04

150 37 3
                                    

Yoongi berjalan cepat ke dalam rumahnya melewati Nyonya Shin yang berdiri di dekat pintu, tempat biasa ia menyambut kepulangan sang tuan.

Hampir menaiki tangga, pria Min itu berhenti dan menoleh ke arah satu-satunya maid yang masih setia berdiri dengan kepala menunduk. Tepat di ambang pintu, dapat ia lihat sosok sang suami yang tengah menatapnya dengan sebelah tangan yang menggenggam erat kopernya.

"Bi, antarkan dia ke kamar bawah tangga!"

Nyonya Shin yang mendengarnya lantas mengangkat kepala, menatap raut tanpa ekspresi itu. Keningnya sedikit berkerut mencoba mencerna kembali apa yang telah diperintahkan.

"Tapi, Tuan, kamar itu sudah lama tidak dibersihkan. Lagipula, bukankah kamarnya akan dialihfungsikan menjadi gudang?" Ucapnya. Terbesit rasa takut di dalam setiap kata yang terucap.

"Turuti saja perintahku. Jangan membantah." Ucap Yoongi. Sorot tajamnya masih tertuju pada Jimin sebelum memutuskan untuk berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Setelah tubuh tegap itu tidak terlihat, Nyonya Shin kini beralih pada pria manis, suami si tuan rumah.

"Tuan muda, sebaiknya anda beristirahat di kamar saya dulu selagi kamar itu saya bersihkan."

Jimin memalingkan wajah menatap Nyonya Shin yang juga tengah menatapnya. Kedua sudut bibirnya terangkat menampilkan sebuah senyuman manis yang mampu membuat siapapun jatuh ke dalam pesonanya.

"Tidak perlu, Bi! Antarkan saja aku ke sana. Aku akan membantu bibi membersihkannya."

"Tapi, Tuan_"

"Jangan membuat Kak Yoongi marah."

"Baiklah. Mari, Tuan!" Nyonya Shin berjalan mendahului Jimin untuk mengarahkan suami dari tuannya menuju kamar yang akan ditempati.

•••

Suara gaduh membangunkan seorang pria berparas manis yang masih bergelung dengan selimutnya. Ia membuka mata dan mengerjap beberapa kali. Diliriknya jam yang tertempel di dinding kamar, 06.30 a.m. KST.

Perlahan ia mendudukkan diri, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena tidur di alas yang keras. Sesekali terbatuk karena debu yang belum bersih sepenuhnya.

Kamar yang awalnya akan digunakan untuk gudang itu dirubah menjadi sebuah kamar yang layak untuk ditempati. Walaupun hanya sebuah kasur lipat yang telah tipis sebagai alasnya tidur. Namun, itu tidak menjadi masalah baginya. Selama ada tempat untuknya beristirahat ia tidak akan mempermasalahkan.

Meraih ponsel yang berada di sebelahnya, tangan mungil itu menghidupkan layar dan sebuah notifikasi pesan masuk menyita perhatiannya. Helaan nafas panjang terdengar dari bilah bibir tebalnya, merasa lelah dengan apa yang telah menimpa. Namun, ia harus tetap melakukan apa yang tertulis pada pesan tersebut. Maka segeralah ia bangkit dari duduknya dan melangkah keluar menuju kamar mandi yang berada di samping kamarnya.

•••

Putih, itulah warna sejauh mata memandang. Seorang pria menatap sekeliling berusaha meneliti kiranya tempat apakah ini, dan mengapa ia bisa sampai di sini. Masih dalam kebingungan, tiba-tiba hembusan angin terasa diikuti dengan sebuah suara yang memanggil namanya.

"Yoongi!" Suara itu terdengar begitu lembut, namun sarat akan rasa sakit.

Yoongi, pria itu pun menoleh dan mendapati sosok wanita yang sangat dicintainya telah berdiri di belakang tubuhnya.

Hargai Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang