03

220 42 13
                                    

Pintu gerbang sebuah rumah terbuka disusul masuknya sebuah mobil yang dikendarai oleh sang pemilik bangunan. Dibelakangnya, seorang penjaga mengikuti mobil tersebut untuk menerima kunci yang selalu disodorkan sang tuan kepadanya.

Perlahan pintu mobil terbuka dan keluarlah sosok dingin nan tegas yang ditakuti oleh para bawahannya.

Yoongi, ia kembali menutup pintu mobil dan memberikan kuncinya pada pria paruh baya yang sudah pada posisinya.

"Sebentar lagi hujan dan aku tidak akan pergi kemanapun. Langsung masukkan saja mobilku ke garasi!" Perintahnya yang segera dilaksanakan oleh penjaga tersebut.

Setelah memberikan titah, Yoongi melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan yang terlihat megah itu. Begitu pintu terbuka, seorang wanita paruh baya terlihat menunduk menyambut kepulangannya. Sudah menjadi aturan yang harus dipatuhi oleh maid di rumahnya.

"Selamat datang, Tuan!" Sapa Nyonya Shin, maid di kediaman Yoongi.

"Hmm." Deheman Yoongi berikan tanpa menoleh. Langkahnya terkesan cepat menuju ke arah anak tangga yang menghubungkan ke lantai dua dimana kamarnya dan mendiang sang istri berada. Baru satu anak tangga yang ia pijak, suara dari Nyonya Shin terdengar dan menghentikannya.

"Tuan, maaf, dimana tuan muda? Kenapa anda sendiri?" Tanya Nyonya Shin yang belum beranjak dari tempatnya berdiri.

"Jangan banyak bertanya, Bi. Itu bukan urusan bibi." Sarkas Yoongi kemudian memilih melanjutkan niatnya yang tertunda.

•••

Di atas tempat tidur Yoongi duduk dengan raut sendu. Berbanding terbalik dengan yang ia tunjukkan pada orang lain, datar dingin dan arogan.

Sebuah bingkai foto ia genggam dengan kedua tangan. Air mata kian menetes kala manik kelamnya menatap potret sang istri dengan senyuman bulan sabit favoritnya.

"Aku sudah menikah dengan adikmu. Kau bahagia sekarang?" Ucapan lirih terdengar dari bibir tipis si pria Min. Jemari panjang beruratnya mengusap lembut permukaan bingkai yang sesekali terkena tetesan air mata.

Senyum tipis pun perlahan terbit di wajah Yoongi seiring dengan liquid bening yang terus mengalir.

"Aku merindukanmu!"

Yoongi mengangkat bingkai lalu memberikan sebuah kecupan sebelum meletakkannya kembali ke atas nakas. Namun, entah karena apa, bingkai tersebut tergelincir dan terjatuh di lantai hingga kacanya pecah.

PRAKK

Yoongi yang melihatnya tentu terkejut. Perlahan ia menunduk untuk mengambil bingkai yang telah hancur tersebut. Dibersihkannya serpihan kaca yang berserakan di sekitar nakas. Sampai saat ia akan kembali menegakkan tubuh, sepasang kaki terlihat di hadapannya.

Dengan raut bingung ia mengangkat wajahnya dan matanya sontak terbelalak ketika mendapati sang istri berdiri di depannya. Sosok cantiknya bertambah cantik berkali lipat dengan balutan kain putih di tubuhnya. Rambut ikal panjang yang dimiliki tergerai indah serta wajahnya yang berseri. Senyum yang menjadi favorit Yoongi pun nampak terbit. Manis dan cantik.

"Yoongi, bawa adikku pulang. Dia takut hujan. Dia juga takut petir." Suara lembutnya terdengar seperti lantunan melodi di telinga pria Min.

Tak lama kemudian sambaran petir terdengar begitu keras hingga membuat tubuh seseorang yang tengah damai dalam tidurnya berjengit kaget. Mata yang semula terpejam kini sepenuhnya terbuka dengan peluh yang membasahi pelipis. Nafasnya memburu dengan wajah yang terlihat linglung.

"Astaga, aku mimpi." Ucapnya. Tatapan matanya bergerak liar menyusuri setiap sudut kamar sampai akhirnya terhenti pada gorden yang berkelebat. Ia lupa menutup jendela.

Hargai Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang