Yoongi berjalan dengan wajah datar memasuki gedung perusahaannya. Semua karyawan yang mendapati kedatangan sang atasan lekas menunduk hormat menyambutnya yang tentu saja sama sekali tidak ditanggapi oleh pria pucat tersebut.
"YOONGI!!" Panggilan seseorang menghentikan langkah si pemilik nama.
Seorang pria berjalan menghampiri Yoongi yang berdiri diam tanpa berniat membalikkan tubuhnya. Kening pria itu berkerut kala menatap potret samping wajah dingin di hadapannya.
"Yoongi? Kau masuk? Kenapa tidak ambil cuti? Aku bisa menghandle semua pekerjaanmu. Tidak ingin berbulan madu kah? Kau baru menikah kemarin, lupa?" Cecar si pria, Hoseok, sahabat sekaligus sekertaris Yoongi.
"Aku hanya pernah menikah satu kali, dan tentunya bersama Minji dulu. Begitupun dengan bulan madu." Ucap pria Min, netra tajamnya melirik sosok di sebelahnya.
"Kau tidak menganggapnya?"
"Untuk apa menganggap seseorang yang tidak pernah aku harapkan keberadaannya?"
"Tapi dia suamimu." Tegas Hoseok. Suaranya sedikit meninggi.
"Aku tidak peduli. Bagiku aku hanya menikah satu kali seumur hidup dan itu bersama Minji."
"Kau akan menyesal nanti."
"Menyesal? Bullshit." Yoongi pun berlalu meninggalkan Hoseok yang berniat membuka kembali mulutnya.
•••
Sepasang kaki berbalut jeans hitam terayun di kursi taman. Jemari mungilnya menggenggam erat sebuah amplop putih dengan stempel rumah sakit. Tatapannya kosong dan sekilas penjelasan dokter kembali berputar di dalam benaknya.
"Lihat, paru-parumu semakin memburuk. Pengobatan yang kau lakukan selama di luar negeri tidak membuahkan hasil apapun. Jadi dengan berat hati saya mengatakan, tim kami memutuskan untuk angkat tangan dalam menangani penyakitmu."
Jimin meremas amplop tersebut dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian diraihnya foto sang kakak yang selalu ia bawa. Menatapnya dengan tatapan sendu disertai genangan yang kini muncul membasahi matanya
"Kak, kata dokter, mereka sudah tidak dapat berbuat apa-apa untuk penyakit yang aku derita. Itu artinya sebentar lagi aku akan menyusul kakak." Sebuah senyuman perlahan muncul di wajah manisnya. "Aku ingin saat waktuku tiba nanti, kakak datang untuk menjemputku dan kita akan bersama menuju ke keabadian."
Sejenak ia terdiam dengan senyum yang masih tersungging. Hingga detik berikutnya senyuman itu sedikit memudar.
"Untuk Kak Yoongi.. kakak pasti lihat kan bagaimana perlakuannya terhadapku? Tapi walaupun begitu, aku tidak akan bisa untuk membencinya. Karena kakak sendiri kan yang meminta Kak Yoongi untuk menikah denganku?
Artinya secara tidak langsung kakak menitipkan Kak Yoongi padaku. Jadi sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa meninggalkannya. Kecuali mungkin jika aku sudah tidak dapat bertahan dengan penyakit ini.
Dan.. aku ingin minta maaf kalau suatu hari nanti aku mencintai Kak Yoongi. Kakak tahu kan? Hati tidak ada yang bisa menebak."
•••
Sepasang manik kelam itu menatap pada sebuah bingkai yang terpajang di atas meja kerjanya. Foto seorang wanita cantik dengan senyum lebar yang terlihat sangat manis terpampang jelas, menambah perasaan rindu yang telah menyelimuti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hargai Aku!
RomanceDisaat kehadiranmu tidak begitu dihargai oleh sosok suamimu. --- Karya keduaku :)