senja. Ia tidak pernah mengharapkan kehadiranku. Kenyataan bahwa proses kelahiranku telah merenggut nyawa wanita terkasihnya, membuatku tumbuh dalam kebencian.
Aku tak punya siapa-siapa, tak pernah dan tak akan punya. Belasan tahun hidupku hampa. Pria kasar itu menafkahi semata-mata karena janjinya kepada mendiang ibuku. Setidaknya ia bukan bajingan cedera janji. Aku dicampakkan ke sebuah apartemen kumuh, dipaksa bertahan hidup mandiri sejak umurku bahkan belum sepuluh. Aku disekolahkan seperti remaja umumnya. Tetapi, aku tidak boleh dekat dengan siapapun, tidak boleh bekerja, tidak boleh mengikuti kegiatan tambahan apapun, tidak boleh keluar tanpa izinnya. Hari demi hari aku habiskan dengan meratapi nasib di kamar.
Sudah kubilang, ayahku itu pria kasar tak kenal aturan. Ia bisa melakukan apapun. Ia tak peduli. Bertindak keliru setitik saja, aku akan dihukum sesukanya. Meskipun aku tidak berbuat apa-apa, aku tetap sering menjadi samsak emosinya. Semua benar-benar sesukanya. Mengerikan.
Pada hari ulang tahunku yang kedua belas, aku membeli sepotong kue coklat, tidak mahal sama sekali, tetapi ia tidak suka. Kepalaku dipukulinya menggunakan tongkat baseball, sakit luar biasa, seolah aku masih bisa merasakan nyerinya hingga sekarang. Dan saat usiaku baru saja genap empat belas tahun, tanpa alasan jelas aku ditabrak dan dilindas oleh motor ninjanya. Ayahku bilang hanya ingin bersenang-senang. Tubuhku remuk redam, beruntung seorang tetangga bersimpati, memaksa membawaku ke rumah sakit. Jika bukan berkat dia, pastilah aku sudah mati.
Ah, iya, mati...
Aku sering berkata ingin mati.
Tetapi cuma bualan saja, aku tidak pernah berani.
Aku tidak ingin bunuh diri.
Ah, kenapa pria kasar itu tak pernah sekalipun berhasil membunuhku?
Tuhan, aku ingin mati...Setiap hari ulang tahunku tiba, aku selalu berdiri di atas pencakar langit ini. Merenungi betul-betul, mencari alasan untuk tetap menyambung hidup.
I don't wanna die but I don't wanna live like this.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archive. [Esports Fanfics Collection] (HIATUS)
Teen FictionSecarik lembaran nyaman tempat meluapkan segalanya yang bergejolak dalam pikiran. Setiap kosakata dan sastra bahasa memiliki warnanya sendiri, mereka mengepak, terbang bebas, tak terbendung nan memesona. Imajinasi, batasnya tiada tara, sesuatu berla...