Kesalahan indah 2

216 32 1
                                    

"Ma, gimana kalo besok kita undang Shani buat makan malam di rumah?" ujar Gita saat menyiapkan makan malam di rumahnya.

"Ide bagus sayang, udah lama Mama gak ketemu Shani. Dia jadi sibuk sejak toko bunganya punya banyak anak cabang."

"Iya, gadis jelek itu benar-benar pekerja keras, ya Ma." Gita menyiapkan piring dan gelas yang ia tata di atas meja makan.

"Siapa yang pekerja keras?" sahut Tuan Adijaya dari ruang keluarga, di belakang lelaki paru baya itu nampak menantunya yang juga ikut menuju ke meja makan.

"Lagi ngobrolin Shani, Pa." jawab Mama.

Tuan Adijaya menarik kursi dan duduk di posisi ujung meja tempat kepala keluarga. "Iya udah lama dia nggak datang ke rumah. Terakhir dia datang pas Mamamu sakit, setengah tahun yang lalu ya 'kan Ma?"

Cio tidak ikut berkomentar. Namun ia ikut mendengarkan. Ia menarik sebuah kursi makan dan duduk di dekat Papa mertuanya.

"Papa punya kenalan, masih muda, ganteng, pekerja keras lagi. Papa jadi kepikiran buat jodohin dia sama Shani."

Uhuk uhuk ...

Cio tersedak air putih yang baru diminumnya.

"Sayang pelan-pelan dong," ucap Gita seraya menepuk pelan punggung Cio.

"Kenapa persis orang yang terkejut gitu?" ungkap Papa.

"Maaf Pa, tapi-"

"Kenapa?" tanya Gita dengan wajah penasaran.

"Em- Maksudku, ini kan udah modern. Emang masih jaman ya jodoh-jodohan."

"Sayang, kamu lupa ya kalau pernikahan kita juga hasil dari jodoh-jodohan?" Gita tersenyum manja ke arah Cio yang langsung membuat Cio bungkam. Benar, Cio melupakan fakta itu. Ia lupa jika pernikahannya dengan Gita adalah karena perjodohan. Sial! Jika bukan karena perjodojan mungkin dia dan Shani sudah hidup bahagia saat ini.

"Ya, tapi belum tentu juga Shani-nya setuju, kan? Mungkin aja Shani udah punya calon sendiri," Mama membenarkan pemikiran Cio.

"Kayaknya sih belum, dia juga gak pernah bahas hal itu sama aku, Ma." jawab Gita mencoba mengingat obrolannya dengan Shani selama ini.

"Kan gak semua yang Shani lakuin harus diceritain ke kamu,"

"Iya juga ya, Ma. Tapi tipe-tipe kayak Shani tuh nurut banget, Ma. Dia itu polos tapi polosnya kelewatan. Sampe sering aku katain bego sangking polosnya,"

"Hus! Kamu ini." gerutu Mama yang disambut cengiran bodoh Gita.

"Shani tuh anak yang baik, dia pasti akan setuju karena papa juga akan mencarikan yang terbaik buat dia," ucapan Papa membuat Cio meremas kuat jemari tangannya yang ia pangku. Kemarahannya masih sama seperti tiga tahun yang lalu, saat Shani memintanya berjanji untuk membahagiakan Gita.

"Gita, besok ajak Shani makan malam di rumah, ya? Papa juga mau undang rekan kerja Papa itu, moga aja mereka berjodoh."

"Siap, papaku sayang. Duh, jadi gak sabar liat Shani pake gaun pengantin." ucap Gita gemas karena membayangkan Shani menikah.

***

Bohong jika saat ini Shani dalam keadaan baik-baik saja, kenyataannya pekerjaan sempat terkendala karena ia sedang berada dalam kekhawatiran yang berlebihan. Shani sendiri tidak mengerti mengapa begitu kecewa saat Cio tidak menerima uluran tangan darinya.

Bukankah seharusnya ia senang melihat Gita bahagia? Bukankah harusnya Ia senang karena akhirnya pria itu bisa melukapannya?

Ya, harusnya Shani senang, tapi entah kenapa hatinya justru menjadi terluka, bahkan ada perasaan iri yang menjalar di sana. Meskipun begitu, Shani mencoba meredamnya, ia berusaha meredam luka dan ikhlas dengan ketentuan yang harus ia jalani. Karena ini adalah pilihannya dan ia tidak akan pernah menyesalinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GRESHAN MINI SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang